KEMANTAPAN HATI DALAM KEHIDUPAN
Kemantapan Hati
Kemantapan hati seorang itu akan sangat berpengaruh sekali dengan hasilnya suatu usaha, apalagi ditambah dengan berdo’a, maka akan lebih sempurna seorang tersebut. Maka dari itu berdo’a dan berusaha itu seolah-olah tidak boleh dipisahkan , banyak sekali orang selalu berusaha tetapi jika meninggalkan berdo’a orang akan dikatakan sombong, karena dia punya Tuhan yang mampu dan berkuasa tetapi dia tidak memohon pada-Nya malah mengandalkan usahanya sendiri, demikian juga orang yang hanya berdo’a saja dan tidak mau berusaha ini juga salah, kecuali kalau memang sudah makomnya atau sudah tingkatannya.
Jika sudah berusaha dan berdo’a maka itu akan sempurna, lebih sempurna lagi ketika diiringi oleh jiwa yang tidak mudah marah dan putus asa. Hal yang semacam ini biasanya timbul dari seseorang yang di beri pangkat atau kedudukan oleh Allah, terkadang mereka tidak kuat dengan pangkat yang telah diberikan oleh Allah, akhirnya ketika dicoba oleh Allah mereka tidak kuat, maka timbullah marah, padahal Nabi Muhammad pernah ditanya oleh seorang sahabat :
“Ya Rosulullah ! amalan apa yang bisa menjadikan masuk Surga?“ kata sahabat.
Nabi pun menjawab :
“ La taghdzob“ yang berarti jangan marah.
Pertanyaan dan jawaban ini diulang sampai tiga kali. Dengan adanya sifat marah nanti juga akan timbul sifat putus asa.
Di dalam Al-Qur’an juga sudah jelas bahwa Allah berfirman yang artinya : “Janganlah engkau memutuskan rahmat Allah”.
Sebagai contoh, terkadang hal yang biasa terjadi tapi tidak terasa yaitu ketika seorang guru memerintahkan sesuatu kepada anak didiknya, tetapi anak didik tersebut tidak mau melaksanakan apa yang diperintahnya, lalu sang guru membiarkan dan mendiamkan anak tersebut, bahkan marah kepadanya.
Sifat ini lah yang perlu dihilangkan. Tetapi, terkadang guru tidak merasa, padahal ini sifat yang kurang baik, mestinya ketika anak yang sulit harus selalu didekati dan dirayu, bukan malah dibiarkan gara-gara masalah yang sepele.
Kecuali guru tersebut marah dan membiarkannya, dengan tujuan supaya anak tersebut akan sadar dan mau taat dengan perintahnya. Tetapi, terkadang guru marah itu karena gengsi, karena dia sudah jadi guru alias punya kedudukan yang tinggi, berhubung anak didiknya di perintah tidak mau maka langsung marah. Inilah kebiasaan-kebiasaan yang kadang dilalaikan oleh orang-orang yang diberi kedudukan oleh Allah.