MUSUH ISLAM IRI KARENA WANITA MUSLIMAH BEGITU MULIA DI DALAM ISLAM

Musuh-musuh Islam, lebih-lebih Yahudi dan Nasrani, sangat iri dan benci (jika kaum muslimin kuat). Disesatkannya para muslimah, yg mereka ini adalah pendidik generasi, tentu dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan di tengah-tengah masyarakat. Merekalah yang memunculkan propaganda emansipasi wanita seolah-olah para wanita (khususnya muslimah) tertindas dan diperlakukan tidak adil oleh agamanya. Para kaum feminis sering menyerukan propaganda emansipasi dan persamaan derajat “berikanlah kepada kaum wanita HAK-HAKnya”. Padahal Allah telah memuliakan kaum wanita muslimah, telah mengangkat kedudukannya, dan telah memberikan secara penuh hak-hak kebebasannya.
Dalam Islam, wanita sangat dimuliakan oleh Allah dan terjaga dengan risalah dan syariat yg mulia. Syariat mendudukkan wanita pada tempat yang mulia dalam masyarakat di berbagai sisi kehidupan, mulai dari masa anak-anak, menikah, sebagai ibu rumah tangga, anggota masyarakat.
Berikut Ini Hak-Hak Dan Keistimewaan Yg Diberikan Islam Kepada Wanita, Antara Lain :
- Islam menghormati perempuan sebagai anak dan mempunyai hak yg sama dlm memperoleh kasih sayang.
“Samakanlah antara anak-anakmu di dalam pemberian. Seandainya aku boleh melebihkan seseorang atas yg lain, pasti aku akan melebihkan anak wanita.” (HR.Baihaqi)
- Islam menghimbau agar kita memberikan pengajaran kepada kaum perempuan.
“Barangsiapa yg mempunyai 3 anak perempuan, atau 3 saudara perempuan, atau 2 anak perempuan atau 2 saudara perempuan, lalau ia didik dengan sebaik-baiknya dan menikahkan mereka, maka baginya adalah Surga.”
- Islam telah menjadikan kedudukan ibu sebagai orang yg paling berhak untuk dihormati dan diperlakukan dengan baik.
Dalam hadis riwayat Bukhari & Muslim (intinya) penyebutan ibu sebagai orang yg paling berhak untuk diperlakukan dgn baik hingga 3x, baru setelahnya penyebutan ayah. Sebagian penyair mengatakan : Seorang ibu adalah sekolahan, Jika anda menyiapkannya berarti anda menyiapkan generasi yang baik. Seorang ibu adalah guru pertama ….
- Islam memerintahkan agar menghormati kaum perempuan sebagai istri dan bergaul secara ma’ruf.
“… Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (An-Nisa:19)
“Orang mukmin yg paling sempurna imannya adalah yg paling baik akhlaknya. Dan sebaik-baik kalian adalah yg paling baik terhadap istrinya.” (HR.Tirmidzi, Abu Daud, Hasan Shahih).
“Tidaklah memuliakan perempuan kecuali orang yg mulia, dan tidaklah menghinakan perempuan kecuali orang yg hina.” (HR.Ibnu Asakir)
Kepemimpinan kaum pria tidaklah untuk merendahkan kehormatan dan harga diri wanita. Ia hanya sebatas kemaslahatan, bahkan wanita tidak wajib menaatinya dalam hal maksiat. Dan suami tidak boleh menyakiti istrinya dan bertindak otoriter/sewenang-wenang. Kalaupun di Indonesia banyak terjadi kasus kekerasan dalam rumah tangga itu dikarenakan jauhnya para suami dari ajaran Islam yg benar.
Rasululah bersabda (intinya): “Setiap jiwa dari anak cucu Adam mempunyai pemimpin, laki-laki adalah pemimpin keluarganya, dan perempuan adalah pemimpin rumahnya.”
Seorang suami wajib mengajarkan pokok2 ajaran agama kepada istri dan keluarganya.
“Dan dia (Ismail) memerintahkan keluarganya mengerjakan sholat, menunaikan zakat… (QS.Maryam:55)
- Termasuk bukti pemuliaan Islam terhadap wanita adalah Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an berbarengan dengan laki-laki, sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.“ (QS.Al-Ahzab:35)
- Surat An-Nisa. Surat ini menceritakan beberapa perkara penting yang berkaitan dengan wanita, keluarga, daulah dan masyarakat, dan inti surat itu adalah menceritakan tentang wanita dan hak-haknya. (nggak ada surat Ar-Rijal/laki2 kan?)
- Mahar dibayar oleh seorang calon suami sebagai hak calon istrinya, bukan untuk ayahnya.
- Bebasnya seorang wanita memilih calon suaminya.
Rasulullah bersabda: ”Seorang gadis tidak boleh dinikahkan kecuali ada izin darinya, demikian pula seorang janda sehingga ia dimintai persetujuan….” (HR.Bukhari)
- Wanita boleh memakai emas dan sutra, sedangkan bagi laki-laki dilarang (yg cowo’ jangan ngiri ya :->)
- Dalam masalah berda’wah.
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar,…” (QS.At-Taubah :71)
MUSLIMAH BEKERJA
Islam sangatlah memuliakan kaum wanita. Untuk itu kaum wanita ditempatkan pada posisi yg aman, terhormat dan terjaga kesuciannya. Syariat tidak membebaninya untuk mencari nafkah. Pandangan Islam mewajibkan pemberian nafkah oleh sang ayah, suami dan saudara laki-laki sehingga perempuan tidak terpaksa harus mencari pekerjaan untuk menghidupi dirinya, kehormatannya tetap terpelihara, serta jauh dari ikhtilat dengan kaum laki-laki jalang yg berjiwa busuk.
Jika keadaan memaksa hingga wanita musti bekerja di luar rumah, Islam telah memberikan batasannya. Yaitu: harus seizin walinya (ayah atau suami) untuk pekerjaan mubah, seperti mengajar anak putri atau menjadi dokter/perawat bagi pasien wanita dan kanak-kanak; tidak ikhtilat (campur baur) dengan pria atau berkhlawat (berdua-duaan) dengan pria; tidak bertabarruj dan memperlihatkan perhiasan atau kecantikannya; tidak bersolek dan memakai parfum dan memakai hijab yang sesuai syari’at.
Sesungguhnya bekerjanya seorang wanita di luar rumahnya akan berakibat seringnya ia berpisah dengan anak-anaknya disamping juga akan berakibat kurangnya rasa kasih-sayang & pendidikan anak-anaknya.
Pendidikan dien dan akhlak pun merupakan hal yang sangat sulit jika seharian hanya berinteraksi dengan pembantu dan dididik televisi (Catatan: Tidak semua acara TV aman untuk anak. Bahkan, “Kidia” mencatat bahwa pada 2004 acara untuk anak yang aman hanya sekitar 15% saja).
Lantas, bagaimanakah jadinya generasi ini?
Jika kemudian statistik menunjukkan angka kriminalitas, perceraian, perselingkuhan meningkat dikarenakan terabaikannya keluarga sebagai basis pendidikan moral yang utama, sungguh, lagi-lagi harga yang mesti dibayar terlalu mahal.
Salah satu anggota kongres Amerika berkata (intinya): “Sesungguhnya wanita itu bisa berbakti kepada negara dalam arti sesungguhnya dengan tetap tinggal di rumah yg merupakan pilar rumah tangga. Tinggalnya wanita di rumah dengan melakukan kewajiban sebaik-baiknya, mengatur rumah tangga dan melakukan kewajiban2 agama adalah hal yg paling relevan dengan tabiat dan kondisi fisiknya. Dengan cara itulah kemaslahatan dirinya & kemaslahatan generasi bisa tercipta.”
Bagaimanapun juga, tempat bekerja wanita yang sesungguhnya dan yang paling mulia adalah di dalam rumahnya. Di sanalah wanita akan senantiasa terlindungi dan dapat lebih dekat dengan Allah manakala menetap di rumah, mencari ridha Allah dengan cara beribadah kepada-Nya, mencurahkan segenap kemampuan untuk mendidik sang buah hati, mentaati suami, dan memberikan kasih sayang kepada anggota keluarga. Gak diragukan lagi bahwa rumah yg di dalamnya terdapat ketaqwaan, ketenangan, kelembutan, cinta dan kasih-sayang yg didasari oleh Tarbiyah Islamiyah (pendidikan keislaman) akan memberikan kontribusi positif dalam pembangunan. Sungguh indah suatu masyarakat yg dihuni oleh para wanita yang shalihah, anak perempuan yang beradab, isteri yang taat dan seorang ibu yang bertakwa dan para pria yg sholeh yg mengetahui dan menjalankan hak dan kewajiban masing-masing. Hingga masyarakat Islami tumbuh, berdiri di atas kesucian dan kehormatan dan ketakwaan, dan keimanan. (Amiin 3x)
Bekerjanya wanita juga menjadi penyebab utama banyaknya pengangguran laki-laki pada bangsa barat, padahal laki-laki itulah yg punya tanggung jawab & kewajiban untuk memberikan nafkah kepada keluarga mereka.
WANITA MUDAH MASUK SURGA
“Jika seorang perempuan sholat fardhu 5 kali sehari, puasa di bulan Ramadan, menjaga kemaluan/kesuciannya dan mematuhi suaminya, maka akan dikatakan kepadanya: Masuklah ke dalam Surga dari gerbang yang mana saja [yang] kamu ingin.” ( Ibn Hibban). Tentu saja amalan di atas hanya bermanfaat jika tauhidnya benar dan bersih dari syirik.
“If a woman prays regularly five times a day, fasts the month (of Ramadan), guards her chastity and obeys her husband, it will be said to her: Enter Paradise from whichever gate you wish.” (Ibn Hibban)
Suatu ketika, Asma binti Yazid melontarkan pertanyaan (uneg-uneg) atas kegelisahan para kaum wanita. (inti percakapanya) “Ya Rasulullah, aku mewakili kaum wanita untuk menanyakan kepadamu beberapa hal. Sesungguhnya Allah mengutusmu dengan kebenaran kepada kaum pria & wanita, lalu kami beriman kepadamu dan kepada Rabb-mu yg mengutusmu. Kami kaum wanita dibatasi, tinggal di rumah2 kalian, tempat pelampiasan syahwat kalian, dan mengandung anak2 kalian. Sementara kalian, kaum pria, dilebihkan atas kami dengan sholat Jum’at & berjamaah, menjenguk orang2 sakit, menyaksikan jenazah, haji demi haji, dan lebih utama dari itu ialah jihad fi sabilillah. Jika seorang pria dari kalian keluar untuk berhaji, berumrah atau berjihad, maka kami memelihara harta kalian, membersihkan pakaian kalian, dan merawat anak2 kalian. Lalu apa yg bisa membuat kami mendapatkan seperti apa yg kalian dapatkan, wahai Rasulullah?…. Lalu Nabi menoleh kepadanya seraya berkata kepadanya:
“…bahwa apabila salah seorang dari kalian berbuat baik kepada suaminya, mencari ridhanya dan menyelarasinya, maka pahalanya menyerupai semua itu.” (HR. Abdurrazzaq (II/152, al-Bazzar dalam Kasyful Astaar (no.1474). Al-Haitsami berkata dalam Majma’uz Zawaa-id: “di dalam nya terdapat Rusydain bin Kuraib dan dia dha’if”).
Subhanallah…See, aktivitas para kaum wanita seperti di atas yg kelihatannya sepele dan sesuai dengan kodrat kewanitaan mereka seperti di atas tidaklah mengalahkan pahala kaum pria dengan amal-amal yg berat yg memang sesuai dengan fisik kaum pria yg lebih kuat dan mungkin akan menyulitkan para kaum wanita jika mereka harus beraktivitas seperti layaknya kaum pria terutama dalam jihad fi sabilillah. Dan inilah yg dinamakan adil, yaitu menempatkan sesuatu sesuai dengan hak-nya bukan menyamaratakan.