SEBUAH PERTANYAAN HATI. MENGAPA MEREKA DI BENCI?
Maraknya aliran-aliran baru dalam Islam sekarang ini tidak lain dipengaruhi pemahaman sederhananya tentang identitas umat Islam adalah dua faktor, Nabi SAW dan Allah swt. Pemahaman sesederhana tersebut bisa jadi pengambilannya pada sebuah hadis yang sering dijadikan alasan kebebasan beraliran, berkisah tentang sahabat Nabi Mahammad SAW yang membunuh seseorang hanya karena dugaan bahwa ia pura-pura mengucapkan salam (syahadat) untuk menghindari pembunuhan, ”Apakah engkau telah membelah dadanya sehingga mengetahui isi hatinya?” sabda Nabi SAW.
Islam melarang pemeluknya mengadili seseorang dalam keadaan marah, keadaan seperti ini membuat seseorang bersikap subyektif tanpa memilah mana kebenaran dan kesalahan. Sikap ini timbul bisa karena faktor ”terlalu” bersemangat mencaci sampai lupa memuji. Keberadaan aliran terlanjur sesat atau yang masih menunggu disesatkan, mengaburkan sedikit konsep kebenarannya dan pencapaiannya yang patut dipelajari dan evaluasi kinerjanya bagi aliran yang tidak sesat.
Aliran yang sesat ingin diakui sebagai umat Nabi, berteori dan memraktekkan teorinya. Sedangkan yang lolos dari kesesatan hanya berteori dan jarang mempraktekannya. Mungkin ada kebenaran alasan yang sering dikemukakan berbagai kalangan, kenapa sekarang yang pandai berteori semakin ditinggalkan dan yang sesat sangat mudah menarik massa ribuan sebelum akhirnya ’terlambat’ disesatkan.
”….Siapa yang tidak suka dengan sunahku bukan umatku,” sabda Nabi SAW. Hadis ini memotivasi umat dan ide sebuah aliran, baik yang sesat atau yang tidak untuk tidak lepas dari sunah Nabi. Sunah bagaikan orbit bumi sehingga bumi tetap bumi bukan planet lain walaupun planet lain masih bisa memandang matahari. Bagi umat Islam, sunah adalah identitas diri, semakin dia tenggelam dalam kesunahan semakin tampak Islam dan berdampak pada kehidupan lingkungannya (ihsan). Sementara nasib sunah di Negara ini masih dalam pengertian qaul (ucapan) bukan fi’lun (praktek), lebih sejahtera dirinya daripada masyarakat sekitar. Kemiskinan, egoisme si Peci, dan kebobrokan moral sedikit bukti bahwa umat ini tidak suka sunahku dalam tahap fi’lun.
Pemahaman legalitas umat Nabi SAW adalah cukup dengan sunah teori dan syahadat saja akan tampak aneh jika pohon tanpa buah dilalui begitu saja tanpa rasa ingin ‘memetik’ dan mencicipi kenikmatan buahnya. Dan aneh jika Kristenisasi buahnya dicegah karena banyak yang ingin memetiknya saat buah di depan halamannya kering. Ketika aliran aneh Islam dengan pohon aneh pula berbuah dan tampak masyarakat mengerubuti kerinduan sebuah buah, langsung oleh “Menteri Pertahanan” ditebang tanpa memberikan ganti rugi buahnya atau memelihara biar tidak aneh.
Memuji ketidaksesatannya
Ada banyak sunah yang benar-benar mereka laksanakan. Sebuah contoh, Jamaah Tabligh, kelompok ini bercirikan mengajak orang untuk membersihkan hati, memperbanyak amal ibadah mahdhah (murni), meramaikan masjid, hidup sederhana dan bersahaja serta menghidupkan praktek yang mereka yakini sebagai sunnah Nabi SAW. Di antaranya makan bersama dalam satu wadah dengan tangan, memakai pakaian gaya Arab, memakai parfum dan celak mata, memakai kayu `Ara` untuk menggosok gigi (bersiwak) serta memperbanyak zikir dan mengajak orang untuk ibadah. Dalam acara pengajian mereka yang sering disebut dengan bayan, umumnya dibahas masalah keutamaan zikir, menghidupkan sunnah, hidup sederhana, meramaikan masjid, tolong menolong dan persaudaraan Islam. Mereka menjauhi perselisihan pendapat yang dapat mengancam intregitas kaum muslim.
Mereka punya program jaulah dan khuruj yang bentuknya menginap di masjid dan berpindah dari satu masjid ke masjid lain. Mereka tidak merasa risih untuk mengetuk pintu rumah orang-orang Muslim/ dari berbagai aliran untuk salat di masjid. Meski mereka tidak kenal dengan penduduk setempat. Bahkan rute khuruj dan jaulahnya bisa sampai ke manca negara dan berhasil mengislamkan banyak orang di negeri non muslim.
Mereka tidak terlalu antusias dengan urusan politik suatu negeri membuatnya terhindar dari kendaraan politikus yang memanfaatkan organisasi keagamaan untuk mencapai tujuannya. Pengalaman habis manis sepah dibuangpun terus berlanjut karena organisasai Islam hanya kendaraan politik.
Akhir-akhir ini Islam berkembang pesat di Afrika melalui Ahmadiyah. Pemahaman Ahmadiyah bahwa Islam membawa rahmat bagi sekalian bangsa, maka Islam tidak perlu disebarkan lewat perang. Bagi Ahmadiyah, perang adalah “jihad kecil”, sedangkan “jihad akbar” adalah menaklukkan hawa nafsu. Karena ditentang di Pakistan dan banyak penganutnya yang mengalami penganiayaan serta kesulitan dalam menjalankan doktrinnya, gerakan Ahmadiyah hijrah ke Inggris dan menyebar ke negara-negara Eropa Barat. Berkembangnya Ahmadiyah di Inggris menimbulkan tuduhan bahwa Ahmadiyah adalah “proyek kolonialisme Inggris” untuk melanggengkan kekuasaannya di India, padahal menurut mereka organisasinya tidak pernah menerima dana satu sen pun darinya. Ahmadiyah adalah sebuah organisasi mandiri yang swadaya dan mendapat dana dari para anggotanya. Dakwah Ahmadiyah didukung program-program kemanusiaan, yang terkenal adalah program “Humanity Firs” yang menolong masyarakat tanpa pandang kepercayaan.
Perkembangan pesat yang diraih yang “bukan” Islam sesungguhnya di dunia Internasional sangat mencengangkan. Komitmen mereka tidak malu hidup Islami ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mengenalkan Islam pada dunia Internasional sebagai Islam yang rahmatan lil alamin walaupun di daerah asalnya tidak merasakan rahmatan lil alamin dari saudara Islamnya. Mereka tidak dendam pada Islam dengan membalikkan fakta dalam dakwahnya bahwa Islam jahat. Jika berfikir jauh organisasi lain juga bisa berterima kasih dengan mereka, karena semakin banyak orang yang masuk Islam semakin banyak kemungkinan mempelajari berbagai aliran dan memutuskan untuk berpindah aliran. Salah anggapan jika dunia Internasional telah mengetahui Islam sebenarnya, buktinya ribuan warga negara AS dan negara lainnya mau mengenal ajaran Islam sebenarnya setelah tregedi WTC yang disinyalir dilakukan oleh organisasi ekstrim Islam. Dari tragedi itu ribuan warga masuk Islam dan tentunya memilih aliran-aliran Islam yang ada yang benar menurut mereka. Organisasi ekstrim secara tidak langsung menjadi sales dari organisasi-organisasi Islam untuk mencarikan anggota baru.
Sunah ataukah Kedok
Kenyataan bahwa puluhan organisasi Islam mempunyai ciri khas tersendiri bahkan untuk menjaganya agar tetap berbeda, berbagai dalil dengan tingkat kualitasnya yang kabur atau bahkan asal-asalan digunakan untuk membingungkan pemilih aliran terutama mualaf dan masyarakat awam. Semua terlihat terlalu baik karena masyarakat umumnya jarang menelusuri mengenai asal-usul kebenaran sebuah dalil.
Munculnya aliran baru juga terkesan harus beda dengan aliran lain. Ibaratnya warna partai, mereka ingin pemilihnya tidak terkecoh dengan warna yang sama yang tentu merugikan dan menguntungkan partai lain yang visi dan misinya biasa saja. Tentu ini menyulitkan bagi organisasi Islam yang ingin mengaplikasikan ajaran aliran lain dalam organisasinya. Ada sebuah rasa takut atas inkonsistensi di sana, atau kehilangan jati diri di hadapan anggotanya. Contohnya adalah tahlil yang membudaya diklaim sebagai identitas satu aliran dan jika aliran lain menggunakannya, sebuah anggapan bahwa aliran tersebut tidak konsisten dengan pengharaman tahlil dan mengajak untuk saingan. Bisa juga bahwa sikap berani sebuah aliran untuk mengambil konsep/ identitas aliran lain timbul karena iming-iming jumlah anggota yang menggiurkan dari aliran lain dengan keberhasilan konsep yang diterapkannya. Bagi organisasi Islam yang ingin menjadi Islam sejati dengan menggabungkan beberapa konsep yang sehat dari berbagai aliran, keadaan seperti ini seperti buah Simalakama.
Bukan hanya doktrin kesesatan yang harus kita pelajari ternyata juga konsep berdakwah dari agama non Islam yang mampu mengaplikasikan ajaran Islam sebagai pejuang hak, cinta kedamaian, belas kasih, dan selalu bersatu dalam satu wadah agamanya. Aliran yang kita caci tidak malu melakukan sendi-sendi Islam dengan sunah Nabi SAW yang kata banyak umat Islam (entah karena kurang faham atau fanatisme berlebihan pada organisasinya dan ataukah karena terlalu dibutakan kesesatannya) menganggap norak dan konservatif jika melakukannya. Apakah ajaran Islam harus diwakili oleh mereka yang sesat dan non Islam. Membiarkan perut saudara miskin kita ditangani oleh kristenisasi, mewakilkan identitas Islam pada aliran sesat, pemikir agama tanpa aturan, dan kekerasan sehingga umat ini menemukan Islam yang keras, ngawur, dan menimbulkan pertanyaan, ”Islam ada berapa sih?” Tidak adakah yang bisa dilakukan oleh aliran yang tidak sesat untuk mengembalikan identitas Islam sebenarnya, menyeimbangkan hak Tuhan dan sosial selain bisik-bisik dan lantang bicara.