KONFLIK DALAM PERGUMULAN ANTARA BENCI DAN CINTA

KONFLIK DALAM PERGUMULAN ANTARA BENCI DAN CINTA

ROS

              Masyarakat dengan segala perniknya: perbedaan ciri fisik, soal kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya adalah (sumber) konflik itu sendiri. Dengan demikian, khadiran konflik adalah sesuatu yang wajar dan (bahkan) pasti terjadi: konflik hanya akan hilang dan tidak akan pernah terjadi bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Dengan demikian konflik adalah cinta sejati integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sesui takdirnya sebagai sebuah siklus (di) masyarakat: konflik yang terkontrol adalah integrasi itu sendiri dan integrasi yang tidak sempurna adalah konflik itu sendiri.

Manajemen Konflik

  • Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku ataupun parapihak (pihak luar) dalam suatu konflik.
  • Manajemen konflik adalah suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (aksi-reaksi) dari pelaku ataupun pihak luar yaitu (utamanya) tetang bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi.
  • Dengan demikian, manajemen konflik dapat diartikan sebagai sebuah seni dalam bentuk langkah-langkah, tindakan atau apapun saja yang dilakukan oleh para pelaku ataupun pihak ketiga (luar) dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah tertentu: baik itu mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan atau mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu hasil positif lainnya.

Mengelola Konflik, Menyemai Peradaban

Karena tidak berkonflik tidak menarik sebagai terjemahan nakal dari wallah al muwaffiq ilaa aqwam al thoriq, maka adanya konflik harus bisa (selalu) kita maknai sebagai sesuatu yang positif. Konfik yang (bisa) kita kelola dengan baik dan benar (justru) akan memberi kontribusi signifikan bagi sebuah cita-cita kemajuan.

Konflik harus dapat menjadi dan (justru) merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok dan konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat (kembali) identitas suatu kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial di sekelilingnya. Di sinilah pentingnya bagi kita untuk mengelola konflik yang ada menjadi sebuah rahmat bagi kita semua.

Untuk itu beberapa (pilihan) yang bisa kita ambil untuk menyelesaikan konflik adalah:

  1. Jak Tanding: mengadu solusi yang lebih disukai salah satu pihak atau pihak lain
  2. Menak Ngalah: menurunkan aspirasi sendiri dan bersedia menerima apa adanya (kurang dari apa yang sebetulnya diinginkan)
  3. Melu Liyane: mencari alternatif yang lain yang (mungkin) bisa mengakomodir dan memuaskan kedua belah pihak
  4. Angur Ngaleh: meninggalkan situasi konflik baik secara fisik maupun psikologis.
  5. Pileh Meneng: diam tidak melakukan apapun. Masing-masing pihak saling menunggu langkah dari pihak lain.

Dengan beberapa (pilihan) tindakan tersebut di atas yg sebenarnya merupakan bagian tidak terpisahkan dari system pengelolaan konflik itu sendiri, maka integrasi sebagai pasangan sejati konflik akan bisa hadir.

Adapun tahapan mengelola suatu konflik secara umum adalah sebagai berikut:

  1. Pencegahan

Pencegahan di sini dimaksudkan sebagai tindakan (aksi) untuk mencegah timbulnya konflik yang lebih keras dan (bahkan) luas.

  1. Penyelesaian

Mengakhiri perilaku, tindakan atau apa saja yang berkaitan dengan terjadinya konflik (kekerasan).

  1. Pengelolaan

Tindakan (aksi) membatasi dan untuk menghindari terjadinya kekerasan dengan mendorong terjadinya perubahan perilaku bagi pihak-pihak berkonflik.

  1. Resolusi

Penanganan terhadap hal-hal yang menyebabkan konflik itu terjadi dan (berusaha) membangun hubungan baru yang lebih baik dan (diharapkan) bisa bertahan lama.

  1. Transformasi

Mengatasi sumber-sumber konflik dengan (berusaha) mengubah kekuatan negatif sebagai imbas konflik menjadi kekuatan yang positif.

Dengan langkah kecil sebagaimana tersebut di atas, pertanyaannya adalah seberapa besar hasrat dan keberanian kita untuk menggauli konflik itu sendiri.

 

Leave your comment here: