MEMEGANG TONGKAT DALAM KHUTBAH JUM’AT DAN TERJEMAHNYA
- Bagaimana hukumnya orang khutbah memegang tongkat dengan tangan kanan?
- Bagaimana hukumnya orang khutbah yang mustami’ (pendengar) tidak tahu bahasa Arab, kemudian ada yang mengatakan boleh diterjemahkan kedalam bahasa Jawa. Apakah betul?
Jawaban :
- Memegang tongkat di dalam melakukan khutbah jum’at adalah Hukumnya makruh.
Dasar pengambilan:
Kitab al Hawasyil Madaniyah Juz 2 halaman 44:
وَأنْ يَعْتَمِدَ الخَطِيْبُ عَلَى نَحْوِ عَصَا او سَيْفٍ او قَوسٍ بِيَسَارِهِ لِلإِتِّبَاعِ, وَحِكْمَتُهُ أنَّ هَذَا الدِّيْنَ, بِالسِّلاَحِ, وَتَكُونُ يُمْنَاهُ مَشْغُولَةَ بِالمِنْبَرِ إنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ نَجَاسَةٌ كَعَاجٍ او ذَرْكِ طَيْرٍ. فَإن لَم يَجِدْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ جَعَلَ اليُمْنَى عَلَى اليُسْرَى تَحْتَ صَدْرِهِ.
Dan hendaklah khotib memegang pada seumpama tongkat atau pedang atau gendewa dengan tangan kirinya karena mengikuti ulama’ salaf, hikmahnya adalah sesungguhnya agama ini telah tegak dengan bantuan senjata, dan tangan kanannya adalah disibukkan dengan mimbar jika pada mimbar tersebut tidak terdapat najis seperti gading atau kotoran burung. Jika khotib tidak mendapatkan sesuatu dari hal tersebut, maka dia menjadikan tangan kanannya diatas tangan kirinya di bawah dadanya.
- Menerjemahkan rukun khutbah itu hukumnya boleh.
Dasar pengambilan:
Kitab Al Fiqhul Manhaji juz 1 halaman 206:
أَنْ تُتْلَى أَرْكَانُ الخُطْبَةِ بِاللُغَةِ العَرَبِيَّةِ. عَلَى الخَطِيبِ أنْ يَخْطُبَ بِاللُغَةِ العَرَبِيَّةِ وَإنْ لَم يَفْهَمْهَا الحَاضِرُونَ, فَإنْ لَمْ يَكُنْ ثَمَّةَ مَنْ لَمْ يَعْلَمُ العَربِيَّةَ وَمضَى زَمَانٌ أمْكَنَ خِلاَلَهُ تَعَلُّمُهَا أَثِمُوا جَمِيْعًا وَلاَ جُمُعَةَ لَهُمْ بَلْ يُصَلُّونَهَا ظُهْرًا. أَمَّا إذَا لَمْ تَمْضِ مُدَّةٌ يُمْكِنُ تُعُلُّم العَرَبِيَّةِ خِلاَلَهَا تَرْجَمَ أركَانَ الخُطْبَةِ بِاللُغَةِ الَّتِى شَاءَ وَصَحَّتْ بِذَلِكَ الجُمُعَةُ.
Hendaklah rukun-rukun khutbah itu dibaca dengan bahasa Arab. Wajib bagi khotib untuk berkhutbah dengan bahasa Arab meskipun para hadirin tidak memahaminya. Jika disitu tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab, sedangkan telah lampau satu masa yang di celah waktu tersebut memungkinkan untuk mempelajari bahasa Arab, maka mereka semuanya berdosa, dan salat Jum’at tidaklah sah bagi mereka, dan mereka wajib melakukan salat dzuhur. Adapun jika tidak berlalu satu masa yang memungkinkan belajar bahasa Arab di sela-sela waktu tersebut, maka khotib menerjemahkan rukun-rukun khutbah dengan bahasa yang dia sukai dan dengan terjemah tersebut salat jumuahnya sah.