APAKAH MUNGKIN SATU HATI DUA CINTA DALAM BERIBADAH

APAKAH MUNGKIN SATU HATI DUA CINTA DALAM BERIBADAH

  BAYI 3              Suatu hari Fudhail Bin ‘Iyaadh duduk memangku anak perempuannya yang berusia empat tahun, sesekali ia mencium pipi anak itu sebagai ungkapan rasa sayang seorang ayah.

“Ayah, apakah kau mencintai aku?” tanya anak itu

“Ya,” jawab Fudhail

“Apakah kau mencintai Tuhan ?”

“Ya”

“Berapa hati yang kau miliki, Ayah ?”

“Satu ”

“Dapatkah kau mencintai dua hal dengan satu hati ?” anak itu bertanya lagi.

Saat itu pula Fudhail terhenyak, ia sadar yang berbicara bukanlah gadis kecilnya melainkan petunjuk Yang Maha Kuasa.

Merasa malu ia memukuli kepalanya dan bertaubat, dan sejak saat itu ia hanya persembahkan hatinya untukNya.

Dari cerita di atas dapat kita simpulkan bahwa memang manusia apabila sudah memasuki ranah Sufi, tidak akan mampu mencintai 2 hal sekaligus dengan imbang atau adil. Terlebih apabila yang di cintainya adalah Tuhanya bersamaaan dengan sesama makhluk.

Sama juga ketika manusia mempunyai 2 hal yang harus di hidmatinya, maka tentu keduanya tidak akan mendapatkan perlakuan yang seimbang.

Oleh karena sangat bijaknya, biasanya sang guru Sufi menyuruh murid muridnya agar hanya melakukan hidmah kepada satu guru saja tanpa menduakan dengan yang selainya.

Tetapi hal seperti sering di fahami oleh orang yang belum sampai pengetahuanya sebagai ke Egoisan dari sang guru tersebut. Padahal justru hal itu di lakukan oleh sang guru karena sangat tidak ada rasa egois sedikitpun, yang bertujuan mengantarkan pada berhasilnya tujuan si murid dengan sempurna.

Sama halnya juga yang di lakukan oleh para ulama fiqh, bahwa tidak di perbolehkanya kita mencampur adukan dari pendapat beberapa madzhab adalah agar nanti kita di hadapan Alloh ketika di mintai pertanggung jawaban akan dengan benar di akui sebagai pengamal salah satu imam Madzhab yang secara penuh bertanggung jawab kepada seluruh orang yang mengamalkan apa yang menjadi pendapatnya, berbeda dengan orang yang mencampradukan aamalan dari berbagai madzhab, maka nanti semua Imam madzhab tidak akan mengakui sebagai orang yang mengamalkan pendapatnya, sehingga dia selalu di tolak oleh seluruh imam madzhab karena tidak secara penuh mengamalkan pendapat dari salah satu madzhab.

Leave your comment here: