MEMANJANGKAN DAN MEMENDEKAN LAFADZ MALIKI DALAM AN NAS DAN AL FATIHAH
Dalam surat al Fatihah, lafadz “Maliki yaumiddin” ada yang membaca maliki dengan pendek(bilqoshri), sedang dalam surat an Naas lafadz “Malikinnas”, mim nya harus dibaca pendek. Tidak ada imam yang membaca mad(panjang).
Bagaimanakah penjelasannya?
JAWABAN :
Di jelaskan tentang masalah sebagaimana pertanyaan di atas dalam Kitab Tafsir Al-kabir bahwa :
المسألة الخامسة : لا يجوز ههنا مالك الناس ويجوز : ( مالك يوم الدين ) [ الفاتحة : 4 ] في سورة الفاتحة ،
والفرق أن قوله : ( برب الناس ) أفاد كونه مالكا لهم فلا بد وأن يكون المذكور عقيبه هذا الملك ليفيد أنه مالك ومع كونه مالكا فهو ملك ،
فإن قيل : أليس قال في سورة الفاتحة : ( رب العالمين ) [ الفاتحة : 2 ] ثم قال : ( مالك يوم الدين ) فيلزم وقوع التكرار هناك ؟
قلنا : اللفظ دل على أنه رب العالمين ، وهي الأشياء الموجودة في الحال ، وعلى أنه مالك ليوم الدين أي قادر عليه فهناك الرب مضاف إلى شيء والمالك إلى شيء آخر ، فلم يلزم التكرير ،
وأما ههنا لو ذكر المالك لكان الرب والمالك مضافين إلى شيء واحد ، فيلزم منه التكرير فظهر الفرق ،
وأيضا فجواز القراءات يتبع النزول لا القياس ، وقد قرئ : ” مالك ” لكن في الشواذ .
Masalah yang kelima : tidak di perbolehkan disini (dalam surat an-Naas) membaca
مالك الناس Maalikinnas (dengan memanjangkan mim)
Dan boleh membaca
مالك يوم الدين Maaliki yaumiddiin (dengan memanjangkan mim) dalam surat al-fatihah.
Dan perbedaannya : Firman Allah
برب الناس Memberi penjelasan bahwa Allah adalah maalik (pemilik, raja) manusia, maka hal itu pasti dan yang disebutkan setelahnya yaitu kata al-malik serta adanya Allah adalah maalik, maka Allah adalah malik (yang menguasai, memerintah).
Maka jika dikatakan : ” Bukankah Allah berfirman dalam surat al-fatihah : 2
رب العالمين
Kemudian Allah berfirman :
مالك يوم الدين sehingga menetapkan adanya pengulangan disini? “
Kami menjawab : “Lafadz tersebut menunjukkan bahwa Allah adalah Robbul ‘alamiin. dan ‘alamiin adalah perkara-perkara yang wujud pada sekarang ini. Lafadz yang menunjukkan bahwa maaliki yaumiddin, yakni yang menguasai pada hari kiamat/pembalasan, maka disini kata ar-Robb dimudlofkan/disandarkan pada suatu perkara dan kata al-maalik disandarkan pada kata yang lain, maka lafadz tersebut tidak menetapkan adanya pengulangan. sedangkan disini (dalam surat an-nas) jika menyebutkan :
المالك
(al-Maalik), maka ar-Robb dan al-Maalik, keduanya dimudlofkan pada perkara yang satu, sehingga menetapkan adanya pengulangan, dari sini maka tampaklah perbedaannya. Dan juga kebolehan bacaan mengikuti pada turunnya wahyu bukan pengqiyasan/penganalogian. Dan terkadang dibaca “maalik” tapi dalam bacaan-bacaan yang syadz(salah).”
Lafadz MALIKI yang terdapat pada surat an-Naas menurut kesepakan Ulama ahli al-Quran memang tidak diperbolehkan untuk dibaca panjang MIM nya, berbeda dengan MALIKI yang terdapat pada surat al-Fatehah boleh dibaca panjang atau pendek MIM nya karena :
Bila lafadz MALIKI yang terdapat pada surat an-Naas dibaca panjang mim nya yang berarti artinya yang memiliki manusia, maka akan terjadi pengulangan arti. Sebab pada lafadz sebelumnya disebutkan ROBBIN NAAS (yang memiliki manusia), berbeda pada MALIKI yang terdapat pada surat al-Fatehah bila dibaca panjang tidak terjadi pengulangan arti sebab idhofahnya, yaitu MALIKI pada lafadz addiin (hari pembalasan), sedang idhofahnya ROBB pada surat an-Naas.
Menyesuaikan dengan turunnya lafadz tersebut dari Allah, tidak mengqiyas-qiyaskannya pada surat lain. Menunjukkan betapa rahasia-rahasia yang terdapat dalam al-Qur’an banyak yang tidak terjangkau oleh akal fikiran manusia.
Wallahu A’lamu Bis Showab
Referensi :
– Tafsir Rozi 17/318 :
المسألة الخامسة : لا يجوز ههنا مالك الناس ويجوز : { مالك يَوْمِ الدين } في سورة الفاتحة ، والفرق أن قوله : { رَبّ الناس } أفاد كونه مالكاً لهم فلا بد وأن يكون المذكور عقيبه هذا الملك ليفيد أنه مالك ومع كونه مالكاً فهو ملك ، فإن قيل : أليس قال في سورة الفاتحة : { رَبّ العالمين } ثم قال : { مالك يَوْمِ الدين } فليزم وقوع التكرار هناك؟ قلنا اللفظ دل على أنه رب العالمين ، وهي الأشياء الموجودة في الحال ، وعلى أنه مالك ليوم الدين أي قادر عليه فهناك الرب مضاف إلى شيء والمالك إلى شيء آخر فلم يلزم التكرير ، وأما ههنا لو ذكر المالك لكان الرب والمالك مضافين إلى شيء واحد ، فيلزم منه التكرير فظهر الفرق ، وأيضاً فجواز القراءات يتبع النزول لا القياس ، وقد قرىء مالك لكن في الشواذ .
– Tafsiir Siraj al-Munir IV/450 :
فائدة : قد أجمع جميع القراء في هذه السورة على إسقاط الألف من مالك ، بخلاف الفاتحة كما مضى لأنّ المالك إذا أضيف إلى اليوم أفهم اختصاصه بجميع ما فيه من جوهر وعرض ، وأنه لا أمر لأحد معه ، ولا مشاركة في شيء من ذلك ، وهو معنى الملك بالضم. وأمّا إضافة المالك إلى الناس فإنها لا تستلزم أن يكون ملكهم ، فلو قرئ به هنا لنقص الملك بالضم ، وأطبقوا في آل عمران على إثبات الألف في المضاف وحذفها من المضاف إليه ، لأنّ المقصود من السياق أنه سبحانه يعطي الملك من يشاء ويمنعه من يشاء. والملك بكسر الميم أليق بهذا المعنى ، وأسرار كلام الله تعالى أعظم من أن تحيط بها العقول ، وإنما غاية أولي العلم الاستدلال بما ظهر منها.