TELADAN TERBAIK DARI KEPEMIMPINAN NABI MUHAMAD SAW.
Seorang pemimpin dinilai bagaimana dia bersikap, dan bertindak dalam kepemimpinannya. Salah satu yang penting adalah kemampuan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan, efektifitas sebuah kebijakan dan bagaimana dampak atas kebijakan tersebut.
Sebuah keputusan lahir dari sebuah proses berfikir. Bermula dari cara pandang seseorang dalam menilai sesuatu kemudian berpengaruh terhadap cara berfikirnya. Cara berfikir yang dilandasi cara pandang tadi akan jadi penentu, tepat atau tidaknya keputusan seorang pemimpin dalam mengambil kebijakan. Kebijakan seorang pemimpin sering kali berpengaruh terhadap banyak orang dan ruang lingkup serta waktu yang lebih luas. Kesalahan dalam mengambil sebuah keputusan dalam memilih sebuah kebijakan akan berujung pada kegagalan suatu program atau bahkan kehancuran sebuah negara dan bangsa. Bagaimana cara Nabi Muhammad SAW berfikir? Sebagian besar dari kita pernah mendengar tentang kepemimpinan seorang Nabi Muhammad SAW dalam masa 22 tahun, beliau sanggup mengangkat derajat bangsa Arab dari bangsa jahiliyah yang diliputi kebodohan dan keterbelakangan menjadi bangsa terkemuka dan berhasil memimpin banyak bangsa di dunia.
Orang–orang yang berada dibawah kepemimpinannya merasakan kelembutan, kasih sayang dan penghormatan dari seorang pemimpin bernama Nabi Muhammad SAW . Cara berfikir Nabi Muhammad SAWyang lurus terlahir dari cara pandangnya yang juga lurus terhadap hidup dan kehidupan ini.Cara berfikir yang lurus tadi menghasilkan sebuah keputusan yang tepat sekaligus dapat diterima semua pihak, inilah cara berfikir Nabi Muhammad SAW:
- Beliau menomorsatukan fungsi sebagai landasan dalam memilih orang atau sesuatu, bukan penampilan atau faktor- faktor luar lainnya.
keempat sahabat yang dikenal sangat dekat dengan beliau yakni, Abu Bakar As-Sidiq, Umar Ibnu Khotob, Utsman Ibnu Affan, dan Ali Ibnu Abi Tholib adalah gambaran jelas kemampuan Nabi Muhammad SAW dalam melihat fungsi. Keempat sahabat tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri dalam era kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yaitu:
- a) Abu Bakar As-Sidiq yang bersifat percaya sepenuhnya kepada Nabi Muhammad SAW, adalah sahabat utama. Ini bermakana kepercayaan dari orang lain adalah modal utama seorang pemimpin.
- b) Umar Ibnu Khotob bersifat kuat, berani dan tidak kenal takut dalam menegakkan kebenaran. Ini bermakna kekuasaan akan efektif apabila ditunjang oleh semangat pembelaan terhadap kebenaran dengan penuh keberanian dan ditunjang kekuatan yang memadai.
- c) Utsman Ibnu Affan adalah seorang pedagang kaya raya yang rela menafkahkan seluruh harta kekayaannya untuk perjuangan Nabi Muhammad SAW. Faktor ketiga yang tidak kalah penting adalah pendanaan, sebuah kepemimpinan akan lebih lancar apabila ditunjang kondisi ekonomi yang baik dan keuangan yang lancar. Dan juga dibutuhkan pengorbanan yang tulus dari pemimpinnya demi kepentingan orang banyak.
- d) Ali Ibnu Abi Tholib adalah seorang pemuda yang berani dan tegas, penuh ide kreatif, rela berkorban dan lebih suka bekerja daripada bicara. Kepemimpinan akan menjadi semakin kuat karena ada regenerasi. Tidak ada pemimpin yang berkuasa selamanya, dia perlu menyiapkan penerus agar rencana- rencana yang belum terlaksana bisa di lanjutkan oleh generasi berikutnya.
- Beliau mengutamakan segi kemanfaatan dari pada kesia-siaan. Tidak ada perkataan, perbuatan, bahkan diamnya seorang Nabi Muhammad SAW yang menjadi sia-sia dan tidak bermakna. Pilihan terhadap kurma, madu, susu kambing dan air putih sebagai makanan yang bermanfaat untuk tubuh adalah salah satu contohnya. Bagaimana sukanya NabiMuhammad SAW. terhadap orang yang bekerja keras dan memberikan manfaat terhadap orang banyak, serta kebencian beliau terhadap orang yang menyusahkan dan merugikan orang lain adalah contoh yang lain.
- Beliau mendahulukan yang lebih mendesak daripada yang bisa ditunda. Ketika ada yang bertanya kepadanya, “mana yang harus dipilih apakah menyelamatkan seorang anak yang sedang menghadapi bahaya atau meneruskan sholat? maka beliau menyuruh untuk membatalkan sholat dan menyelamatkan anak yang sedang menghadapi bahaya”.
- Beliau lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri. Ketika datang wahyu untuk melakukan hijrah dari kota Makkah ke Madinah Nabi Muhammad SAW baru berangkat ke Madinah setelah semua kaum muslimin Makkah berangkat terlebih dahulu. Padahal saat itu beliau terancam akan dibunuh, namun tetap mengutamakan keselamatan kaumnya yang lebih lemah.
Ketika etnik Yahudi yang berada didalam kekuasaan kaum muslimin meminta perlindungan padanya dari gangguan orang islam di Madinah, beliau sampai mengeluarkan pernyataan:
“Bahwa barang siapa yang mengganggu dan menyakiti orang-orang Yahudi yang meminta perlindungan kepadanya, maka sama dengan menyatakan perang kepada Alloh dan Rosulnya”.
Padahal tindakan demikian dapat menjatuhkan kredibilitas beliau dimata kelompok-kelompok etnik Arab yang sudah lama memusuhi etnik Yahudi.
- Beliau memilih jalan yang tersukar untuk dunia dan termudah untuk umatnya, apabila ada orang yang lebih memilih mempersulit dirinya sendiri daripada mempersulit orang lain, maka dia adalah para nabi dan rosul. Begitupun dengan Nabi Muhammad SAW ketika orang lain di suruh mencari jalan termudah dalam beragama, maka beliau memilih mengurangi tidur, makan dan sholat sampai bengkak kakinya. Ketika beliau menyampaikan perintah Alloh SWT kepada umat untuk mengeluarkan zakat hartanya hanya sebesar dua setengah bagian saja dari harta mereka, dia bahkan menyerahkan seluruh hartanya untuk perjuangan dan tidak menyisakan untuknya dan keluarganya. Kecuali rumah yang menempel disamping masjid, satu dua potong pakaian dan beberapa butir kurma, atau sepotong roti kering untuk sarapan, sampai-sampai tidurnya hanya diatas pelepah kurma. Seperti beliau pernah bertanya kepada Aisyah RA istrinya, apakah hari itu ada sepotong roti kering atau sebiji kurma untuk dimakan. Ketika istrinya berkata bahwa tidak ada semua itu, maka Nabi Muhammad SAW mengambil batu dan mengganjalkannya ke perut untuk menahan lapar.
- Beliau lebih mendahulukan tujuan akhirat daripada maksud duniawi.
Para nabi dan rosul adalah orang-orang terpilih sekaligus contoh teladan bagi kita. Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa jalan akhirat itu lebih utama daripada kenikmatan dunia dengan seluruh isinya. Karena pandangannya yang selalu melihat akhirat sebagai tujuan, maka tidak ada yang sanggup menggoyah kan keyakinanya untuk menegakkan kebenaran, beliau bersabda:
“Seandainya kalian letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, maka aku tidak akan berhenti menyampaikan risalah ini”.
Demikian Nabi Muhammad SAW berrsabda kepada para pemimpin Quraisy yang mencoba menyuap Nabi Muhammad SAW dengan harta benda, menjanjikan kedudukan tertinggi dikalangan suku-suku Arab dan juga menyediakan wanita-wanita cantik, asalkan Nabi Muhammad SAW mau menghentikan dakwahnya dikalangan mereka.