HANYA ALLOH SWT YANG MAHA HEBAT SEGALA GALANYA

HANYA ALLOH SWT YANG MAHA HEBAT SEGALA GALANYA

 ALLOH

كَيْفَ يَتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ الَّذِيْ أَظْهَرَ كُلَّ شَيْءٍ.

كَيْفَ يَتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ الَّذِيْ ظَهَرَ بِكُلِّ شَيْءٍ.

كَيْفَ يَتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ الَّذِيْ ظَهَرَ فِيْ كُلِّ شَيْءٍ.

كَيْفَ يَتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ الَّذِيْ ظَهَرَ لِكُلِّ شَيْءٍ.

كَيْفَ يَتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ الَّذِيْ الظَاهِرُ قَبْلَ وُجُوْدِ كُلِّ شَيْءٍ. كَيْفَ يَتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ الَّذِيْ أظْهَِرُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ.

كَيْفَ يَتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ الْوَاحِدُ الَّذِيْ لَيْسَ مَعَهُ شَيْءٌ.

كَيْفَ يَتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ أَقْرَبُ إِلَيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ.

كَيْفَ يَتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيْءٌ وَلَوْلَاهُ مَا كَانَ وُجُوْدُ كُلِّ شَيْءٍ.

يَا عَجَبًا, كَيْفَ يَظْهَرُ الْوُجُوْدُ فِي الْعَدَمِ.

  • Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu dapat menutupi-Nya, sementara Dialah Yang Menampakkan segala sesuatu?

  • Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu sanggup menutupi-Nya, bila Dialah Yang Tampak pada segala sesuatu?

  • Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu mampu menutupi-Nya, sedangkan Dialah Yang Tampak dalam segala sesuatu?

  • Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu kuasa mengalingi-Nya, padahal Dialah Yang Tampak untuk segala sesuatu?

  • Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu dapat menutupi-Nya, sementara Dialah Yang Ada sebelum ada segala sesuatu ?

  • Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu sanggup menutupi-Nya, bila Dia lebih jelas ketimbang segala sesuatu?

  • Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu dapat menutupi-Nya, sedangkan Dia Esa, yang tiada disamping-Nya sesuatu apa pun?

  • Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu kuasa menutupi-Nya, padahal Dia lebih dekat kepadamu daripada segala sesuatu?

  • Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu dapat menutupi-Nya, sementara seandainya Dia tak ada, niscaya tak akan ada segala sesuatu? Betapa ajaib, bagaimana bisa tampak dalam ketiadaan?

  • Atau, bagaimana sesuatu yang baru bisa bersanding dengan Yang Maha dahulu.

Penulis menjelaskan dalam hikmah ini dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Allah SWT tidak terhalangi oleh sesuatu, dan menghadirkan logika berfikir yang bisa diterima oleh akal, dengan mengatakan, ”Bagaimana bisa dibayangkan sesuatu itu bisa menghalangi-Nya, sementara Dialah Yang Menampakkan segala sesuatu. Bahkan Dialah yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaannya. Sesuatu yang tergantung kepada-Nya tidaklah layak, dan juga tidak mungkin mampu menghalanginya. Yang bisa diterima adalah, segala sesuatu menunjukkan maujud-Nya, karena pengaruh yang muncul menunjukkan Dzat Yang mempengaruhinya, Dzat Yang Maha Esa. Sebagaimana firman-Nya,

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ

”Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu benar.” (Fushshilat: 53)

Tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terdapat dalam segala sesuatu menunjukkan keagungan-Nya. Sedangkan semua makhluk-Nya adalah hina di hadapan-Nya, untuk mencapai derajat kemuliaan, maka mereka haruslah berusaha untuk menuju tingkatan makrifat kepada Allah Ta’ala dan bertasbih kepada-Nya, karena semua makhluk juga bertasbih kepada-Nya. Dia berfirman,

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ –

”Dan tidak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” (Al-Isrâ’: 44)

Allah Mahadahulu dan mendahului segala sesuatu, Dzatnya telah ada sejak zaman azali dan langgeng, sehingga tidak mungkin Dia terhalangi oleh makhluk-makhluk-Nya, karena Dzat yang tampak secara mutlak eksistensinya lebih kuat dari makhluk yang tampak dengan menggantungkan diri kepada-Nya. Dengan demikian, keberadaan-Nya lebih kuat dibandingkan dengan makhluknya yang serba terbatas, seperti kelelawar yang hanya mampu melihat di malam hari dan tidak bisa melihat di siang hari.

Dialah Dzat Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Karena semua selain Dia pada dasarnya tiada dan Dia jugalah yang mengadakannya. Sungguh dalam Al-Qur’an telah ada bukti tentang keesaan-Nya, sebagaimana disebutkan,

لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا

”Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah kedua-nya itu telah rusak.” (Al-Anbiyâ: 22)

Juga firman-Nya,

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

”Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (Qâf: 16)

Tanpa Allah, tidak mungkin semua ini ada, karena semuanya adalah ciptaan Allah. Dia tidak datang dalam sesuatu atau dalam sesuatu, atau di atasnya atau di bawahnya. Karena jika Dia datang dari sesuatu, berarti dia diciptakan dan dibatasi jangka waktu hidup-Nya. Jika Dia ada di atas sesuatu maka Dia bersemayam di atasnya, jika Dia ada di dalam sesuatu berarti Dia terkurung di dalamnya dan jika Dia ada di bawah sesuatu, berarti Dia berada di bawah kekuasaannya. Apa pun yang tampak di alam kesaksian ini merupakan pancaran Dzat Tuhan, yang kekal dan dapat dirasakan sesuai dengan keadaan dan kepekaan si penerima. Tiada makhluk yang mempunyai realitas yang kekal dan bebas, tiada yang kekal kecuali Sang Pencipta.

Leave your comment here: