BEGINILAH ADAB YANG DI LAKUKAN ROSULULLOH KETIKA MAKAN

BEGINILAH ADAB YANG DI LAKUKAN ROSULULLOH KETIKA MAKAN

 MAK

  • Makan dengan jemari tangan

Disunahkan makan menggunakan tiga jemari tangan saat ia makan dengan memakai tangan, namun tidak masalah bila ia menggunakan alat semacam sendok atau lainnya.

الأْكْل بِأَصَابِعِ الْيَدِ :

31 – يُسَنُّ الأْكْل بِثَلاَثَةِ أَصَابِعَ ، هَذَا إِنْ أَكَل بِيَدِهِ ، وَلاَ بَأْسَ بِاسْتِعْمَال الْمِلْعَقَةِ وَنَحْوِهَا . (3)

وَالتَّفْصِيل فِي ( أَكْلٌ ف 17 ) .

  • Menjilat jemari seusai makan

Termasuk yang menjadi kesunahan setelah usai makan adalah menjilati jemari sebelum ia usap dengan sapu tangan (atau basuh dengan air) berdasarkan hadits :

~ Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Jika salah seorang diantaramu makan, maka hendaklah ia menjilati jari-jemarinya, sebab ia tidak mengetahui dari jemari mana munculnya keberkahan.”

(HR. Muslim III/1607)

~ Bila salah seorang diantara kalian makan, Janganlah dia sapu tangannya dengan serbet sebelum dia jilati jarinya..” (HR. Bukhari-Muslim).

لَعْقُ الأْصَابِعِ بَعْدَ الأَْكْل :

32 – ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِلَى أَنَّ لَعْقَ الأْصَابِعِ بَعْدَ الأَْكْل وَقَبْل الْمَسْحِ بِالْمَنْدِيل سُنَّةٌ ؛ لِمَا وَرَدَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَال : ” إِذَا أَكَل أَحَدُكُمْ فَلْيَلْعَقْ أَصَابِعَهُ ، فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي فِي أَيَّتِهِنَّ الْبَرَكَةُ ” (1) .

وَلِمَا وَرَدَ أَنَّ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال : إِذَا أَكَل أَحَدُكُمْ طَعَامَهُ فَلاَ يَمْسَحْ يَدَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَا أَوْ يُلْعِقَهَا (2) .

(3) الإنصاف 8 / 121 .

(1) حديث : ” إذا أكل أحدكم فليلعق أصابعه . . ” أخرجه مسلم ( 3 / 1607 ) من حديث أبي هريرة .

(2) حديث : ” إذا أكل أحدكم طعاما . . ” أخرجه البخاري ( فتح الباري 9 / 577 ) ومسلم ( 3 / 1605 ) من حديث

Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah 45/272

وقع في حديث كعب بن عجرة عند الطبراني في الأوسط صفة لعق الأصابع ولفظه رأيت رسول الله صلى الله عليه و سلم يأكل بأصابعه الثلاث بالإبهام والتي تليها والوسطى ثم رأيته يلعق أصابعه الثلاث قبل أن يمسحها الوسطى ثم التي تليها ثم الإبهام قال شيخنا في شرح الترمذي كأن السر فيه أن الوسطى أكثر تلويثا لأنها أطول فيبقى فيها من الطعام أكثر من غيرها ولانها لطولها أول ما تنزل في الطعام ويحتمل أن الذي يلعق يكون بطن كفه إلى جهة وجهه فإذا ابتدأ بالوسطى انتقل إلى السبابة على جهة يمينه وكذلك الإبهام والله أعلم

Menurut Imam at-Thabarani dalam kitab al-Ausath dari hadits riwayat Ka’b Bin ‘Ajrah ra dituturkan tatacara menjilati tangan seusai makan

”Aku melihat Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam makan dengan menggunakan tiga jemarinya, ibu jari dan dua jari yang menyandinginya, kemudian aku melihat beliau menjilati ketiga jemarinya sebelum dibersihkan dengan sapu tangan, mulai dari jari yang tengah kemudian jari yang menyandinginya (telunjuk) kemudian ibu jari.

Berkata Guru Kami (al-‘Iraqy) dalam kitab Syarh at-Tirmidzi “Rahasianya adalah :

  • Karena jari tengah paling kotor saat makan sebab ia jemari paling panjang karena sisa makanan yang ada padanya lebih banyak ketimbang dijemari lainnya
  • Saat seseorang menjilati jemarinya kemungkinan perut jemari menghadap pada wajahnya, oleh karena panjangnya jari tengah saat ada sisa makanan yang jatuh dari jari tengah berpindah kejari arah kanannya (telunjuk) dan dari jari telunjuk berpindah kearah ibu jari

Fath al-Bari IX/579

قال ابن العربي : وقد كانوا يلعقون ويمسحون ثم يغسلون ، وقد لا وكذا تفعل العرب لا تغسل يدها حتى تمسح.

وحكمته أن الماء إذا رد على اليد قبل مسحها ترك ما عليها من زفر ودسم وزاد قذرا ، وإذا مسحها لم يبق إلا أثر قليل يزيله الماء.

Ibn ‘Arabi berkata “Adalah kebiasaan orang mereka seusai makan, menjilati tangan, mengusapnya dengan sapu tangan dan mencuci tangannya, begitu juga kebiasaan orang arab mereka tidak mencuci tangannya sebelum ia mengusapinya dengan serbet”

Hikmahnya saat air cucian mengenai tangan yang belum diusapi dengan serbet kotoran dari sisa makanan sangatlah banyak hingga membuat air semakin keruh dan tanganpun tidak bersih berbeda saat dilap dengan serbet sebelumnya kotoran yang tersisa tinggalah sedikit yang dapat dijamin bersih dengan dicuci memakai air.

Faidh al-Qadir I/482

 

Wallahu A’lamu Bis Showab

Leave your comment here: