PUJIAN MANUSIA KEPADAMU
IMAM IBNU ‘ATHOILLAH MENJELASKAN :
الناس يمحونك لما يظنو نه فيك فكن أنت ذاما لنفسك لما تعلمه منها
“Apabila manusia memujimu, karena menyangka ada sesuatu pada dirimu, Oleh sebab itu hendaklah engkau mencari dirimu sendiri, karena engkau lebih mengetahui hakikat dirimu”.
Umumnya apabila manusia memuji seseorang, karena ada sesuatu yang di miliki oleh orang yang di puji, dan ia mengharap akan mendapat sesuatu yang di inginkanya, di pujilah orang tersebut karena sesuatu kepentingan tertentu.
Memuji manusia pada dasarnya tidak di larang dalam agama, selama pujian itu tidak merukan orang lain, atau membuat orang lain menjadi angkuh, atau merasa dengan pujian itu ia mendapat kesempatan untuk menghina atau mencari keuntungan. Terutama pujian yang sangat berlebihan.
Memuji manusia yang sangat berlebihan akan menyamai manusia terhadap sang kholiq, sebab yang berhak menerima pujian setinggi tingginya adalah hanya Alloh Swt. Segala yang tinggi,mulia dan bermartabat juga mendapat pujian dunia,adalah pujan yang palsu. Lahir dari ketidak jujuran insan pada dirinya sendiri. Pujian manusia pada sesamanya bagaimanapun ikhlasnya, memiliki kehendak khusus walau sedikit.
Memuji dengan maksud seperti itu tidak di temukan dalam pujian makhluk kepada Alloh Swt. Pujian hamba kepada sang kholiq adalah pujian yang hakiki, karena Alloh adalah dzat yang maha agung dan maha suci, juga pujian yang lahir dari pengabdian dirinya sebagai hamba.
Alloh Swt adalah dzat yang kepadanyalah semesta alam memberikan pujian, Dialah Robbul ‘Alamin dan pujian bagi Alloh dengan mengucapkan Al Hamdulillahi robbil ‘Alamin..
Seorang hamba janganlah bahagia mendapatkan pujian dari orang lain, sebab di saat seseorang sedang mendapat pujian dari orang lain, berarti dia telah memberi kesempatan kepada syetan untuk menyelusup ke dalam hatinya. Di saat itu syetan membesar besarkan hatinya dan membangga banggakan jiwanya, kemudian membakar pula sifat sifat angkuh lalu menenggelamkan dirinya sedikit demi sedikit.
Apabila ada orang memuji dirimu baik banyak maupun sedikit, hendaklah engkau mencela dan mencaci dirimu, sebab engkau lebih tahu siapa dirimu sendiri dan kejelakan juga kebaikanmu. Dan engkaupun lebih tahu kejelekan dan kekurangan yang sedang di tutupi oleh Alloh Swt.
Janganlah memuji dan janganlah suka di puji, agar terhindar dari sifat sifat buruk seperti munafik,ujub,lupa diri, dan sifat sifat buruk lainya akibat kelemahan manusia.
Agar kita terhindar dari sifat sifat buruk tersebut maka hendaklah kita berdo’a :
اللهم اجعلني خيرا مما يظنون واغفرلي مالا يعلمون ولا تؤاخذني بما يقولون
“Ya Alloh..Jadikanlah kami lebih baik dari yang mereka duga, dan janganlah Engkau siksa kami karena apa yang mereka ucapkan, dan ampunilah kami dari apa yang mereka itu tidak tahu”.
Imam Ghozali Ra. Berkata :
“Apabila kalian membenci dirimu hendaklah kalian alihkan untuk memuji kepada Alloh Swt. Karena orang yang memuji Alloh itu adalah orang yang dekat dengan Alloh Swt. Sedangkan orang yang berlebihan memuji manusia adalah orang yang lupa bahwa Alloh bersifat maha tinggi dan terpuji”.
Sangat penting untuk di ingat oleh hamba Alloh Swt. Bahwa setiap orang memiliki kelebihan yang tidak sama di antar satu sama lainya. Kelebihan itu adalah anugerah dari Alloh swt yang wajib di hargai. Ia harus yakin pada dirinya sendiri tentang apa yang ada padanya, sehingga tidak mudah ia terpesona atas pujian manusia terhadapnya. Ia harus malu kepada Alloh apabila ia menerima pujian dan ingin memelihara pujian terhadap dirinya.
Imam Ibnu ‘Athoillah mengingatkan :
المؤمن إذا مدح استحيا من الله تعالي أن يثنى عليه بوصف لا يشهده من نفسه
“Orang beriman itu apabila mendapat pujian, maka ia merasa malu terhadap Alloh Swt atas pujian yang di di terimanya, apabila sifat sifat yang di maksud tidak di milikinya sama sekali”.
Perlu diketahui bahwa orang mukmin hakiki tidak menginginkan pujian apapun bagi dirinya. Ia tidak menyaksikan di hadapan manusia adanya pujian untuknya, karena di hadapan Alloh swt ia kan menjadi orang yang hina dan sangat malu. Dia tidak ingin hal ini terjadi, karena memuji manusia tidak lain adalah memuji ciptaan Alloh Swt. Seperti makhluk lainya untuk dirinya. Ia tidak ingin di anggap seperti orang dungu yang suka di puji dan tidak menghargai pemberian Alloh kepada manusia.
Di tegaskan lagi Imam Ibnu ‘Athoillah :
أجهل الناس من ترك يقين ما عنده لظن ما عند الناس
“Adapun manusia yang paling bodoh ialah orang yang suka mengabaikan keyakinan dirinya karena mengikuti dugaan yang ada pada orang lain”.
Orang yang paling tergiur oleh pujian dari manusia dan paling suka kalau mendapat pujian, sedangkan ia sendiri lebih tahu tentang dirinya,dosa dan kesalahanya,kelemahan dan kekuranganya, maka orang seprti ini termasuk orang bodoh di sisi Alloh swt. Orang seperti ini suka mengabaikan keyakinan dirinya karena senang di puji orang lain. Padahal ia sendiri mempunyai kemampuan diri dan potensi yang tidak memerlukan sanjungan dan pujian.
Kembalikanlah semua pujian itu kepada Alloh Swt. Karena Dia lah yang pantas mendapat pujian segala puja dan puji itu hanyalah milik Alloh pemelihara alam semesta.
Imam Ibnu ‘Athoillah berkata :
إذا أطلق الثناء عليك ولست بأهل فاثن عليه بما هو اهله
“Jika Alloh membiarkan manusia mengulurkan lidahnya untuk memujimu, padahal engkau sendiri tidak patut menerima pujian itu, maka pujilah Alloh Swt. Karena Dia lah yang berhak untuk di puji”.
Hiduplah seperti manusia pada umumnya dengan tahu jati dirinya sendiri,menghargai pikiran dan perasaan sendiri dan selalu memohon perlindungan Alloh dengan tak henti hentinya. Itulah manusia mukmin yang beribadah dan beramal tanpa mengingat puji dan sanjungan dari orang lain. Dalam jiwa dan pikiranya hanya ada kalimat yang suci dan abadi yaitu Al Hamdulillahi Robbil ‘Alamin..
الزهاد اذا مدحوا انقبضوا لشهودهم الثناء من الخلق والعارفون اذا مدحوا انبسطوا لشهودهم ذلك من الملك الحق
“Adapun orang yang zuhud apabila mendengar pujian dan sanjungan bagi dirinya dari sesama makhluk akan menjadi ketakutan. Sedangkan orang yang arif apabila mendapat pujian ia merasa gembira, karena tahu pujian itu berasal dari Al Haq Alloh Swt”.