CINTA MUSLIMAH SEJATI Bag. 5
Air mataku semakin cepat menetes,karena saking cepatnya sehingga berubah menjadi mengalir dan akankah terus menjadi banjir..?
Tiba-tiba aku tersentak karena ada sentuhan lembut di kedua pundak kanan kiri,sebuah tangan yang lembut dengan tiba-tiba menengadahkan wajahku yang penuh dengan air mata,tangan itu terus menyusuri pipi kanan dan kiri membuang air mata yang hampir menenggelamkannya.
Tangan lembut itu terus berusaha dengan penuh kasih sayang membuang mutiara-mutiara air mata dari kedua mataku yang kini sudah mulai pelan mengalirnya, semakin pelan… semakin pelan… dan kini sudah tak mengalir lagi….
Tes..tes…berubah menetes, tiga tetes…dua tetes…satu tetes…. dan akhirnya berhenti samasekali, tangan halus itu telah pergi, pergi karena aku sudah tak menangis lagi.
Wajah sembab ini ku usap dengan sisa kekuatan yang di alirkan oleh tangan halus tadi, dalam sisa-sisa tangis ku mencari cari, bola mata berputar putar berusaha.
Di atas benda putih aku temukan tangan yang lembut tadi, segera ku dekati dan ku raih, ada cincin bertahtakan berlian melingkar di jari manisnya, jantung ini menjadi berdebar debar memperhatikannya lalu dengan sangat takdzim ku cium tangan yang lembut itu, tangan ibuku.
Beliau beranjak memeluk ku yang masih dalam sisa sisa tangis, pelukan kasih sayang seorang ibu pada buah hatinya, pelukan yang sangat membahagiakan dan selalu ku rindukan. Spontan mataku mengerjap, ada sesuatu yang halus masuk ke dalam hidungku, sesuatu itu berputar putar mengelilingi dinding hidung sampai tak tersisa, setelah itu naik ke otak melalui syaraf syaraf.
Wangi… ya.. sesuatu itu adalah aroma wangi yang berasal dari mukena yang di kenakan ibu.
Dalam pelukan ibu aku merasa aman
Dalam pelukan ibu aku merasa nyaman
Dalam lindungan dan kasih sayang ibu aku tenteram dan bahagia
Lalu… seperti apakah rasanya realita hidup di surga dalam kasih sayang Alloh yang maha mengasihi dan menyayangi…..?
Subhanalloh… sungguh diriku ini terlalu kerdil untuk bisa menggambarkanya
Hanya berdo’a dan terus berdo’a yang dapat aku lakukan, karena hanya orang orang pilihanlah yang berhak mendapatkanya.
Ibu melepaskan pelukanya dengan pelan pelan…ada rasa enggan di dada ini..
Tapi…. tak ada keberanian nyata untuk melawan..
Kedua mata ibu mengamati wajahku, mata ibu yang bening , sebening hatinya, mata yang kadang menyelidiki buah hatinya… bukan karena curiga apalagi menghina, tapi mengamati untuk memastikan bahwa buah hatinya masih seperti biasa tanpa ada satu masalah yang sedang di derita.
Dengan matanya, ibu bisa menerka tentang keadaan anknya, memang mata ibu snagat peka terhadap buah hatinya, begitu pula hatinya.
Sungguh mata ini tak sanggup, tak berani saling tatap dengan mata ibu. Sehingga mata ini dengan sengaja menjatuhkan pandangan ke jari jari tanganku yang terjejr apaik di atas kedua paha. Dan dengan reflek hati ini mengatakan “sepuluh”.. bererti jariku yang lentik masih utuh, kemudian sepuluh jari yang ada di tangan saling bergerak, saling bertemu dan saling meremas satu sama lain. Jari jari itu terlihat seperti sedang saling memeluk, dan sesekali juga saling berpindah saling mengikuti bergantian. Gerakan jemari yang sepuluh itu mewakili perasaanku, perasaan syahdu dalam menanti sesuatu yang akan di ucapkan ibu sebagai pesan mulia ke buah hatinya.
“Jadilah wanita yang sholihah ya nduk…”.
Aku mengangguk dengan tulus dan tak lupa memohon do’a kepadanya.
InsyaAlloh bu… do’akan ya bu… jawabku dengan penuh takdzim..
Bersambung…….
Adzan shubuh di kumandangkan memecah…….