BERBAGAI TANDA KEKUASAAN ALLOH SWT DALAM PERTANIAN
Alloh subhanahu wa ta’ala sebagai tuhan mempunyai tanda-tanda ketuhanan-Nya berupa hasil-hasil ciptaan-Nya, berupa langit dan bumi dan apa yang ada di dalam keduanya, juga apa yang ada di antara keduanya. Termasuk juga kejadian-kejadian yang berlangsung dalam makhluk-Nya tersebut. Kemudian Alloh menyuruh untuk memikirkan tanda-tanda kekuasaan-Nya tersebut, termasuk pada tanaman dan tumbuhan. Sedangkan pertanian tidaklah lepas dari tanaman dan tumbuhan yang Alloh menyuruh untuk memikirkan dan memperhatikan. Dalam al-Quran banyak ayat yang menyuruh memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Alloh berupa tanaman maupun tumbuhan, salah satunya adalah:
“Dia yang menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam-macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Alloh) bagi kaum yang memikirkannya.” (QS. An Nahl : 11)
Dan juga firman-Nya:
“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu biji-bijian yang banyak, dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai dan kebun-kebun anggur dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya diwaktu pohonnya berbuah dan (perharikan pula) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Alloh) bagi orang-orang yang beriman.” ( Al An’am : 99) .
Firmannya: “Perhatikanlah” maksudnya lihatlah, pikirkanlah dan ambilah pelajaran.
“buahnya diwaktu pohonnya berbuah” maksudnya buah pohon/tanaman secara umum, khususnya buah pohon kurma,
“dan (perhatikan pula) kematangannya” maksudnya perhatikanlah pada buah itu mulai dari waktu munculnya sampai matangnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran dan tanda-tanda kekuasaan (Alloh subhanahu wa ta’ala), dan menunjukkan rahmat Alloh, banyaknya kebaikan-Nya dan kedermawanan-Nya serta menunjukkan sempurnanya kemampuan-Nya juga menunjukkan pertolongan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Akan tetapi tidak setiap orang bisa mengambil pelajaran dan memikirkannya, tidak semua orang yang memperhatikan dan memikirkannya mampu mengetahui makna yang terkandung.
Oleh karena itu Alloh subhanahu wa ta’ala mengaitkan bahwa orang yang mampu mengambil manfaat (pelajaran) dari tanda-tanda kebesaran-Nya hanyalah orang-orang yang beriman, sebagaimana firmannya. ”Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Alloh) bagi orang-orang yang beriman”. Sesungguhnya orang-orang mukminlah yang dengan keimanannya membawa mereka kepada amal sebagai realisasi dan konsekuensi dari keimanan mereka.Lihat kitab Taisir Karimur Rohman Fi Tafsir Kalamil Mannan.
Imam Ibnu Jarir rohimahulloh menjelaskan dalam tafsirnya:
“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Alloh) bagi orang-orang yang beriman.” Alloh subhanahu wa ta’ala menyebutkan “Sesungguhnya pada” pada turunnya hujan dari langit yang menumbuhkan segala tumbuh-tumbuhan, tanaman yang menghasilkan biji-bijian, dan semua apa yang disebutkan dalam ayat ini “terdapat tanda-tanda (kekuasaan Alloh)”
Wahai manusia, “pada yang demikian itu” jika kalian memeperhatikan kepada buahnya saat mulai berbuah hingga matang maka kalian akan melihat perbedaan keadaan dan perubahan pada bentuk dan ukurannya sehingga kalian akan mengetahui bahwa Alloh berkuasa merubah-rubah sesuatu dan tidak ada sesuatupun semisal-Nya. Tidaklah pantas ibadah ditujukan kecuali kepada Alloh subhanahu wa ta’ala semata, tanpa ditujukan kepada tuhan-tuhan lainnya maupun tandingan-tandingan lainnya. Dan pada hal yang demikian terdapat hujjah, bukti dan penjelasan ‘bagi orang-orang yang beriman” bagi orang-orang yang membenarkan tentang keesaan Alloh dan membenarkan kekuasaan Alloh atas apa yang Dia kehendaki. Alloh subhanahu wa ta’ala mengkhususkan penyebutan orang-orang yang beriman karena merekalah orang-orang mampu mengambil manfaat dari hujjah-hujjah Alloh dan merekalah yang mampu mengambil pelajaran bukan orang-orang yang telah ditutup hatinya maka dia tidak bisa mengetahui (membedakan) antara kebenaran dengan kebatilan, antara petunjuk dengan kesesatan. Lihat kitab Tafsir ath-Thobari
Itulah penjelasan dua ulama ahli tafsir dalam menafsirkan ayat di atas, dibawakan pada kesempatan ini untuk membantu memahami makna yang terkandung di dalamnya. Maka jelaslah bahwa Alloh subhanahu wa ta’ala menyuruh manusia untuk memikirkan kekuasaan Alloh subhanahu wa ta’ala dan tanda-tanda kekuasaan Alloh subhanahu wa ta’ala yang diantaranya yang disebutkan pada ayat di atas berupa tanaman-tanaman pertanian.
Dan sungguh dalam pertanian banyak tanda-tanda kebesaran Alloh, perhatikanlah dan renungkanlah betapa kuasanya Alloh subhanahu wa ta’ala yang telah menumbuhkan tanaman dari dalam tanah dari berupa benih, mengembangkan dan menumbuhkannya hingga akhirnya menjadi tanaman yang bisa dipanen. Apalagi kalau direnungi lagi proses tersebut secara lebih mendalam, bagaimana proses yang terjadi di dalamnya, reaksi-reaksi kimia yang berlangsung di dalamnya maka makin menunjukkan kepada tanda-tanda kekuasaan Alloh. Perhatikanlah bagaimana tanaman itu tumbuh, berbuah dan bagaimana rasanya?
Terus apakah maksud dari memikirkan tanda-tanda kekuasaan Alloh tersebut? Maka jawabannya untuk membantu mengetahui bahwa Alloh adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu, mengetahui Dia lah pengatur segala urusan sampai urusan tanaman dan tumbuhan pun Alloh yang mengaturnya, semuanya diatur oleh Alloh, mengetahui Alloh yang memberikan rizki kepada makhluknya termasuk tumbuhan dan tanaman semuanya.
Maka semua tumbuhan dan tanaman baik tanaman yang dibudidayakan manusia dan yang tidak dibudidayakan, rerumputan, semak belukar dan hutan-hutan belantara semua ada dan tumbuh atas kekuasaan, pengaturan dan limpahan rizki dari Alloh.
Bahkan tanaman yang berada dalam perawatan intensif dengan sistem budidaya yang telah maju seperti hidroponik dan aeroponik, atau dibudidayakan dengan sensor dalam rumah-rumah kaca, menggunakan irigasi tetes dan teknologi yang canggih lainnya maka tetap saja tanaman itu tumbuh dan berkembang dari benih sampai bisa dipanen atas kekuasaan, pengaturan dan limpahan rizki dari Alloh. Seandainya tanpa kukuasaan, pengaturan dan limpahan rizki dari Alloh maka tidaklah tanaman itu akan tumbuh dan berkembang, karena tanaman itu tidak mempunyai kekuasaan atas dirinya sendiri kecuali dari kukuasaan Alloh, sehingga sebenarnya tidaklah tanaman itu tumbuh dan berkembang sendiri.
Maka tujuan dan manfaat dari memikirkan tanda-tanda kebesaran Alloh adalah tauhid (mengesakan Alloh). Akan menjadi tahu lah siapakah yang pengatur segala urusan, yang berkuasa atas segala sesuatu dan yang melimpahkan rizki dan maha pencipta maka jawabannya hanyalah Alloh saja ini lah yang disebutkan sebagai tauhid rububiyyah (Tauhid rububiyyah adalah mengesakan Alloh dengan mempercayai hanyalah Alloh satu-satunya yang Maha pencipta, Pengaturan segala urusan dan Penguasa segala sesuatu). Maka orang yang melakukan kesyirikan dengan meminta kepada batu dan pohon, menyembah patung dan berhala, pada hakekatnya mereka meminta dan menyembah kepada sesuatu yang tidak mempunyai kukuasaan, pengaturan, pemberian rizki, tidak mampu menciptakan dan tidak mampu memberi manfa’at juga tidak mampu menolak bahaya.
Kemudian apakah konsekuensi dari mentauhidkan Alloh dalam tauhid rububiyyah, maka para ulama menyebutkan konsekuensinya adalah tauhid uluhiyyah yaitu mengesakan Alloh dalam ibadah dan penyembahan. Maka tidaklah benar orang yang mentauhidkan Alloh dalam rububiyyah-Nya namun dia menyekutukan Alloh dalam beribadah dan penyembahan kepada Alloh. Bagaimanakah mungkin orang yang percaya Alloh subhanahu wa ta’ala sebagai pencipta, penguasa segala sesuatu, dan pengatur segala urusan bisa memalingkan ibadah dan penyembahan kepada selain Alloh?.
Namun kenyataannya alangkah banyak orang-orang yang berbuat syirik di dunia ini, milyaran orang menolak agama tauhid yaitu islam, bahkan sangat disayangkan orang-orang islam sendiri juga banyak yang berbuat kesyirikan. Contoh dalam hal ini sangat banyak untuk disebutkan dan jelas bagi orang yang memperhatikan keadaan kaum muslimin sekarang. Seperti mulai penyembahan kepada benda mati, mendatangi dukun, kepercayaan terhadap takhayul dan khurafat , dan lain sebagainya.
Konsekuensi lainnya yang disebutkan adalah tauhid asma wa sifat, jadi setelah mentauhidkan Alloh dalam rububiyyah-Nya maka hendaklah seseorang mentauhidkan Alloh dalam nama dan sifat-sifat Nya. Sebagi contoh saja Alloh mempunyai nama al-‘Aliem artinya Maha Mengetahui maka harus kita tetapkan Alloh mempunyai nama al-‘Aliem dan menetapkan Alloh mempunyai sifat mengetahui segala sesuatu baik yang telah lampau sekarang dan yang akan datang, Alloh Maha Mengetahui segala peristiwa yang terjadi di bumi maupun di langit, Maha Mengetahui yang tersurat maupun yang tersirat, Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Diantara firman Alloh yang menjelaskan bahwa Alloh maha Mengetahui adalah:
“Dan pada sisi Alloh-lah kunci-kunci segala yang ghoib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidaklah jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. ( QS. Al-An’am : 59).
Tafsir ayat di atas :
“dan tiada sehelai daun pun yang gugur” dari tanaman/pepohonan yang ada di daratan maupun lautan, yang ada di tempat yang subur (negeri) maupun di gurun, yang ada di dunia maupun di akhirat melinkan Alloh mengetahuinya.
“dan tidaklah jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi” dari biji buah-buahan dan tanaman , biji yang ditaburkan makhluknya maupun yang tumbuh sendiri di daratan. Ayat ini menunjukkan atas ilmu Alloh yang meliputi segala sesuatu dan menunjukkan tentang kitab Alloh (Lauhul Mahfuzh) yang mencakup seluruh peristiwa dan kejadian.” Lihat kitab Taisir Karimir Rohman fi Tafsiri Kalamil Mannan hal.288-289.
Maka tidak boleh mengingkari nama dan sifat mengetahui Alloh, meskipun Alloh berada di atas ars-Nya, di atas langit ke tujuh, tetapi Alloh tetap mengetahui segala sesuatu yang ada dan terjadi di langit dan bumi. Namun ternyata ada orang yang mengingkari sifat Alloh atau menetapkan sifat Alloh dengan keliru, mengatakan Alloh berada dimana-mana, ataupun wihdatul wujud (manunggaling kawulo gusti), Alloh berada dalam hati dan atau mengingkari Alloh bersemayam dalam arsy. Padahal Alloh sendiri yang telah menetapkan sifat bagi diri-Nya yaitu bersemayam di atas arsy dalam ayat-ayat al-Qur’an dan keterangan dari Rosululloh dalam hadits-hadits beliau. Alloh berfirman:
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari; kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari bumi, dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke langit. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Alloh Maha Melihat apa yang kalian kerjakan”. (QS. al-Hadid : 4)
Alloh mengetahui apa yang masuk ke bumi berupa biji, hewan, air hujan dan selain itu. Alloh mengetahui apa yang keluar dari bumi berupa tanaman, pohon, hewan dan selain itu. Alloh mengetahui apa yang turun dari langit berupa malaikat-malaikat, takdir-takdir dan rizqi-rizqi. Alloh mengetahui apa yang menuju ke langit berupa malaikat-malaikat, ruh-ruh, doa-doa, amal-amal dan selainnya. Lihat Taisir Karimir Rohman fi Tafsiri Kalamil Mannan hal.987-988.
Kesimpulannya sesungguhnya orang-orang yang mampu memikirkan tanda-tanda kekuasaan akan membawanya kepada keimanan yang mantap, sehingga mentauhidkan Alloh dalam rububiyyah-Nya yang berkonsekuensi kepada tauhid uluhiyyah dan asma wa sifat. Maka ayat tersebut ditutup dengan firman-Nya
“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Alloh) bagi orang-orang yang beriman”
jadi yang mampu mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Alloh hanyalah orang-orang mukmin dengan mentauhidkan Alloh dalam rububiyyah, uluhiyyah dan asma wa sifat. Dan tidaklah maksudnya mengharuskan mempelajari dan melakukan penelitian tentang tanda-tanda kekuasaan Alloh tersebut karena yang utama adalah pengambilan pelajaran dari tanda-tanda tersebut.
Tidaklah para sahabat dan umat islam pada zaman terdahulu mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih banyak tentang tanda-tanda kekuasaan Alloh dari orang-orang zaman sekarang bahkan mungkin ketinggalan dengan ilmu pengetahuan modern yang telah sampai pada kemajuan yang detail dan kompleks sebagaimana zaman sekarang namun mereka dapat mengambil pelajaran.
Sebaliknya kebanyakan para ilmuwan adalah orang kafir meskipun mereka mempelajari tanda-tanda kekuasaan Alloh tetapi mereka tidak mampu mengambil pelajaran, meskipun ada beberapa orang yang dengan ilmunya itu membawa mereka kedalam hidayah islam. Dan tidaklah cukup dengan memperhatikan tanda-tanda kebesaran Alloh hanya sampai kepada keyakinan kepada Alloh sebagai pencipta, penguasa segala sesuatu maupun pengatur segala semua urusan sebagaimana yang difahami oleh sebagian orang. Kalau sekedar mengetahui Alloh sebagai satu-satunya pencipta, penguasa segala sesuatu dan pengatur segala urusan maka sungguh ini telah diyakini oleh orang-orang musyrik dan kafir pada zaman Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, dan merupakan fitrah manusia. Tapi yang diminta dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran Alloh adalah pengesaan kepada rububiyyah Alloh yang membawa kepada pengesaan Alloh dalam uluhiyyah dan asma wa sifat. Dan berapakah orang yang sudah sampai pada pemahaman seperti ini? .
Benarlah perkataan penyair :
Alangkah banyaknya ibrah (pelajaran), namun alangkah sedikit orang yang mampu mengambil ibrah tersebut.