SABDA SABDA NABI MUHAMMAD SAW TENTANG TAUBAT DAN AMPUNAN

SABDA SABDA NABI MUHAMMAD SAW TENTANG TAUBAT DAN AMPUNAN
  1. nabi muhammadPenyesalan adalah suatu taubat. (HR. Abu Dawud dan Al Hakim)
  2. Iblis berkata kepada Robbnya, “Dengan keagungan dan kebesaranMu, aku tidak akan berhenti menyesatkan bani Adam selama mereka masih bernyawa.” Lalu Allah berfirman: “Dengan berfirman: “Dengan keagungan dan kebesaranKu, Aku tidak akan berhenti mengampuni mereka selama mereka beristighfar”. (HR. Ahmad)
  3. Semua anak Adam pembuat kesalahan, dan sebaik-baik pembuat kesalahan ialah mereka yang bertaubat. Alloh berfirman: “Dengan keagungan dan kebesaranKu, Aku tidak akan berhenti mengampuni mereka selama mereka beristighfar”. (HR. Ahmad)
  4. Semua anak Adam pembuat kesalahan, dan sebaik-baik pembuat kesalahan ialah mereka yang bertaubat. (HR. Ad Darami)
  5. Sesungguhnya Allah menerima taubat hambaNya selama nyawa belum sampai ke tenggorokan. (HR. Ahmad)
  6. Sesungguhnya Allah merentangkan tanganNya pada malam hari memberi kesempatan taubat bagi pelaku kesalahan pada siang hari dan merentangkan tanganNya pada siang hari memberi kesempatan taubat bagi pelaku kesalahan pada malam hari, sampai kelak matahari terbit dari Barat (hari kiamat). (HR. Muslim)
  7. Sesungguhnya Allah menyukai seorang hamba mukmin yang terjerumus dosa tetapi bertaubat. (HR. Ahmad)
  8. Apabila kamu melakukan dosa maka lakukanlah pula taubat. Apabila (dosa itu) dirahasiakan maka taubatnya juga dirahasiakan dan apabila dosa itu terang-terangan maka taubatnya pun terang-terangan pula. (HR. Ad-Dailami)
  9. Tiada sesuatu yang lebih disukai Allah daripada seorang pemuda yang bertaubat. (HR. Ad-Dailami)
  10. Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa. (HR. Ath-Thabrani)
  11. Tidak menjadi dosa besar sebuah dosa bila disertai dengan istighfar dan bukan dosa kecil lagi suatu perbuatan bila dilakukan terus menerus. (HR. Ath-Thabrani)

Penjelasan:
Dosa kecil apabila dilakukan terus-menerus akan menjadi dosa besar.

  1. Puncak istighfar ialah ucapan seorang hamba:
    “Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tiada Tuhan kecuali Engkau. Engkau Penciptaku dan aku hambaMu yang tetap dalam kesetiaan dan janjiku sepanjang kemampuanku. Aku kembali kepada-Mu dengan kenikmatan dan kembali kepada-Mu dengan dosaku. Maka ampunilah aku. Sesungguhnya tiada pengampun dosa-dosa kecuali Engkau.”
    Rasulullah bersabda: “Barangsiapa mengucapkan doa itu dengan penuh keyakinan pada siang hari dan ternyata wafat pada hari itu sebelum senja maka dia tergolong penghuni surga. Barangsiapa mengucapkannya pada malam hari dengan penuh keyakinan dan wafat sebelum subuh maka dia tergolong penghuni surga pula.” (HR. Bukhari)
  2. Sesungguhnya Allah menurunkan kepadaku dua keselamatan bagi umatku. Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada diantara mereka dan Allah tidak akan mengazab mereka sedang (mereka) beristighfar (minta ampun), bila aku (Nabi shallallahu alaihi wassalam) pergi (tiada) maka aku tinggalkan bagimu istighfar sampai hari kiamat. (HR. Tirmidzi)
  3. Seusai shalat (fardhu) Rasulullah shallallahu alaihi wassalam beristighfar kepada Allah tiga kali, lalu berkata:
    “Ya Allah, Engkau maha pemberi ketentraman dan perdamaian. Dari Engkau lah datangnya ketentraman dan perdamaian, wahai Tuhan yang maha memiliki keagungan dan kemuliaan.” (HR. Muslim)
  4. Seorang yang berbuat dosa lalu membersihkan diri (wudhu atau mandi), kemudian ia shalat dan memohon pengampunan Allah maka Allah akan mengampuni dosanya. Setelah berkata demikian Rasulullah mengucapkan firman Allah surat Ali Imran ayat 135: “Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji mereka itu sedang mereka mengetahui.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  5. Barangsiapa memperbanyak istighfar maka Allah akan membebaskannya dari kedukaan dan memberinya jalan ke luar bagi kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duganya. (HR. Abu Dawud)
  6. Apabila kamu tidak pernah berbuat dosa maka Allah Tabaroka Wata’ala akan menciptakan makhluk lain yang berbuat dosa kemudian Allah mengampuni mereka. (HR. Muslim)
  7. Allah ‘Azza wajalla berfirman dalam hadits Qudsi: “Hai anak Adam, Aku menyuruhmu tetapi kamu berpaling, dan Aku melarangmu tetapi kamu tidak mengindahkan, dan Aku menutup-nutupi (kesalahan-kesalahan)mu tetapi kamu tambah berani, dan Aku membiarkanmu dan kamu tidak mempedulikan Aku. Wahai orang yang esok hari bila diseru oleh manusia akan menyambutnya, dan bila diseru oleh Yang Maha Besar (Allah) dia berpaling dan mengesampingkan, ketahuilah, apabila kamu minta Aku memberimu, jika kamu berdoa kepada-Ku Aku kabulkan, dan apabila kamu sakit Aku sembuhkan, dan jika kamu berserah diri Aku memberimu rezeki, dan jika kamu mendatangiKu Aku menerimamu, dan bila kamu bertaubat Aku ampuni (dosa-dosa) kamu, dan Aku Maha Penerima Taubat dan Maha Pengasih”.
    (HR. Tirmidzi dan Al Hakim)
  8. Aku Muhammad dan Ahmad (terpuji), yang dihormati, yang menghimpun manusia, nabi (penyeru) taubat, dan nabi (penyebar) rahmat.
    (HR. Muslim)
  9. Sebaik-baik umatku adalah apabila pergi (musafir) dia berbuka puasa dan shalat Qashar, dan jika berbuat kebaikan merasa gembira, tetapi apabila melakukan keburukan dia beristighfar. Dan seburuk-buruk umatku adalah yang dilahirkan dalam kenikmatan dan dibesarkan dengannya, makanannya sebaik-baik makanan, dia mengenakan pakaian mewah-mewah dan bila berkata tidak benar (tidak jujur).
    (HR. Ath-Thabrani)
  10. Barangsiapa dikaruniai Allah kenikmatan, hendaklah dia bertahmid (memuji) kepada Allah, dan barangsiapa merasa diperlambat rezekinya, hendaklah dia beristighfar kepada Allah. Barangsiapa dilanda kesusahan dalam suatu masalah, hendaklah mengucapkan “Laa haula walaa quwwata illaa illaahil’aliyyil’adzhim (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)”.
    (HR. Al-Baihaqi dan Ar-Rabii’)
  11. Seorang mayit dalam kuburnya seperti orang tenggelam yang sedang minta pertolongan. Dia menanti-nanti doa ayah, ibu, anak dan kawan yang terpercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya, baginya lebih disukai dari dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung-gunung. Adapun hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah mohon istighfar kepada Allah untuk mereka dan bersedekah atas nama mereka.
    (HR. Ad-Dailami)
  12. Apabila tersisa sepertiga dari malam hari, Allah ‘Azza Wajalla turun ke langit bumi dan berfirman: “Adakah orang yang berdo’a kepadaKu akan Kukabulkan? Adakah orang yang beristighfar kepada-Ku akan Kuampuni dosa-dosanya? Adakah orang yang mohon rezeki kepada-Ku akan Kuberinya rezeki? Adakah orang yang mohon dibebaskan dari kesulitan yang dialaminya akan Kuatasi kesulitan-kesulitannya?” Yang demikian (berlaku) sampai tiba waktu fajar (subuh).
    (HR. Ahmad)
  13. Apabila seseorang mengantuk saat akan shalat hendaklah ia tidur sampai hilang ngantuknya, sebab bila shalat dalam keadaan mengantuk dia tidak menyadari bahwa ketika beristighfar ternyata dia memaki dirinya.
    (HR. Bukhari)
  14. Di antara wahyu Allah kepada nabi Dawud As: “Tiada seorang hamba yang taat kepada-Ku melainkan Aku memberinya sebelum dia minta, dan mengabulkan permohonannya sebelum dia berdoa, dan mengampuni dosanya sebelum dia mohon pengampunan (istighfar)”.
    (HR. Ad-Dailami)
  15. Apabila kamu saling berjumpa maka saling mengucap salam dan bersalam-salaman, dan bila berpisah maka berpisahlah dengan ucapan istighfar.
    (HR. Ath-Thahawi)
  16. Apabila dua orang muslim saling berjumpa lalu berjabatan tangan dan mengucap “Alhamdulillah” dan beristighfar maka Allah ‘Azza Wajalla mengampuni mereka.
    (HR. Abu Dawud)
  17. Barangsiapa diuji lalu bersabar, diberi lalu bersyukur, dizalimi lalu memaafkan dan menzalimi lalu beristighfar maka bagi mereka keselamatan dan mereka tergolong orang-orang yang memperoleh hidayah.
    (HR. Al-Baihaqi)
  18. Demi Allah, sesungguhnya saya itu niscayalah memohonkan pengampunan kepada Allah serta bertaubat
    kepadaNya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.
    (HR. Bukhari)
  19. Niscayalah Allah itu lebih gembira dengan taubat hambaNya daripada gembiranya seseorang dari engkau semua yang jatuh di atas untanya, dan oleh Allah ia disesatkan di suatu tanah yang luas.
    (Muttafaq’alaih)
  20. Nabi shallallahu alaihi wassalam bersabda: “Ada seorang lelaki dari golongan ummat yang sebelummu telah membunuh 99 manusia, kemudian ia menanyakan tentang orang yang teralim dari penduduk bumi, ialu ia ditunjukkan pada seorang pendeta. Ia pun mendatanginya, dan selanjutnya berkata bahwa sesungguhnya ia telah
    membunuh 99 manusia, apakah masih diterima untuk bertaubat. Pendeta itu menjawab: “Tidak dapat”. Kemudian pendeta itu dibunuhnya sekalian, dan dengan demikian ia telah menyempurnakan jumlah 100 orang dengan ditambah seorang lagi itu. Lalu ia bertanya lagi tentang orang yang teralim dari penduduk bumi, kemudian ditunjukkan pada seorang yang alim, selanjutnya ia mengatakan bahwa sesungguhnya ia telah membunuh 100 manusia, apakah masih diterima taubatnya. Orang alim itu menjawab: “Ya, masih dapat. Siapa yang dapat menghalang-halangi antara dirinya dengan taubat itu. Pergilah engkau ke tanah begini-begini, sebab di situ ada beberapa kelompok manusia yang sama menyembah Allah ta’ala, maka menyembahlah engkau kepada Allah itu bersama-sama dengan mereka, dan janganlah engkau kembali ke tanahmu sendiri, sebab tanahmu adalah negeri yang buruk”. Orang itu terus pergi, sehingga di waktu ia telah sampai separuh perjalanan, tiba-tiba ia didatangi oleh kematian. Kemudian bertengkarlah untuk mempersoalkan diri orang tadi malaikat rahmat dan malaikat azab (yang bertugas memberikan kerahmatan dan bertugas memberikan siksa). Malaikat Rahmat berkata: “Orang ini telah datang untuk bertaubat sambil menghadapkan hatinya kepada Allah ta’ala”. Malaikat Azab berkata: “Bahawasanya orang ini sama sekali belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun”. Selanjutnya ada seorang malaikat yang mendatangi mereka dalam bentuk seorang manusia, lalu ia dijadikan sebagai pemisah antara malaikat-malaikat yang berselisih tadi, yakni dijadikan hakim pemutusnya (untuk menetapkan mana yang benar), ia berkata: “Ukurlah olehmu semua antara dua tempat di bumi itu, ke mana ia lebih dekat letaknya, maka orang ini adalah untuknya (maksudnya jikalau lebih dekat ke arah bumi yang dituju untuk melaksanakan taubatnya, maka ia adalah milik Malaikat Rahmat, dan jikalau lebih dekat dengan bumi asalnya, maka ia adalah milik Malaikat Azab)”. Malaikat-malaikat itu mengukur, kemudian didapatinya bahwa orang tersebut adalah lebih dekat kepada bumi yang dikehendaki (yakni yang dituju untuk melaksanakan taubatnya). Oleh sebab itu maka ia dijemputlah oleh Malaikat Rahmat”.
    (Muttafaq’alaih)
  21. Tidak ada alasan bagi seseorang untuk diampuni dan kembali kepada jalan Allah yang telah Allah tangguhkan ajalnya sehingga dia sudah mencapai usia 60 tahun.
    (HR. Bukhari)

Penjelasan:
Bila sudah mencapai usia 60 tahun dan belum
mau bertobat atas perbuatan dosanya, maka tidak ada lagi alasan baginya pada saat menghadapi perhitungan Allah.

  1. Allah menyukai akan rukhsah-rukhsah-Nya diterima dan diamalkan, sebagaimana seorang hamba menyukai pengampunan-Nya.
    (HR. Ath-Thobari)
  2. Seorang yang mati syahid, diberi 6 perkara pada saat tetesan darah pertama mengalir dari tubuhnya:
    (1) semua dosanya diampuni (tertebus),
    (2) diperlihatkan tempatnya di surga,
    (3) dikawinkan dengan bidadari,
    (4) diamankan dari kesusahan kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat),
    (5) diselamatkan dari siksa kubur,
    (6) dan dihiasi dengan pakaian keimanan.
    (HR. Bukhari)
  3. Bermohonlah kepada Robbmu di saat kamu senang (bahagia). Sesungguhnya Allah berfirman (dalam hadits Qudsi): “Barangsiapa berdo’a (memohon) kepada-Ku di waktu dia senang (bahagia), maka Aku akan mengabulkan do’anya di waktu dia dalam kesulitan, dan barangsiapa memohon, maka Aku kabulkan, dan barangsiapa rendah diri kepada-Ku, maka aku angkat derajatnya, dan barangsiapa mohon kepada-Ku dengan rendah diri, maka Aku merahmatinya, dan barangsiapa mohon pengampunanKu, maka Aku ampuni dosa-dosanya”.
    (Ar-Rabii’)
  4. Apabila kamu berdo’a, janganlah berkata, “Ya Allah, ampunilah aku kalau Engkau menghendaki, rahmatilah aku kalau Engkau menghendaki, dan berilah aku rezeki kalau Engkau menghendaki”. Hendaklah kamu bermohon dengan kesungguhan hati, sebab Allah berbuat segala apa yang dikehendakiNya dan tidak ada paksaan terhadap-Nya. (HR. Bukhari dan Muslim)
  5. Shalat pada awal waktu adalah keridhoan Allah, dan shalat pada akhir waktu adalah pengampunan Allah.
    (HR. Tirmidzi)
  6. Barangsiapa sesudah shalat (fardhu) mengucapkan dzikir “Subhanallah (Maha Suci Allah)” 33 kali, dan “Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah)” 33 kali, dan “Allahu Akbar (Allah Maha Besar)” 33 kali, lalu digenapkan yang keseratusnya dengan (membaca) “Laailaaha illallah wahdahu la syariika lahu, lahulmulku walahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in Qodir (Tidak ada Tuhan kecuali Allah yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nyalah segala kekuasaan dan pujian. Dan Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa)”, maka akan terampuni dosa-dosanya (walaupun) sebanyak buih di lautan.
    (HR. Muslim)
  7. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam apabila bangun tengah malam untuk shalat malam (Tahajjud), beliau mengucapkan:
    “Tidak ada Tuhan kecuali Engkau. Maha suci Engkau, ya Allah, aku mohon ampunanMu atas dosaku dan aku mohon rahmatMu. Ya Allah, tambahlah ilmu bagiku dan jangan Engkau memalingkan hatiku setelah Engkau memberiku hidayah (petunjuk), dan karuniakanlah dari sisimu rahmat. Sesungguhnya Engkau Maha pemberi rahmat”.
    (HR. Abu Dawud)
  8. Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.
    (HR. Bukhari)
  9. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam menaiki mimbar (untuk berkhotbah). Menginjak anak tangga (tingkat) pertama beliau mengucapkan, “Aamin”, begitu pula pada anak tangga kedua dan ketiga. Seusai shalat para sahabat bertanya, “Mengapa Rasulullah mengucapkan “Aamin”? Beliau lalu menjawab, “Malaikat Jibril datang dan berkata, “Kecewa dan merugi seorang yang bila namamu (Muhammad shallallahu alaihi wassalam) disebut dan dia tidak mengucap shalawat atasmu”, lalu aku berucap “Aamin”. Kemudian malaikat berkata lagi, “Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup bersama kedua orang tuanya tetapi dia tidak sampai bisa masuk surga”. Lalu aku mengucapkan “aamin”. Kemudian katanya lagi, “Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan (hidup) pada bulan Ramadhan tetapi tidak terampuni dosa-dosanya”. Lalu aku mengucapkan “Aamin”.
    (HR. Ahmad)
  10. Barangsiapa shalat malam pada malam Lailatul Qodar dengan keimanan dan harapan pahala dari Allah, maka akan terampuni dosa-dosanya yang terdahulu.
    (HR. Bukhari)
  11. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam menyambut orang yang pergi haji: “Semoga Allah menerima hajimu, mengampuni dosamu dan mengganti ongkosmu (biaya-biayamu)”.
    (HR. Ad-Dainuri)
  12. Wahai segenap manusia, menyerulah kepada yang ma’ruf dan cegahlah dari yang mungkar sebelum kamu berdo’a kepada Allah dan tidak dikabulkan, serta sebelum kamu memohon ampunan dan tidak diampuni. Amar ma’ruf tidak mendekatkan ajal. Sesungguhnya para rabi yahudi dan rahib nasrani ketika mereka meninggalkan amar ma’ruf dan nahi mungkar dilaknat oleh Allah melalui ucapan nabi-nabi mereka. Mereka juga ditimpa bencana dan malapetaka.
    (HR. Ath-Thabrani)
  13. Apabila imam (shalat) mengucapkan “Sami ‘allaahuliman hamidah (Allah mendengar siapa yang memuji-Nya)”, maka ucapkanlah “Allaahumma Robbanaa lakal hamdu (Ya Allah Tuhan kami, bagimu segala puji)”. Sesungguhnya kalau ucapannya bersamaan dengan ucapan malaikat, maka akan terampuni dosa-dosanya yang terdahulu.
    (Mutafaq’alaih)
  14. Seorang yang berbuat dosa lalu membersihkan diri (wudhu atau mandi), kemudian ia shalat dan memohon pengampunan Allah, maka Allah akan mengampuni dosanya. Setelah berkata demikian Rasulullah shallallahu alaihi wassalam mengucapkan firman Allah surat Ali Imran ayat 135: “Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji mereka itu sedang mereka mengetahui”. (HR. Bukhari dan Muslim)
  15. Pengampunan Allah lebih besar dari dosamu.
    (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
  16. Seorang wanita di jaman Rasulullah shallallahu alaihi wassalam sesudah fathu Mekah telah mencuri. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wassalam memerintahkan agar tangan wanita itu dipotong. Usamah bin Zaid menemui Rasulullah shallallahu alaihi wassalam untuk meminta keringanan hukuman bagi wanita tersebut. Mendengar penuturan Usamah, wajah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam langsung berubah. Beliau lalu bersabda: “Apakah kamu akan minta pertolongan (mensyafa’ati) untuk melanggar hukum-hukum Allah Azza Wajalla?”. Usamah lalu menjawab, “Mohonkan ampunan Allah untukku, ya Rasulullah”. Pada sore harinya Nabi shallallahu alaihi wassalam berkhotbah setelah terlebih dulu memuji dan bersyukur kepada Allah. Inilah sabdanya: “Amma ba’du. Orang-orang sebelum kamu telah binasa disebabkan bila seorang bangsawan mencuri dibiarkan (tanpa hukuman), tetapi jika yang mencuri seorang awam (lemah) maka dia ditindak dengan hukuman. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, apabila Fatimah binti Muhammad mencuri, maka aku pun akan memotong tangannya”. Setelah bersabda begitu, beliau pun kembali menyuruh memotong tangan wanita yang mencuri itu.
    (HR. Bukhari)
  17. Kami bersama Rasulullah shallallahu alaihi wassalam dalam suatu majelis. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda: “Berbai’atlah kamu untuk tidak syirik kepada Allah dengan sesuatu apapun, tidak berzina, tidak mencuri, dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan (alasan) yang benar. Barangsiapa menepatinya, maka baginya pahala di sisi Allah, dan barangsiapa yang melanggar sesuatu dari perkara-perkara itu, maka dia dihukum, dan itulah tebusannya (kafarat). Namun barangsiapa yang melanggar perkara-perkara itu dan dirahasiakan oleh Allah, maka persoalannya adalah di tangan Allah. Bila Dia menghendaki, maka akan diampuniNya atau disiksaNya (di akhirat)”.
    (HR. Muslim)
  18. Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tangannya pada siang hari, maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah.
    (HR. Ahmad)
  19. Semua (dosa) umatku akan diampuni, kecuali orang yang berbuat (dosa) terang-terangan, yaitu yang melakukan perbuatan dosa pada malam hari, lalu Allah menutup-nutupinya, kemudian pada esok harinya dia bercerita kepada kawannya: “Tadi malam aku berbuat begini…begini…”, lalu dia membongkar rahasia yang telah ditutup-tutupi Allah ‘Azza wajalla. (Mutafaq’alaih)
  20. Barangsiapa ditimpa musibah dalam hartanya atau pada dirinya, lalu dirahasiakannya dan tidak dikeluhkannya kepada siapapun, maka menjadi hak atas Allah untuk mengampuninya.
    (HR. Ath-Thabrani)
  21. Aman bagi umatku dari bahaya tenggelam apabila pada saat menaiki kapal mereka mengucapkan:
    “Dengan nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Robbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggamanNya pada hari kiamat, dan langit digulung dengan tangan kananNya. Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan”.
    (HR. Abu Ya’la dan Ad-Dainuri)
  22. Seorang wanita pelacur melihat seekor anjing di atas sumur dan hampir mati karena kehausan. Lalu wanita itu melepas sepatunya, diikatnya dengan kerudungnya dan diambilnya air dari sumur (lalu diminumkan ke anjing itu). Dengan perbuatannya itu dosanya diampuni.
    (HR. Bukhari)
  23. Tidaklah seorang hamba yang pada saat Allah mengembalikan ruhnya (sesudah tidur), kemudian mengucapkan:
    “Laa ilaaha illallaahu wahdahulaa syariikalahu, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai in qadiir”, melainkan pasti Allah akan mengampuni dosa-dosanya, sekalipun sebanyak buih di lautan”.
    (HR. Ibnu Sunni)

Leave your comment here: