KAJIAN HISTORIS KEAGUNGAN BAGINDA ROSULILLAH SAW. Bag. 3

KAJIAN HISTORIS KEAGUNGAN BAGINDA ROSULILLAH SAW. Bag. 3

  my n                Dan demikian pula tersebutkan dalam Kitab Injil yang Allah SWT wahyukan kepada Nabi Isa AS untuk memberitahukan kepada seluruh umatnya agar mempersiapkan diri demi menyambut kekasih Allah SWT (Baginda Nabi Muhammad SAW) dengan beriman kepadanya dan menjadi pembela setianya. Sebagaimana yang  telah diriwayatkan Imam Jalaluddin As-Suyuthi di kitabnya Al-Hawi Lil Fatawi juz 2 hal 175 beliau berkata;

أخرج الحاكم عن ابن عباس قال أوحى الله إلى عيسى آمن بمحمد ومر من أدركه من أمتك أن يؤمنوا به فلولا محمد ما خلقت آدم ولا الجنة و لا النار

Yang artinya kurang lebih;

“Imam Hakim telah meriwayatkan dari shahabat Abdullah bin Abbas Radliyallaahu ‘Anhu, beliau  berkata; Bahwa sesungguhnya Allah SWT Berfirman kepada Nabi Isa AS dalam Kitab Injil; “Hai Isa, berimanlah kamu kepada Nabi Muhammad SAW, dan perintahlah umatmu yang bertemu dengannya (Nabi Muhammad SAW) agar beriman kepadanya (Nabi Muhammad SAW). Sebab, seandainya tidak ada Dia (Nabi Muhammad  SAW) maka Aku (Allah SWT) tidak akan menciptakan Adam, sorga dan neraka”.

          Segala puji bagi Allah SWT yang telah memuliakan dan melimpahkan Belas Kasih Sayang-Nya kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Dan banyak sekali dari kaum Yahudi dan Nashrani yang telah mendapati taufiq dan hidayah dari Allah SWT, berbondong-bondong datang ke kota Madinah  untuk menyambut kedatangan Nabi agung akhir zaman Baginda Rasulullah Muhammad SAW, sesuai dengan amanat yang telah mereka dapati dalam kitab Taurat dan Injil yang masih asli. Dan meraka lakukan itu semata-mata untuk beriman kepada Baginda Nabi Muhammad SAW dan menjadi pembela setianya. Diantaranya adalah Abdullah bin Salam, Ibnul Hayyaban, Taba’ Al-humairiy, Salman Al-Farisiy, dan lain-lain, sebagaimana hal itu disebutkan oleh Syekh Yusuf Bin Ismail An-Nabhaniy di Kitab Hujjatullah ‘Alal ‘Aalamin hal 133 – 166. Dan mulai dari situlah, maka umat Islam mendapati kemenangan demi kemenangan dalam menegakkan dan memperjuangkan ajaran-ajaran Baginda Nabi Muhammad SAW.

          Dan di sini kami ingin melanjutkan tentang riwayat  Nur Baginda Nabi Muhammad SAW, dimulai dari diletakkannya Nur Baginda Nabi Muhammad SAW di punggungnya Nabi Adam AS hingga lahirnya Baginda Nabi Muhammad SAW, dan tentang betapa agungnya penghormatan Nabi Adam AS kepada Nur Baginda Nabi Muhammad SAW.

          Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Nabi Adam AS telah mendapati keistimewaan-keistimewan berkat Nur Baginda Nabi Muhammad SAW. Diantaranya disahkannya pernikahan Beliau dengan Ibu Hawwa’ dengan mahar mengucapkan sholawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Dan diterimanya taubat Beliau oleh Allah SWT berkat tawassul kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.

Oleh sebab itulah demi memuliakan Nur agung Baginda Nabi Muhammad SAW yang ada dalam dirinya, maka setiap Nabi Adam AS akan berhubungan dengan Ibu Hawwa’ maka Beliau bersuci terlebih dahulu, memakai wangi-wangian dan memerintahkan Ibu Hawwa’ untuk melakukan hal yang sedemikian rupa .

          Dan suatu saat Nur tersebut benar-benar telah pindah dalam diri Ibu Hawwa’, sehingga kecantikan Ibu Hawwa’ tambah bersinar luar biasa. Tidak lama kemudian Beliau melahirkan anak laki-laki dan diberinya nama Syits. Dan Nur tersebut telah pindah dalam diri Nabi Syits AS.

          Dengan adanya Nur yang terlihat oleh Nabi Adam AS di muka Nabi Syits, maka  Nabi Adam AS selalu memperhatikan  dan menjaga Nabi Syits AS, demi memuliakan dan mengagungkan Nur Nabi Muhammad SAW yang ada dalam diri Nabi Syits AS tersebut.

Setelah Nabi Syits AS dewasa dan Nabi Adam AS merasa telah dekat ajalnya untuk menghadap kepada Allah SWT, maka Beliau Nabi Adam AS memanggil putranya (Nabiyyullah Syits AS) dan memberikan wasiat/amanat  kepadanya; “

 “Wahai Anakku (Syits), Sesungguhnya Allah SWT telah mengambil perjanjian kepadamu untuk senantiasa menjaga “Nur Agung Nabi Muhammad SAW’, janganlah engkau letakkan kecuali pada wanita yang paling suci nan mulia nasabnya”.

Maka Nabi Syits AS menjaga teguh amanat tersebut dengan menikah dengan seorang wanita yang paling suci saat itu yang bernama Baidlo’. Dan setelah dianugerahi putra, maka Beliau Nabi Syits AS memberikan wasiat kepada putranya agar jangan meletakkan Nur Agung tersebut kecuali pada wanita yang paling suci nan mulia nasabnya. Demikian pula putranya melakukan hal yang sama hingga Nur Agung tersebut sampai pada Nabi Idris AS. Dan Nabi Idris AS juga melakukan hal yang sama, Beliau AS mewasiatkan kepada putranya agar jangan meletakkan Nur Agung tersebut kecuali pada wanita yang paling suci nan mulia nasabnya. Hingga sampailah Nur Agung tersebut pada Nabi Nuh AS.. Begitu  pula Nabi Nuh AS, Beliau juga melakukan hal yang sama. Beliau berwasiat kepada putra Beliau (Sam) untuk menjaga Nur tersebut, dan jangan diletakkan kecuali pada wanita yang paling suci nan mulia nasabnya. Dan Sayyidina Sam putra Nabi Nuh AS juga mewasiatkan kepada putranya sebagaimana wasiat tersebut di atas, hingga sampailah silsilah mata rantai Nur Agung Baginda Nabi Muhammad SAW kepada Nabi Ibrahim AS.. Dan kemudian dari Nabi Ibrahim AS, Nur tersebut turun kepada Nabi Ismail AS.. Dan Nabi Ismail AS juga telah menjaga teguh Nur Agung Baginda Nabi Muhammad SAW tersebut, Beliau telah mewasiatkan kepada putranya agar jangan meletakkan Nur Agung Baginda Nabi Muhammad SAW kecuali pada wanita yang paling suci nan mulia nasabnya. Maka, wasiat tersebut senantiasa terpelihara secara berkesinambungan. Dan Nur Agung Baginda Nabi Muhammad SAW senantiasa berpindah dari seorang ayah yang suci nan agung, ke ibu yang paling suci nan mulia nasabnya,  dengan ikatan pernikahan islami yang diridloi Allah SWT. Hingga sampailah perjalanan Nur Agung tersebut kepada Sayyidina ‘Adnan. Dari Sayidina ‘Adnan ke Sayyidina Ma’ad. Dari Sayyidina Ma’ad ke Sayyidina Nizar.

Dan telah diriwayatkan dalam kitab Hujjatullah ‘Alal ‘Alamin hal 218 bahwa tatkala Sayyidina Nizar mengetahui bahwa dalam dirinya bersemayam Nur Agung Baginda Nabi Muhammad SAW, maka Beliau Sayyidina Nizar  sangat bahagia sekali, sehingga beliau menyembelih hewan kurban yang sangat banyak untuk disedekahkan kepada umat pada masa itu. Dan begitu pula Sayyidina Nizar telah berwasiat kepada Sayyidina Mudlor (putranya). Dan Sayyidina  Mudlor juga berwasiat kepada putranya hingga sampailah Nur Agung Baginda Nabi Muhammad SAW tersebut kepada Sayyidina Hasyim.

Sampai di sinilah akhirnya berkumandang kabar gembira di seluruh penjuru dunia, bahwa sudah dekat saat datangnya Nabi akhir zaman, Seorang Nabi yang diutus Allah SWT untuk seluruh umat manusia, seorang Nabi yang Agung nan mulia yang sempurna kepribadiannya dan agung budi pekertinya, yang sangat santun dan menyayangi umatnya dan yang paling dimuliakan dan disayangi Allah SWT, yakni Baginda Nabi Muhammad SAW. Maka berita tersebut telah menyebar ke seluruh penjuru dunia dan menggemparkan jagad. Hingga para ahli kitab dari kaum Yahudi dan Nashrani berebut ingin mendapati silsilah mata rantai Nur Agung Baginda Nabi Muhammad SAW tersebut. Mereka berbondong-bondong mendatangi Sayyidina Hasyim dan berebut untuk menawarkan anak gadis mereka yang sangat cantik jelita agar dipersuntingnya. Namun Sayyidina Hasyim tidak menerima mereka semua karena teguh memegang amanat wasiat nenek moyangnya agar jangan meletakkan Nur Agung Baginda Nabi Besar Muhammad SAW kecuali pada wanita yang paling suci nan mulia nasabnya. Hingga sampailah berita tersebut ke Kaisar Romawi. Maka Kaisar tersebut mengutus delegasi untuk memanggil Sayyidina Hasyim dengan tujuan untuk dinikahkan dengan putrinya yang sangat cantik jelita. Tidak ada tujuan lain kecuali dia ingin mendapati Nur Agung Baginda Nabi Muhammad SAW, karena data-data yang akurat dan otentik tentang Nur Nabi akhir zaman telah mereka ketahui dari ulama ahli kitab yahudi dan nashrani bahwa Nur Agung tersebut telah berada dalam diri dan kepribadian Sayyidina Hasyim. Akan tetapi Sayyidina Hasyim dengan tegas menolaknya dan berkata;

والذي فضلني على أهل الزمان لا أتزوج إلا بأطهر نساء العالمين

Yang artinya kurang lebih;

“Demi Allah, Dzat yang telah melimpahkan kemuliaan kepadaku melebihi seluruh penghuni alam semesta. Sungguh aku tidak akan menikah kecuali dengan seorang wanita yang paling suci nan mulia nasabnya (sebagaimana wasiat  nenek moyangku terdahulu)”

Maka, sesuai petunjuk amanat yang Beliau dapati, akhirnya Beliau menikah dengan seorang wanita yang paling suci nan mulia nasabnya pada masa itu. Dari pernikahan tersebut lahirlah Sayyidina Abdul Muthalib. Maka pindahlah Nur Agung Baginda Nabi Muhammad SAW kepada Sayyidina Abdul Muthalib. Dan Nur Agung Baginda Nabi Muhammad SAW sangat terlihat bercahaya terang benderang dari dahi Sayyidina Abdul Muthalib. Dan bau harum semerbak senantiasa keluar menyebar dari diri beliau. Semua itu adalah berkat Nur Baginda Nabi Muhammad SAW.

Leave your comment here: