DALIL DALIL KEBOLEHAN BERPINDAH MADZHAB DARI ULAMA

DALIL DALIL KEBOLEHAN BERPINDAH MADZHAB DARI ULAMA

MADZ

Tanwirul Qulub hal. 396
وَيَتَخَيَّرُ الشَّخْصُ اِبْتِدَاءً فِى تَقْلِيْدِ اَيِّ مَذْهَبٍ مِنَ الْمَذَاهِبِ اْلأَرْبَعَةِ ثُمَّ بَعْدَ تَقْلِيْدِهِ لأَيِّ مَذْهَبٍ يَجُوْزُ لَهُ اْلِإْنتِقَالُ مِنْهُ اِلَى مَذْهَبٍ اَخَرَ سَوَاءٌ اِنْتَقَلَ دَوَامًا اَوْفِى بَعْضِ اْلأَحْكَامِ وَلَوْلِغَيْرِ حَاجَةٍ عَلَى الْمُعْتَمَدِ

Seseorang boleh memilih ikut pada salah satu mazhab dari mazhab yang empat, setelah itu ia boleh berpindah kepada mazhab lain, baik untuk selamanya atau pada sebagian hukum saja sekalipun tanpa hajat menurut pendapat yang muktamad.

Fawaidul makiyyah pada hal. 60
وَاعْلَمْ اَنَّ الأَصَحّ مِنْ كَلاَمِ الْمُتَأَخِّرِينَ كَالشَّيخِ اِبنِ حَجَرٍ وَغَيْرِهِ اَنَّهُ يَجُوْزُ الإِنْتِقَالُ مِنْ مَذْهَبٍ اِلَى مَذْهَبٍ
مِنَ الْمَذَاهِبِ الْمُدَوَّنَةِ وَلَو بِمُجَرَّدِ التَّشَهِّى سَوَاءٌ اِنْتَقَلَ دَوَامًا اَوْفِى بَعْضِ الحَادِثَةِ

Ketahuilah ! Bahwasannya pendapat yang ashoh dari perkataan ulama mutaakhirin seperti Syekh Ibnu Hajar dan lainnya bahwa” diperbolehkan berpindah-pindah mazhab dari mazhab yang empat sekalipun hanya karena keinginan saja,baik pindahnya selamanya atau pada masalah yang terjadi.

ﻗﻮﻟﻪ ﺛﻢ ﻟﻪ ﺃﻱ ﺛﻢ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻪ ﺍﻟﺦ ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻤﺎﻝ ﺇﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻷﺻﺢ ﻣﻦ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻳﻦ ﻛﺎﻟﺸﻴﺦ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﻮﺯ ﺍﻻﻧﺘﻘﺎﻝ ﻣﻦ ﻣﺬﻫﺐ ﺇﻟﻰ ﻣﺬﻫﺐ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺬﺍﻫﺐ ﺍﻟﻤﺪﻭﻧﺔ ﻭﻟﻮ ﺑﻤﺠﺮﺩ ﺍﻟﺘﺸﻬﻰ ﺳﻮﺍﺀ ﺍﻧﺘﻘﻞ ﺩﻭﺍﻣﺎ ﺃﻭ ﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺤﺎﺩﺛﺔ ﻭﺇﻥ ﺃﻓﺘﻰ ﺃﻭ ﺣﻜﻢ ﻭﻋﻤﻞ ﺑﺨﻼﻓﻪ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻠﺰﻡ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﺘﻠﻔﻴﻖ. ﺍﻩ ﺍﻋﺎﻧﺔ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ ﺝ 4 ﺹ 217

Ibnu Jamal berkata “ketahuilah sesungguhnya qoul yang lebih sahih menurut pendapat ulama ‘periode akhir seperti Syekh Ibnu Hajar dan yang lainnya, ia berpendapat sesungguhnya bisa berpindah dari madzhab satu ke madzhab yang lainnya walaupun dengan keinginan untuk mencoba, baik itu berpindah selamanya atau berpindah dalam kondisi tertentu, jika orang awam menfatwakan atau memberikan hukum dan mengamalkan dengan sebaliknya hukumnya boleh selagi tidak menetapkan talfiq.

Bughyah al Mustarsyidin, Hlm. 9
يَجُوْزُ تَقْلِيْدُ مُلْتَزِمِ مَذْهَبِ الشَّافِعِىّ غَيْرَ مَذْهَبِهِ أَوِ الْمَرْجُوْحِ لِلضَّرُوْرَةِ اَىِ الْمَشَقَّةِ الَّتِى لاَ تُحْتَمَلُ عَادَةً. وفى سبعة كتب مفيدة ص مانصه: وَاعْلَمْأَنَّ اْلأَصَحَّ مِنْ كَلاَمِ الْمُتَأَخِّرِيْنَ كَالشَّيْخِابْنِ حَجَرٍ وَغَيْرِهِ أَنَّهُ يَجُوْزُ اْلإِنْتِقَالُ مِنْمَذْهَبٍ إِلَى مَذْهَبٍ مِنَ الْمَذَاهِبِ الْمُدَوَّنَةِ وَلَوْ لِمُجَرَّدِ التَّشَهِّى سَوَاءٌ إِنْتَقَلَ دَوَامًا أَوْبَعْضَ الْحَادِثَاتِ.
“Boleh taqlid (mengikuti) bagi yang tetap madzab Imam Syafi’i pada selain madzabnya, atau pada pendapat yang marjuh karena dhorurot. Artinya masyakot (sulit) yang tidak menjadi kebiasaan. Dalam kitab sab’atul kutubi al mufidah di jelaskan: ketahuilah sesungguhnya yang ashoh menurut pendapat ulama mutaakhirin (yang akhir-akhir) seperti syekh ibnu hajar dan lainnya.Yaitu boleh pindah madzab ke madzab lain dari beberapa madzab yang telah dibukukan, meskipun hanya untuk keinginan, baik pindahnya itu untuk selamanya atau didalam sebagian kejadian”.

Sab’atu Kutubi al Mustafidah : Hlm. 160
اْلأَصَحُّ أَنَّ الْعَامِىَ مُخَيَّرٌ بَيْنَ تَقْلِيْدِ مَنْ شَاءَ وَلَوْ مَفْضُوْلاً عِنْدَهُ مَعَ
وُجُوْدِ اْلأَفْضَلِ مَا لَمْ يَتَتَبَّعِ الرُّخَصُ، بَلْ وَإِنْ تَتَبَّعَهَا عَلَى مَا قَالَهُ عِزُّ الدِّيْنِ عَبْدِ السَّلاَمِ وَغَيْرُهُ.
“Yang ashah, sesungguhnya orang awam (al-am) boleh memilih antara mengikuti pendapat orang yang dikehendaki meskipun pendapat yang diungguli disisinya, padahal ada yang lebih afdlol. Selama ia tidak berturut-turut mengikuti yang ringan (rukhsoh) bahkan meskipun berturut-turut (juga boleh) menurut apa yang dikatakan oleh Imam Izzuddin bin ‘abdisalam dan lain-lainnya”.

 

Leave your comment here: