HUKUM BAYI TABUNG

HUKUM BAYI TABUNG

Hukum bayi tabung dan bagaimana nasabnya ada 4 cara haram dan 2 cara halal.

4 cara yang haram :

1.Pembuahan luar dari sperma suami dan sel telur perempuan lain kemudian dimasukkan ke rahim isteri

2.Pembuahan luar dari sperma laki – laki lain dan sel telur isteri kemudian dimasukkan ke rahim isteri

3.Pembuahan luar dari sperma suami dan sel telur isteri kemudian dimasukkan ke rahim perempuan lain, walaupun dengan bayaran.

4.Pembuahan luar dari sperma laki – laki lain dan sel telur perempuan lain kemudian dimasukkan ke rahim Isteri.

2 cara yang halal / diperbolehkan :

1.Pembuahan luar dari sperma suami dan sel telur isteri kemudian dimasukkan ke rahim Isteri

2.Mengambil sperma dari suami kemudian dimasukkan ke farj isteri atau ke rahim isteri (pembuahan dalam)

Keempat cara yang diharamkan dan dilarang karena menyebabkan ikhtilat atau kekacauan nasab. Dua cara yang diperbolehkan karena hajat / kebutuhan dan nasab kembali ke  kedua orang tua. (fiqh islami wa adillatuhu oleh wahbah zuhaili juz 7 hal 5099).

HADITS SENTUHAN DIDHOIF-KAN IMAM BUKHARI
1. Rasulullah mencium salah satu dari istrinya kemudian shalat dan tanpa mengulangi wudhu.” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i. Hadits No. 170).

2. Demikian pula hadits dari Aisyah radhiallahu ‘anha, katanya, “Pada suatu malam aku kehilangan Rasulullah dari tempat tidur, (tatkala meraba-raba mencarinya) maka aku menyentuhnya, aku letakkan tanganku pada telapak kakinya yang ketika itu beliau berada di masjid dalam posisi sujud dengan menegakkan kedua telapak kakinya.” (HR. Muslim dan Tirmidzi telah menshahihkan).

Jawaban Habib Munzir Al Musawa
1. Hadits yang pertama
a. Didhaifkan oleh Imam Bukhari, dan kita memahami bahwa jika suatu hadits dikatakan shahih oleh beberapa muhaddits, lalu ada satu yang mengatakannya dhoif, maka hadits itu
bukan lagi hadits shahih, dan yang lebih dari itu, bahwa yang mendhoifkan adalah Imam Bukhari, dan Imam Bukhari adalah rujukan tertinggi dari seluruh Imam Ahli Hadits.

ناك ملسو هيلع للا ىلص يبنلا نأ اهنع للا يضر ةشئاع نع امهريغو يئاسنلاو دواد وبا ىور

فرعن لو حصي ل اذهو “ يراخبلا نع يذمرتلا لقن . أضوتي لو يلصي مث هجاوزأ ضعب لبقي

ئيش بابلا اذه يف ملسو هيلع للا ىلص يبنلا نع حصي سيلو ةشئاع نم اعامس يميتلا ميهاربل

ةورع نع تباث يبا نب بيبح نع شمعلا نع مهريغو يذمرتلاو دوادوباو دمحا ثيدحلا ىورو “

ثيدحلا اذه ناطقلا ديعس نب ىيحي فعض : لاق ينيدملا نب يلع نع يذمرتلا ىكحو ، ةشئاع نع

يبا نب بيبح : لاقو ثيدحلا اذه فعضي يراخبلا تعمس : يذمرتلا لاقو “ ئيش ل هبش وه : لاقو

ثيدح حصي مل لوقي يبا تعمسو : 1/48 للعلا يف متاح يبا نبا لاقو “ ةورع نم عمسي مل تباث

اذكو “ ةشئاع نع ةورع نع بيبح نع شمعلا ثيدح ينعي ةلبقلا يف ءوضولا كرت يف ةشئاع

2925 يرودلا خيرات يف امك نيعم نبا هركنأ

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’iy dan lainnya, dari Aisyah ra, bahwa Sungguh Nabi saw mencium diantara istri – istrinya dan shalat tanpa berwudhu, maka dijelaskan oleh Imam Tirmidziy dari ucapan Imam Bukhari bahwa hadits ini tidak shahih, berkata Imam Bukhari : bahwa kami tidak menemukan bahwa Ibrahim Attaymiy mendengarnya dari Aisyah ra, maka tidaklah shahih hadits ini kepada Nabi saw dalam pembahasan ini pun!”,

Dan diriwayatkan pula hadits ini dari Imam Ahmad, Imam Abu Dawud, dan Imam Tirmidzi dan lainnya, dari A’masy, dari Hubaib bin Abi Tsaabit, dari Urwah, dari Aisyah ra, dan dihikayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Ali bin Almadaniy, didhoifkan oleh Yahya Al Qattan akan hadits ini, ia berkata hadits ini seakan tiada (tidak menjadikan suatu patokan hukum karena dhoif).

Dan berkata Imam Tirmidzi : kudengar Imam Bukhari mendhoifkan hadits ini, Imam Bukhari berkata bahwa Hubaib bin Tsabit tidak mendengarnya dari Urwah!”. Dan berkata Imam Ibn Abi Hatim dalam kitabnya Al Ilal : kudengar ayahku berkata bahwa tidaklah shahih hadits Aisyah ra dalam meninggalkan wudhu saat mencium, yaitu hadits Al A’masy dari Hubaib, dari Urwah, dari Aisyah. Demikian pula (hadits ini) dipungkiri oleh Imam Ibn Mu’in sebagaimana dijelaskan pada Taarikh Addauriy 2925. (Arsyif Multaqa Ahlul hadits Juz 1 hal 9974).

b. Pendapat lain tentang hadits dhoif itu bahwa ia hadis mansukh, karena menurut Imam Syafii hadits itu adalah sebelum turunnya ayat Aw Laamastumunnisa. (QS Annisa 43 dan QS Al Maidah 6). Maka walau pun seandainya hadits itu shahih, maka ia digantikan hukumnya (mansukh) jika kemudian turun ayat yg merubahnya, sebagaimana ayat  Alqur’an pun ada yang mansukh dengan ayat yang turun kemudian. Apalagi jika hadits itu sudah didhoifkan oleh Imam Seluruh Ahli hadits, yaitu Imam Bukhari

c. Pendapat lain mengatakan hadits itu adalah kekhususan bagi Nabi saw dan tidak untuk ummat, sebagaimana beliau saw menikah lebih dari 4 istri.

2. Hadits yang kedua.
Berkata Hujjatul Islam Al Imam Nawawi dalam kitabnya syarah Nawawi ala Shahih Muslim

، ني ِرخآ َو ُهْن َع للا َي ِض َر ةَفيِن َح يِبَأ ب َهْذ َم َو ُه َو ، ءو ُض ُولا ضُقْنَي ل ةَأ ْر َملا س ْمَل لوُقَي ْن َم ِهِب َّلَدَت ْسِا

َبي ِجُأ َو ، َكِلذ لي ِصْفَت يِف اوُفَلَت ْخا َو ضُقْنَي : َنو ُرَثْكَْلأا َو ىَلاَعَت للا ْم ُه َم ِح َر د َم ْحَأ َو ّيِعِفاشلا َو كِلا َم َلاَق َو

ْن َم ل ْوق ىَل َع َو ، هرْي َغ َو ىَلاَعَت للا ُه َم ِح َر ّيِعِفاشلا ل ْوق ىَل َع ضَقَتْنُي ل سو ُمْل َمْلا َّنَأِب ثيِد َحلا اَذ َه ْن َع

ّر ُضَي َلف لِئا َح ق ْوَف َناَك ُهَّنَأ ىَل َع س ْمَّللا اَذ َه ل َم ْحُي اَنبا َح ْصَأ دْن ِع ح ِجا َّرلا َو ُه َو ضَقَتْنُي َلاَق .

“Berdalilkan orang yang berkata bahwa menyentuh wanita tidak batal wudhu, dan ia adalah madzhab Abu Hanifah (Imam hanafi), dan berkata Imam Malik, dan Imam Syafii, dan Imam Ahmad dan kebanyakan lainnya bahwa sentuhan itu membatalkan wudhu”. Dan beliau juga menjelaskan pada halaman yang sama bahwa yang dimaksud hadits itu adalah bersentuhan dengan dibatasi kain, maka tidak membatalkan. (Syarah Nawawi ala Shahih Muslim).

Wallahu a’lam.

Leave your comment here: