BERUSAHA SELALU MENGKONSUMSI MAKANAN YANG HALAL

BERUSAHA SELALU MENGKONSUMSI MAKANAN YANG HALAL

Bagi kaum muslimin memakan makanan halal hal terpenting dalam hidup. Makanan halal akan memberikan kesehatan jasmani juga rohani. Disamping jenis makanan halal, terpenting dari itu adalah bagaimana cara kita memperoleh makanan tersebut. Makanan halal diperoleh dengan cara haram maka hasilnya menjadi haram. Secara ilmiah, (+) X (-) = (-), unsur positif (+) dikalikan dengan unsur negative (-) maka hasilnya menjadi negatif atau tertolak. Tidak hanya makanan, pakaian kita pakai demikian juga. Pakaian dari uang haram kita pakai untuk ibadah maka hasilnya akan tertolak ibadah kita, hasilnya negatif!.

Dalam hadist yang diriwatkan oleh Ibnu Abbas r.a, bahwa Rasulullah SAW berkata, “Allah SWT memiliki malaikat di Baitul Maqdis yang setiap malam berdoa bagi orang yang makan makanan haram, agar tidak menerima amalannya, baik yang wajib maupun sunnah.” Di lain hadist, Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang membeli pakaian dengan harga sepuluh dirham, lalu diantara sepuluh dirham itu terdapat satu dirham yang haram, maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama ia memakai pakaian tersebut”. (HR. Ahmad)

Ketika hawa nafsu menguasai diri maka akal sehat juga akan hilang sehingga manusia melakukan tindakan-tindakan tercela yang diyakini sebagai hal baik. Uang yang diperoleh dengan cara haram mau dibawa kemanapun akan tetap haram. Tidak mungkin uang haram anda pakai untuk umrah dengan harapan dosa anda diampuni oleh Allah SWT, bagaimana mungkin diampuni sementara rukun syarat awal saya sudah salah dan tertolak.

Seorang pemimpin melakukan korupsi kemudian uang tersebut digunakan untuk berbuat kebaikan, membantu pasantren, memberangkatkan umrah ulama dengan tujuan agar dosa-dosanya diampuni, bagaimana bisa? Cara ditempuh sudah salah, maka hasilnya pasti salah. Apalagi tujuan memberangkatkan umrah ulama agar para ulama tidak mengganggu kekuasaanya.

Harta yang diperoleh dengan cara haram bagaimanapun dia berbuat kebaikan dengan harta itu tidak akan diterima oleh Allah SWT. Guru selalu menasehati kami pribadi dengan kata-kata Beliau, “Berhitung itu harus awalnya benar, kalau salah di awal walaupun sepuluh jam kau berhitung pasti hasilnya salah”. Nabi bersabda, “Barangsiapa yang memperoleh harta dari jalur yang salah (perbuatan dosa), lalu harta itu digunakannya untuk menyambung silaturahim, bersedekah, dan menafkahkan dijalan Allah SWT, maka Allah SWT akan mengumpulkan baginya seluruh harta itu, lalu melemparkannya kea pi neraka.” (HR. al-Hindi, Ath-Thabrani)

Harta dari hasil usaha haram ibarat virus, semakin disebarkan akan semakin merusak apapun yang disentuhnya. Menyentuh shalat jadi batal, menyentuh sedekah jadi batal, menyentuh puasa jadi tertolak, akhir hidup apabila tidak bertaubat tempatnya sudah pasti yaitu… neraka.

Saya melihat orang-orang yang menekuni tarekat terkadang mengalami cobaan berupa jatuh secara ekonomi, secara perlahan hartanya abis oleh sebab sebab tertentu. Guru menyebutnya ibarat pohon anggur, untuk berbuah harus dipangkas terlebih dulu daun-daunnya. Daun-daun yang dimaksud adalah harta-harta yang selama ini diperoleh dengan cara tidak baik. Tujuan tarekat adalah untuk berjalan menuju kehadirat Allah SWT, tentu saja Allah SWT Yang Maha Suci akan menolak unsur-unsur haram dalam tubuh kita baik dari makanan haram maupun makanan yang cara memperolehnya haram. Menekuni tarekat adalah berawal dari taubat terhadap segala perbuatan tercela yang selama ini dilakukannya baik disadari maupun tidak disadari. Karena taubat, maka menekuni tarekat tidak bisa ditunda-tunda, harus disegerakan terutama bagi orang yang telah berniat untuk belajar tarekat.

Di dalam tarekat kita mengetahui secara zahir dan bathin hal-hal bersifat haram dan Allah SWT akan menjaga dengan baik diri kita, berkat Kalimah Allah yang senantiasa kita ucapkan dalam dzikir pagi dan petang. Orang yang menjaga dzikir tidak akan mungkin melakukan perbuatan tercela termasuk makanan haram. Orang yang istiqamah dzikir dan telah melakukan suluk, Allah sendiri yang menjaga dirinya dan keluarganya dari hal-hal bersifat haram. Biasanya kalau termakan makanan tidak baik, misalnya daging babi tanpa dia tahu itu daging babi, maka secara otomatis dia akan muntah, demikian hebatnya ilmu dzikir dalam tarekat, tubuhnya secara otomatis menolaknya.

Bukan hanya makanan haram atau cara memperoleh haram yang tidak boleh digunakan, bagi para Auliya Allah, pakaian yang dijual dengan cara haram juga tidak dipakainya. Suatu hari seorang murid membawa hadiah pakaian kepada Guru saya. Ketika orang yang memberi itu pulang, Beliau memegang pakaian tersebut, kemudian berkata, “Pakaian ini tidak mungkin aku pakai, yang menjualnya memakai jimat-jimat dari dukun sehingga lengket di pakaian ini selamanya”.

Pernah Guru memberikan nasehat, “Jangan pernah kau memakan makanan haram, memperoleh dengan cara haram, jangan pernah melakukan maksiat apalagi mengatasnamakan Allah, jangan campuradukkan yang haram dengan yang halal. Jangan campur air zamzam dengan tuak karena keduanya menjadi haram bagimu”.

Menutup tulisan ini, saya mengutip kata-kata Guru yang sangat berkesan bagi saya, “Jangan kau minum racun meskipun kau ada penawarnya”. Maksud Guru jangan kau sengaja melakukan dosa meskipun kau sudah tahu dan ahli cara memohon ampun kepada-Nya.

Leave your comment here: