SAID BIN AMIR AL JUMAHI RA GUBERNUR YANG DERMAWAN
Said Bin Amir Al Jumahi merupakan sahabat Nabi yang sangat mengagumkan dalam akhlak dan perilaku sebagai pejabat publik. Iya ! Dia adalah Gubernur Himsh, pada masa kepemimpinan amirul Muminin ke dua, Sayyidina Umar Bin Khottob. Said merupakan kepanjangtanganan Umar di wilayah hims dalam mengelola dan mengatur pemerintahan.
Meskipun Said adalah pejabat publik sekelas gubernur, tak menjadikan dia manusia yang bergelimang harta. Justru membuat dia sangat menjauhi kehidupan bergelimang harta. Perilaku demikian inilah yang membuat sang amirul muminin menangis terharu.
Dikisahkan, Umar Bin Khottab kedatangan delegasi terpercaya dari penduduk Himsh. Umar berkata, “Tuliskan kepda saya nama nama orang fakir kalian, sehingga aku bisa menutupi kebutuhan mereka”. para delegasi menyerahkan daftar nama nama kepada Umar, dan betapa kagetnya, Sang Gubernur, Said bin Amir juga ikut terdata.
Umar berkata, “Siapakah Said Bin Amir?”. Mereke berkata, “Gubernur kami”. Umar berkata, “Apakah gubernur kalian fakir?”, Mereka berkata, “Ya, demi Allah, sungguh beberapa hari berlalu kepadanya, sementara tiada api yang menyala di rumahnya”. Sehingga Umar pun berlinang air mata sampai jenggotnya basah, seraya mengambil seribu dinar dan memasukkan ke dalam kantong, kemudian berkata, “Sampaikan salamku kepadanya, Amirul Mukminin mengirimkan uang ini kepada engkau, agar engkau bisa menggunakannya untuk memenuhi kebutuhanmu”.
Sampailah delegasi tersebut kepada Said dengan membawa kantong uang, ketika Said melihatnya, ia menjauhkan darinya dan berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun”-seakan datang bencana kepadanya-, sehingga istri Said ketakutan dan berkata, “Ada apa dengan dirimu, Wahai Said ? Apakah Amirul Mukminin meninggal ?. Said berkata, “bahkan lebih dari itu”. Istri Said berkata, “apakah orang orang Islam kalah dalam peperangan ?”. Said berkata, “bahkan lebih dari itu”.
Sang istri kembali bertanya, “apakah sesuatu yang lebih besar daripada itu ?”. Said berkata, “telah datang kepadaku dunia untuk merusak akhiratku,telah muncul fitnah di rumahku”. Istri Said berkata, “selamatkan dirimu darinya”. Sementara ia sendiri tidak tahu menahu urusan dinar itu. Said berkata, “maukah engkau membantuku ?”, istri Said berkata, “Ya”. Sehingga, Said bersama istri mengambil uang uang dinar itu dan meletakkannya ke dalam kantong, kemudian membagikanya kepada para fuqara muslimin.