KETIKA MA’MUM TIDAK SELESAI MEMBACA AL FATIHAH DALAM SHOLAT TAROWIH

THUMA’NINAH DALAM RUKUN FI’LI
Fenomena yang mungkin banyak terjadi di sebagian Masyarakat kita terkait dengan Sholat Tarawih yang kilat atau bahkan super cepat, hal itu menimbulkan banyak tanda tanya yang tak berujung. Kita bisa melihat sholat tarowih yang begitu cepatnya, bayangkan saja, 20 rokaat bisa selesai dalam waktu hanya 15 menit, si ma’mum langsung saja mengikuti ruku’nya si imam banyak dari ma’mum yang sudah cukup umur ketinggalan membaca fatihah di karenakan imam sudah melakukan ruku’ sebelum si ma’mum selesai membaca fatihah, karena takut ketinggalan maka si ma’mum langsung saja mengikuti ruku’nya si imam. Baru ketika memasuki sholat witir, gerakan sholat di perlambat sedikit.
Sebetulnya sejauh mana batasan Thuma’ninah dalam rukun Fi’li dalam Sholat itu?
Apakah tarowih yang model super kilat seperti itu bisa di anggap benar menurut fiqh?, dan bagaimanakah hukumnya sekiranya ma’mum tidak selesai dalam membaca al Fatihah yang merupakan rukun sholat?
Thuma`ninah adalah salah satu dari rukun sholat menurut sebagian ulama seperti Imam Nawawi, karena ada sebagian yang mengatakan bahwa Thuma`ninah bukanlah rukun tersendiri melainkan suatu sifat yang ikut terhadap rukun seperti pendapatnya Imam Ibnu Hajar.
Berpijak pada pendapat yang mengatakan bahwa Thuma`ninah adalah rukun tersendiri, Thuma`ninah harus dikerjakan pada empat tempat yaitu: Ruku’, I’tidal, Sujud dan duduk di antara dua sujud.
Thuma`ninah adalah berhenti (diam) sejenak sekadar ucapan Subhanalloh setelah melakukan gerakan. Maksudnya sekira antara dua gerakan tidak dianggap sambung antara satu dengan yang lainnya.
Yang dikehendaki berhenti pada redaksi para ulama bukanlah berhenti atau diam secara hakiki melainkan terpisahnya antara dua gerakan. Sehingga, semisal ada seseorang setelah turun untuk melakukan ruku’ ia melakukan gerakan yang tidak membatalkan sholat kemudian dia langsung berdiri untuk I’tidal maka ruku’nya sudah dianggap sah.
Untuk masalah apakah ma’mum yang mengikuti ruku’nya imam walaupun belum selesai membaca fatihah, memang ada yang memperbolehkanya, yaitu Imam Romli pengarang kitab Nihayatul Muhtaj, beliau menjelaskan bahwa apabila imam melakukan ruku’ dan si ma’mum belum selesai membaca al fatihah, sementara si imam sudah selesai membaca fatihah dan suratan setelah fatihah, maka boleh langsung mengikuti si imam.
Berbeda dengan orang yang normal adalah orang yang was was di dalam sholat, maka orang yang was was jikalau bacaan fatihahnya belum selesai dan imam sudah melakukan ruku’ tidak di perbolehkan mengikuti ruku’nya imam, dan harus menyempurnakan fatihahnya. Apabila orang yang was was tadi ketika menyelesaikan bacaan fatihahnya sampai menghabiskan du rukun sholat si imam, maka dia wajib mufaroqoh(memutuskan sholat sendiri) dari ma’mum kepada imam. Hal ini di sampaikan di dalam kitab Hasyiyah al Jamal juz 1 hal. 573
Referensi :
شرح كاشفة السجا على سفينة النجا ص 69-70 :
الأركان التي تلزم فيها الطمأنينة أربعة؛ الركوع والإعتدال والسجود والجلوس بين السجدتين. ثم بين المصنف صورة الطمأنينة فقال؛ الطمأنينة هي سكون بعد حركة أي سكون الأعضاء بعد حركتها من هوي ونهوض، ولو قال هي سكون بين حركتين لكان أولى؛ بحيث يستقر كل عضو محله بقدر سبحان الله أي بقدر التلفظ بذلك. إهـ
ﺑﻐﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ ﺹ 43-42 :
ﻣﺴﺄﻟﺔ : ﻙ: ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﻘﻮﻟﻬﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻄﻤﺄﻧﻴﻨﺔ ﺑﺤﻴﺚ ﺗﺴﺘﻘﺮ ﺃﻋﻀﺎﺅﻩ ﺍﻧﻔﺼﺎﻝ ﺣﺮﻛﺔ ﺍﻟﻬﻮﻱّ ﻋﻦ ﺣﺮﻛﺔ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﺑﺤﻴﺚ ﻻ ﺗﺘﺼﻞ ﺍﻟﺤﺮﻛﺘﺎﻥ ، ﻓﻠﻮ ﻓﺮﻍ ﻣﻦ ﺣﺮﻛﺔ ﺍﻟﻬﻮﻱّ ﺛﻢ ﻣﻜﺚ ﻳﺤﺮﻙ ﺷﻴﺌﺎً ﻣﻦ ﺃﻋﻀﺎﺋﻪ ﺣﺮﻛﺔ ﻏﻴﺮ ﻣﺒﻄﻠﺔ ، ﺛﻢ ﺭﻓﻊ ﺇﻟﻰ ﺍﻻﻋﺘﺪﺍﻝ ﻣﺜﻼً ﺻﺢ ﺭﻛﻮﻋﻪ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻄﻠﻘﻮﺍ ﺍﺳﺘﻘﺮﺍﺭ ﺍﻷﻋﻀﺎﺀ ، ﺑﻞ ﻗﻴﺪﻭﻩ ﺑﺤﻴﺚ ﻳﻨﻔﺼﻞ ﺍﻟﺦ ، ﻓﻈﻬﺮ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﺎﻟﺴﻜﻮﻥ ﻭﺍﻻﺳﺘﻘﺮﺍﺭ ﻓﻲ ﻛﻼﻣﻬﻢ ﺍﻻﻧﻔﺼﺎﻝ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺤﺮﻛﺘﻴﻦ ﻻ ﺣﻘﻴﻘﺔ ﺍﻟﺴﻜﻮﻥ. ﺇﻫـ