MENGAPA KAFIR JAHILIYAH MENARUH BERHALA BERHALA DI DEKAT KA’BAH?

MENGAPA KAFIR JAHILIYAH MENARUH BERHALA BERHALA DI DEKAT KA’BAH?

Mungkin kita tidak sampai berpikir bahwa Ka’bah sebuah bangunan yang sangat dimuliakan dan diskralkan, ternyata dahulu pernah berdiri berhala – berhala yang disembah sebagai layaknya Tuhan.

Bagaimana bisa dua halauan saling berlawanan dikumpulkan? Bagaimana mungkin simbol kemusyrikan digabungkan dan digandengkan dengan simbol ketauhidan? Namun, sejarah kebodohan manusia telah mencatat fakta yang memilukan itu.

Ka’bah yang menjadi titik sentral dalam ibadah HAJI dan UMROH merupakan simbol ketauhidan, bahkan semenjak dibangun. Namun pada saat itu disandingkan dengan berhala yang menjadi simbol kekhafiran dan kemusyrikan.

Logika mereka dapat menjelaskan dengan kenyataan bahwa selama sejarahnya, Ka’bah dianggap sebagai tempat yang mulia dan penting di mata mereka. Ketika manusia jahiliyah itu menganggap berhala sebagai sesuatu yang mulia dan bahkan berhak mereka sembah, maka merekapun kemudian meletakan berhala-berhala itu disekitar KA’BAH.

Tidaklah jauh berbeda dengan kebiasaan para sastrawan Arab di zaman itu, yang mengantung syair pemenang kontes sastra dan syair yang diadakan setiap tahun di Pasar Ukadz. Mereka mendewa-dewakan syair itu seperti mendewakan berhala, sehingga mereka pun menaruhnya disekitar Ka’bah.

Sebagai Arab jahiliyah yang bernama Amar bin Luhayyi membawa berhala yang diberi nama dengan sebutan Hubal ke Ka’bah. Berhala Hubal ini adalah berhala yang paling besar dikalangan kafir Quraisy Makkah. Berhla ini diletakan didekat Ka’bah, kemudian penduduk makkah perintahkan untuk menyembahnya. Hubal ini juga yang didengung-dengungkan oleh Abu Sufyan saat PERANG UHUD untuk membakar semangat pasukan kafir melawan pasukan Islam.

Ritual para penduduk yang menjadi kewajiban adalah siapapun yang pulang dari bepergian jauh, maka dia ‘wajib’ mengitari Ka’bah dan menyembah berhala itu sebelum mereka pulang ke rumahnya. Ritual mengitari Ka’bah dan menyembah berhala Hubal selepas pulang dari bepergian ini kemudian pada akhirnya diganti dengan ajaran Islam berupa shalat sunah sebelum bepergian maupun setelah pulang, termasuk bagi mereka yang melaksanakan Ibadah Haji maupun Umroh.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW jika pulang dari bepergian, maka beliau memulai dengan masjid untuk shalat dua rakaat didalamnya. Lalu beliau duduk bersama orang-orang.

Pada gilirannya, berhala yang dipajang di Ka’bah tidak hanya Hubal. Ibnu Abbas menceritakan bahwa ketika Rasulullah SAW memasuki kota Makkah untuk menaklukannya bersama para sahabat, di sekitar Ka’bah terdapat 360 berhala. Jumlah ini merupakan jumlah yang tidak sedikit.

Konon, setiap kelompok keturunan dan suku yang hidup disekitar Makkah mempunyai berhala sendiri-sendiri yang mereka sembah, sehingga jumlah tersebut sangat dimungkinkan. Berhala-berhala yang ada yang terbuat dari batu,kayu, dan juga dari cor bangunan.

Ketika Fathu Makkah (Pembebasan kota Makkah) Rasulullah SAW mengitari Ka’bah yang sudah dipenuhi berhala itu dengan menunggang ontanya. Ketika mengitari Ka’bah itulah terjadi mukjizat dan’keajaiban. Rasulullah SAW membaca ayat Al-Qur’an :

Pada saat itu tak ada satupun berhala-berhala yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW dengan tangan beliau, kecuali semuanya hancur. Berhala yang ditunjuk di arah depannya maka terjungkal ke belakang dan hancur, berhala yang ditunjuk dari arah belakangnya langsung terjungkal ke depan,lalu hancur.

Begitu seterusnya, hingga semua berhala itu pun hancur dan kemudian puing-puingnya dikumpulkan dan dibakar. Ibnu Ishaq menceritakan dalam kitab Sirahnhya: “saat itulah Fudhalah bi Umair berkata, ;apakah kalian belum melihat bagaimana cahaya Allah turun dari tengah-tangeh kita saat berhala-berhala itu dihancurkan?!”

Subhanallah,

Leave your comment here: