NGAJI HIKAM : KEADAAN LAPANG DAN SEMPIT BAGI AHLI MA’RIFAT
“Al-‘Aarifun (Ahli ma’rifat) lebih khawatir ketika lapang dari pada ketika sempit. Hanya sedikit sekali yang tetap dalam batas-batas kesantunan ketika lapang.”
Ustadz Salim Bahreisy ra memberikan syarah sbb:
Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. berkata,”Kami diuji dengan kesulitan, dan kami mampu bersabar, tetapi ketika diuji dengan kesenangan (kelapangan) hampir saja kami tidak sabar.”
Yusuf bin Husain Ar-Razy menulis surat kepada Al-Junaid al-Baghdadi ra.,“Semoga Allah tidak memberi kepadamu rasa kelezatan hawa nafsumu, sebab jika engkau merasakan kelezatannya, maka tidak akan merasakan kebaikan untuk selamanya.”
Sedang Syekh Fadhlala Haeri ra. mensyarah sbb:
Ketika kita lapang dan senang, ada kesempatan lebih besar untuk mewujudkan niat atau perbuatan buruk, dan pelanggaran syariah, karena banyaknya pilihan tindakan yang mungkin kita lakukan. Sedang ketika sempit, pilihan dan kesempatan untuk melakukan kesalahan, maksiat dan perbuatan jahat lebih sedikit.
Akan tetapi kita yang awam ini merasa senang dalam keadaan lapang dan tidak menyukai kesempitan. Ini menunjukkan kondisi jiwa (an-nafs) kita yang masih rendah. Sedangkan para hamba Allah yang telah ma’rifat (al-‘Arifin), lebih berhati-hati dan sadar ketika senang dan lapang. Terdapat keselamatan yang lebih besar dalam keadaan sempit bagi para ahli ma’rifat.