DEFINISI DARI RIJALUL HADITS ATAU RAWI HADITS

- DEFINISI RAWI
الراوي في لغة : الذى يروي الحديث و نحوه( المنوز: ٥٩٠
Kata rawi atau ar-rawi berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan hadits ( naqil al-hadits).
Sebenarnya, sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Sanad-sanad hadits pada tiap tabaqah-nya, juga disebut rawi, jika yang dimaksud dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadits. Akan tetapi, yang membedakan antara rawi dan sanad terletak pada pembukuan atau pen-tadwin-an hadits. Orang yang menerima hadits dan kemudian menghimpunnya dalam suatu kitab tadwin disebut perawi. Dengan demikian, maka perawi dapat disebut mudawwin (orang yang membukukan dan menghimpun hadits).
- CONTOH RAWI
حدثنا محمد بن معمر بن ربعي القيس، حدثنا أبو هشام المحزومي عن عبد الواحد وهو ابن زياد حدثنا عثمان بن حكيم حدثنا محمد ابن المنكدر عن عمران عن عثمان بن عفان قال ؛ قال رسول الله صلي الله عليه و سلم ؛ من توضأ فأحسن الوضوء خرجت خطاياه من جسده حتي تخرج من تحت أظفاره.(رواه مسلم)
Artinya:
“ Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ma’mur bin Rabi’i al-Qaisi, katanya telah menceritakan kepadaku Abu Hisyama al-Mahzumi dari Abu Al-Wahid yaitu Ibnu Ziyad, katanya telah menceritakan kepadaku ‘Utsman bin Hakim, katanya telah menceritakan kepadaku Muhammad al-Munqadir, dari ‘Amran, dari ‘Utsman bin Affan r.a. ia berkata” Barang siapa yang berwudu’ dengan sempurna (sebaik-baiknya wudu’), keluarlah dosa-dosanya dari seluruh badannya, bahkan dari bawah kukunya”(H.R. MUSLIM).
Dari nama Muhammad bin Ma’mur bin Rabi’il al-Qaisi sampai dengan ‘Utsman bin ‘Affan ra. adalah sanad dari hadits tersebut. Mulai kata “man tawadha’a” sampai dengan kata “tahta azhfarihi”, adalah matannya, sedangkan Imam Muslim yang dicatat diujung hadits adalah perawinya, yang juga disebut mudawwin.
- SYARAT-SYARAT RIJALUL HADITS
- Islam
- Baligh
- ‘Adil
- Dhabith
ILMU RIJAL AL-HADITS
- DEFINISI ILMU RIJAL AL-HADITS
‘Ilmu rijal al-hadits ( (علم رجال الحديثialah:
علم رجال الحديث هو علم يعرف به رواة الحديث من حيث أنهم رواة للحديث
“Ilmu untuk mengetahui para perawi hadits dalam kapasitasnya sebagai perawi hadits.
Maksudnya ialah ilmu yang membicarakan seluk beluk dan sejarah kehidupan para perawi, baik dari generasi sahabat, tabi’in maupun tabi’it tabi’in.
Dari pengertian tersebut, dapat diambil pemahaman bahwa kedudukan ilmu ini sangat penting, mengingat obyek kajiannya pada “matan” dan “sanad”, sebab kemunculan ilmu rijal al-hadits bersama-sama dengan periwayatan hadits dan bahkan sudah mengambil porsi khusus untuk mempelajari persoalan-persoalan di sekitar sanad. Oleh sebab itu mempelajari ilmu ini sangat penting, sebab nilai suatu hadits sangat dipengaruhi oleh karakter dan perilaku serta biografi perawi itu sendiri.
Adapun para perawi yang menjadi obyek kajian ilmu rijal al-hadits ini adalah:
a). Para sahabat, sebagai penerima pertama dan sebagai kelompok yang dikenal dengan sebutan thabaqat awwal ( generasi pertama) atau dikenal sebagai sanad terakhir lantaran sebagai penerima langsung dari sumber asalnya, yaitu Nabi Saw.
b). Para tabi’in, dikenal sebagai thabaqat tsani ( generasi kedua).
c). Para muhadhramin (المحضرمين), yaitu orang-orang yang mengalami hidup pada masa Jahiliyyah dan masa Nabi Saw. dalam kondisi islam, tetapi tidak sempat menemuinya dan mendengarkan hadits darinya.
d). Para mawalliy, yaitu para perawi hadits dan ulama yang pada awalnya berstatus budak.
Sedang kitab yang membahas persoalan sejarah para perawi hadits secara periodik dari generasi ke generasi (thabaqat) adalah:
a). Thabaqat al-kubra ( طبقات الكبرى), karyaMuhammad bin Sa’ad (w. 230 H).
b). Thabaqat al-ruwwat ( طبقات الرواة ), karya Kalifah bin ‘Ashfariy (240 H).
Dalam perkembangan selanjutnya, muncullah dari kedua kitab tersebut pembahasan lanjutan yang memang sudah terbahas di dalamnya, yaitu ilmu jarh wal al-ta’dil dan ilmu tarikh ar-ruwwat, sebagaimana kitab-kitab yang orientasi pembahasannya pada disiplin ilmu rijal-hadits sebagai berikut ini:
- a) “رجال صحيح مسلم” karya Ibnu Manjawaih ( 428 H. )
- b) “رجال الموطئ”karya Iman al-Suyuthiy ( 911 H. )
- c) السنن الأربعة “رجال”karya Ahmad bin Muhammad al-Kurdi (763 H.)
- d) “رجال صحيح البخاري”karya Muhammad bin Dawud al-Kurdiy (925H.)
Dengan ilmu ini dapatlah kita mengetahui keadaan para perawi yang menerima hadits dari Rasulullah dan keadaan para perawi yang menerima hadits dari sahabat dan seterusnya. Di dalam ilmu ini diterangkan tarikh ringkas dari riwayat hidup para perawi, mahzhab yang dipegang oleh para perawi dan keadaaan-keadaaan para perawi itu dalam menerima hadits.
KESIMPULAN
Sanad secara etimologi berarti sandaran atau tempat bersandar atau tempat berpegang. Adapun secara terminologi ialah silsilah para perawi yang menukilkan hadits dari sumbernya yang pertama.
Matan secara etimologi berarti berarti tanah yang tinggi. Adapun secara terminologi ialah lafal-lafal hadits yang mengandung makna-makna tertentu. Dapat disimpulkan bahwa matan adalah isi hadits.
Rawi secara etimologi berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan hadits ( naqil al-hadits). Adapun secara terminologi ialah orang yang meriwayatkan hadis , baik dari sahabat, tabi’in, maupun dari angkatan sesudahnya.
Adapun syarat-syarat rijalul hadits yaitu:
1). islam, 2). baligh, 3). ‘adil, 4). dhabith
‘Ilmu rijal al-hadits ialah:
علم رجال الحديث هو علم يعرف به رواة الحديث من حيث أنهم رواة للحديث
“Ilmu untuk mengetahui para perawi hadits dalam kapasitasnya sebagai perawi hadits”.