ORANG YANG TAHU ILMU PASTI MENGHORMATI ULAMA ATAU AHLI ILMU

ORANG YANG TAHU ILMU PASTI MENGHORMATI ULAMA ATAU AHLI ILMU

 AB

Belajar adalah hal yang merupakan kewajiban bagi seluruh orang islam, sesuai sabda Nabi:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Artinya: Rosululloh SAW. bersabda: “Mencari ilmu adalah suatu keharusan bagi setiap muslim”.

Imam Al Munawi dalam Faidlul Qodir memberikan penjelasan hadist ini sebagai berikut:

(فيض القدير 5264(ج 4 / ص 267)

(طلب العلم فريضة على كل مسلم) قد تباينت الأقوال وتناقضت الآراء وفي هذا العلم المفروض على نحو عشرين قولا وكل فرقة تقيم الأدلة على علمها وكل لكل معارض وبعض لبعض مناقض وأجود ما قيل قول القاضي: ما لا مندوحة عن تعلمه كمعرفة الصانع ونبوة رسله وكيفية الصلاة ونحوها فإن تعلمه فرض عين قال الغزالي في الإحياء: المراد العلم بالله وصفته التي تنشأ عنه المعارف القلبية وذلك لا يحصل من علم الكلام بل يكاد يكون حجابا مانعا منه وإنما يتوصل له بالمجاهدة فجاهد تشاهد ثم أطال في تقريره بما يشرح الصدور ويملأ القلب من النور إلى أن قال… سئل عنه النووي فقال: ضعيف وإن كان معناه صحيحا إلى أن قال… وقال المصنف: جمعت له خمسين طريقا وحكمت بصجته لغيره ولم أصحح حديثا لم أسبق لتصحيحه سواه.

Artinya: Telah aku jelaskan Qoul-qoul dan pertentangan pendapat tentang Ilmu yang di haruskan (mempelajarinya) sekitar 50 qoul, dan setiap golongan berpegang pada dasar-dasar sesuai keilmuan, satu sama lainnya saling bertentangan.

 

–         Namun pendapat yang paling Indah, adalah dari Imam Al Qodli: “Setiap ilmu yang harus di pelajari (tidak ada keleluasaan untuk tidak mempelajarinya) seperti mengetahui pencipta, kenabian RosulNYA, tata cara sholat dan lainnya, karena mempelajarinya adalah kewajiban bagi setiap orang”.

–         Imam Ghozali dalam kitab Ikhya’ berkata: “Yang di kehendaki (dengan Ilmu yang di haruskan mempelajarinya) adalah mengetahui (ma’rifat/Wushul) Alloh dan sifatNYA, dimana dengan ilmu tersebut muncul pengetahuan yang bersumber dari hati, dan hal itu tidak akan berhasil dari Ilmu Kalam (Tauhid/teologi), bahkan ilmu kalam bisa menjadi penghalang dan penyegah mengetahui Alloh. Ma’rifat kepada Alloh hanya bisa berhasil dengan mujahadah (bersungguh-sungguh beribadah kepada Alloh), bersungguh-sungguhlah maka engkau akan menemukan ma’rifat kepada Alloh!”. Kemudian Imam Ghozali membeberkan keterangan tentang sesuatu yang bisa melapangkan dada dan menerangi hati.

–         Pada waktu Imam Nawawi di tanya (tentang status) Hadist ini, beliau berkata: “(hadist ini) adalah hadist dloif (lemah dipandang dari periwayat), walaupun Shohih dalam segi makna (maknanya benar). Imam Mushonnif (pengarang kitab Jamiussoghir: Imam Suyuthi) berkata: “Aku mengumpulkan hadist ini (melalui) 50 periwayat dan aku menghukumi (hadist ini) dengan Shohih Li Ghoirihi (Shohih dengan memandang periwayatan hadist lain) dan aku tidak menghukumi shohih suatu hadist yang belum aku shohihkan selain hadist diatas”.

Beliau Nabi SAW. menekankan belajar, walaupun sulitnya pemahaman, jarak dan waktu,

شعب الإيمان للبيهقي – (ج 4 / ص 174)

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اطلبوا العلم ولو بالصين, فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم » « هذا حديث متنه مشهور, وإسناده ضعيف»

Artinya: Rosululloh SAW. bersabda: “Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri China, karena sesungguhnya Mencari ilmu adalah suatu keharusan bagi setiap muslim”.

 

Catatan: Hadist ini Masyhur namun dloif, sedangkan penggunaan hadist dloif untuk fadloilul a’mal (keutamaan beramal) adalah boleh.

Sedangkan ulama, guru ataupun ustadz sepeti hadist diatas ibid adalah merupakan pewaris para nabi yang menjadi pemegang tongkat estafet perjuangan agama islam, sehingga pelajar tidak akan mampu mempelajari ilmu agama dengan benar tanpa melalui ulama, bahkan apabila belajar ilmu Thariqot dan Haqiqot, beliau Imam Abu Yazid Al Basthomi memperingatkan pelajar yang mempelajarinya tanpa guru sebagai berikut:

تفسير حقي – (ج 7 / ص 393)

ومن كلام ابى يزيد البسطامى قدس سره من لم يكن له شيخ فشيخه الشيطان

Artinya: Sebagian dari perkataan Imam Abu Yazid -semoga Alloh menbersihkan rahasianya- “Barangsiapa yang tidak mempunyai guru, maka gurunya adalah Setan”. Imam Sayid Alawi bin As Saqof dalam kitab Sab’atul kutub menjelaskannya sebagai berikut:

سبعة الكتب المفيدة ص: 52

فصل فيمن يصح أن يتخذ شيخا إعلم وفقني الله وإياك لمرضاته أنه يجب على مريد الطريق أن يقصد عند إرادة إنابته وتوبته واستيقاظه من نوم غفلته شيخا من أهل زمانه يكون مترقيا في مقام الرجال الكمل شرعيا حقيقيا سلوكه على الكتاب والسنةوالاقتداء بالعلماء إلى أن قال… فالشيخ العارف الواصل وسيلة المريد إلى الله وبلبه الذي يدخل منه على الله فمن لاشيخ له يرشده فمرشده الشيطان ومن هذا تعلم أنه لا يجوز التصدر لأخذ العهد على المريدين وإرشادهم إلا بعد التربية اهـ

Artinya: Fasal menjelaskan orang yang bisa/pantas menjadi guru. ketahuilah! -semoga Alloh memberi pertolongan ridloNYA kepada kita- sesungguhnya wajib bagi murid Thoriqot apabila ingin kembali, taubat dan bangun dari tidur “lupanya” untuk mencari Syaikh (Mursyid/guru) di zamannya yang suluknya (metodenya) terdidik sebagi lelaki sempurna secara syariat dan hakikat, sesuai Al Qur’an, Al Hadist dan mengikuti Ulama. Sampai…. Maka guru yang wushul (sampai derajad ma’rifat Alloh) sebagai perantara murid pada Alloh, dan menjadi sari pati yang bisa menghantar ma’rifat Alloh. Maka orang yang tidak mempunyai guru yang mampu menjadi petunjuk baginya, maka pembimbingnya adalah setan, dan dari ini diketahui sesungguhnya tidak boleh mengambil janji (membaiat) pada para murid dan membimbing kecuali setelah memberi pendidikan (Ilmu Syariat).

Mayoritas ulama, seperti keterangan Imam Nawawi dalam kitab majmu’ berkata:

المجموع شرح المهذب الجزء الأول ص: 66

فقد قال ابن سيرين ومالك وخلائق من السلف: هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم. إلى أن قال… وقالوا: ولا تأخذ العلم ممن كان أخذه له من بطون الكتب من غير قراءة على شيوخ أو شيخ حاذق فمن لم يأخذه إلا من الكتب يقع في التصحيف ويكثر منه الغلط والتحريف.

Artinya: Imam Ibnu Sirin, Imam Malik dan Para ulama salaf benar-benar berkata: “Ilmu ini adalah agama, maka lihatlah (telitilah) dari siapa kalian mengambil (belajar tentang) agama kalian”, sampai… Para ulama berkata: “Janganlah kalian mengambil (belajar) ilmu dari orang yang belajar dari kitab tanpa membaca pada para Syaikh atau syaikh yang pintar, maka barangsiapa yang mempelajari ilmu hanya lewat buku akan mengalami kesalahan pemahaman, banyak membuat kekeliruan dan akan membelokkan pengertian.

Dengan sendirinya ulama mempunyai peranan yang sangat penting karena merupakan perantara ilmu, seperti ungkapan dalam kaidah fiqh:

للوسائل حكم المقاصد

Artinya: “perantara mempunyai hukum sama seperti tujuan”, yakni cara menghormati murid/pelajar kepada Masyayikh ataupun ustadz yang merupakan perantara untuk mendapatkan ilmu agama yang agung, seperti ungkapan Imam Ghozali:

هامش اتحاف السادة الجزء الأول ص: 336

قال رسول الله إنما أنا مثل الوالد لولده بأن يقصد انقاذهم من نار الآخرة وهو أهم من انقاذ الوالدين ولدهما من نار الدنيا ولذلك صار حق المعلم أعظم من حق الوالدين فإن الوالد سبب الوجود الحاضر والحياة الفانية والعلم سبب الحياة الياقية ولو لا المعلم لانساق ما حصل من جهة الأب إلى الهلاك الدائم

Artinya: Rosululloh SAW. bersabda: “Sesungguhnya Aku laksana orang tua bagi anaknya”, yang mempunyai tujuan menyelamatkan dari api neraka, dan ini lebih penting daripada para orang tua yang menyelamatkan anaknya dari api dunia (ekonomi), dan dari situ hak pengajar ilmu agama lebih agung daripada kedua orang tua, karena orang tua sebagai sebab keberadaan anak di dunia fana, sedangkan Ilmu sebab mendapatkan kehidupan kekal (Akhirot), dan andai tidak ada pengajar, maka sesuatu yang timbul dari ayah (meneyelamatkan dari api dunia/ekonomi) akan menggiring pada kerusakan selamanya.

Leave your comment here: