NAFSU YANG BERADA DI DALAM DIRI SEORANG MANUSIA

Sulthanul Auilyaa’ Imam Junaid alBagdadi berkisah, “Pada suatu malam, aku tidak tidur. Ingin melakukan wirid yang menjadi kebiasaanku. Namun kenapa hati ini tidak tenang. Wirid yang biasanya membuatku merasa tenang malah membuat hatiku gundah gulana. Karena tidak nyaman dengan wirid, Aku mencoba tidur. Tapi tidak bisa. Mencoba duduk, lagi-lagi malah terasa penat. Kuputuskan keluar rumah, mencari angin segar. Kubuka pintu rumah, ternyata di depan rumah ada orang yang memakai kain kasar tiduran di trotoar. Waktu ia melihatku. Ia langsung mendongak dan menyapa:
“Sampai jam begini belum Tidur, apakah menanti waktu subuh?”.
“Entahlah tuan, aku cuma ingin keluar” Jawabku.
“Sebenarnya, aku berdo’a ke pada Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati. Agar engkau gelisah dan keluar menemuiku”.
“Apa hajatmu?”.
“Aku hanya ingin bertanya satu hal padamu, Kapan penyakit nafsu (diri/keinginan) bisa menjadi obat nafsu?”.
“Waktu, kau membuang Hawa (dorongan kuat)-nya nafsu. Maka, penyakit nafsu bisa menjadi obat Nafsu”.
Kemudian orang itu berbicara pada dirinya sendiri, “Hai Nafsu,,,,, Dengarlah!!, sebenarnya aku sudah memberikan jawaban ini pada dirimu sebanyak tujuh kali. Tapi kau selalu mengabaikannya. Sampai kau mendengarnya dari Junaid”.
Setelah itu, ia pergi dan tak pernah kembali.
****
Syaikhul Islam Al Ghazali berkata:
“Nafsu di bagi menjadi empat:
1. AmmaaratumBissu-I (Nafsu yang memerintahkan ke jelekan), yakni Nafsu orang Kafir.
2. Allawwaamah (Nafsu yang suka mencaci), Yakni nafsu orang mukmin yang berdosa/suka berbuat maksiat.
3. Al Mulhamah (Nafsu yang di beri ilham), Yakni nafsu kebanyakan orang mukmin yang sekali tempo melakukan kebaikan. Dan melakukan kejelekan di lain waktu.
4. Al Muthmainnah (Nafsu yang tenang), Yakni nafsu Anbiyaa’, Auliyaa’ dan Shiddiqiin”.
******
Memang tidak bisa di pungkiri nafsu adalah keinginan diri yang dianugrahkan Allah Ta’ala pada hambanya. Namun, Allahpun juga memerintahkan agar kita tidak “melepas” nafsu kita sampai tidak terkontrol. Atau bahkan menjadi majikan sedangkan budaknya adalah kita.
Admin hanyalah orang biasa, yang masih terombang-ambing dengan Hawa Nafsu (Dorongan keinginan yang kuat). Dengan Postingan ini Kami belajar dan terus belajar menata hati seraya berdo’a, “Yaa Allah,,,, berikanlah kami nafsu yang indah, nafsu yang Engkau ridloi. Bukan Nafsu Angkara, bukan Nafsu amarah dan nafsu menjijikkan lainnya Amin… amin…amin…”.
Kitab SiraajutThaalibiin Juz 1 Hal: 317-318.