MAULID NABI SAW DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN DAN HADITS SERTA PENDAPAT ULAMA

MAULID NABI SAW DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN DAN HADITS SERTA PENDAPAT ULAMA

Rabiul Awal adalah bulan bertabur pujian dan rasa syukur. Di bulan ini, seribu empat ratus tahun silam, terlahir makhluk terindah yang pernah diciptakan Allah SWT. Namanya Muhammad SAW. Kita patut memujinya, karena tiada ciptaan yang lebih sempurna dari Baginda Nabi SAW. Berkat beliau, seluruh semesta menjadi terang benderang. Kabut jahiliah tersingkap berganti cahaya yang memancarkan kedamaian dan ilmu pengetahuan. Karena itu kita wajib mensyukuri. Tiada nikmat yang lebih berhak untuk disyukuri dari nikmat wujudnya sang kekasih, Muhammad SAW.

Walau masih ada segelintir muslimin yang alergi dengan peringatan mauled Nabi SAW, antusiasme memperingati hari paling bersejarah itu tak pernah surut. Di seluruh belahan bumi, umat Islam tetap semangat menyambut hari kelahiran Nabi SAW dengan beragam kegiatan, seperti sedekah, berdzikir, shalawat, bertafakkur, atau dengan menghelat seminar-seminar

ilmiah, bahkan Rasulullah telah mengawali mereka dan memberikan contoh dengan berpuasa setiap hari kelahiran beliau yaitu hari senin.

Negara-negara muslim, kecuali Arab Saudi, menjadikan tarikh 12 Rabiul Awal sebagai hari libur nasional. Hari itu pun dijadikan sebagai momen pertukaran tahni’ah (ucapan selamat) bagi sebagian pemimpin negara-negara di Sumenanjung Arab.

Secara harfiah, maulid bermakna hari lahir. Belakangan istilah mauled digunakan untuk sirah Nabi SAW, karena, seperti telah dimafhumi, sejarah dimulai dengan kelahiran atau

saat-saat jelang kelahiran. Sirah, atau sejarah hidup Rasulullah SAW itu sangat perlu dibaca dan dikaji karena penuh inspirasi dan bisa memantapkan iman. Allah SWT berfirman,

“Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu.. (Hud :120)”

Maulid Nabi Isa

Dalam Al-Quran banyak tercantum maulid para nabi. Allah SWT mengisahkan Nabi Isa A.S . secara runtun: mulai kelahirannya, lalu diutus sebagai rasul, hingga diangkat ke langit. Coba tengok surat Ali Imran ayat 45 sampai 50. Di situ Allah SWT memulai kronologi kisah Nabi Isa a.s .

dengan firmanNya, “(ingatlah) , ketika malaikat berkata: “Hai Maryam, seungguhnya Allah

menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yangdidekatkan (kepada Allah),”

Dalam Surat Al Maidah ayat 110, Allah SWT lagi-lagi menegaskan sekali lagi siapa sosok Isa a.s., Allah SWT berfirman, “(ingatlah) , ketika Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan dirimu dengan Ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (Ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, Kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. dan (Ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (Ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (Ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata” .

Ayat-ayat di atas mengurai sirah nabi Isa a.s . mulai jelang kelahirannya sampai diangkat ke langit. Sebuah data yang tak bisa dibantah keontetikannya. Mengacu terminology maulid sebagai sirah, jalinan kisah di atas sah-sah saja bila diistilahkan sebagai Maulid Nabi Isa a.s .

Maulid Nabi Yahya

Selain Nabi Isa a.s ., Al-Quran juga mencatat “biografi” Nabi Zakaria dan maulid Nabi Yahya Alaihimassalam. Dalam surat Maryam ayat 3 sampai 33, Allah mengisahkan perjalanan hidup Nabi Zakaria dan Nabi Yahya dengan panjang lebar, dimulai dengan sebuah doa Nabiyullah

Zakariya yang “Ia Berkata “Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan Aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku.

Dan Sesungguhnya Aku khawatir terhadap mawaliku (pengganti) sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, Maka anugerahilah Aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi Aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, Ya Tuhanku, sebagai seorang yang diridhai”.

Kemudian Allah menjawab permintaan rasul-Nya itu, sekaligus sebagai isyarat akan lahirnya sang “putra mahkota”, Nabi Yahya as. Allah berfirman,

“Hai Zakaria, Sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengannya.

Selanjutnya, dengan bahasa yang indah, Al-Quran mengisahkan sirah Nabi Zakaria a.s . dan putranya, Yahya a.s .. Sama seperti perjalanan hidup Nabiyullah Isa a.s ., sirah Nabi Yahya

bisa pula diistilahkan sebagai Maulid Nabi Yahya karena, hakikatnya, mauled adalah sirah. Begitu pun kisah Nabi Ibrohim, Nabi Ismail, Nabi Ishak, Nabi Ya’kub, Nabi Yusuf, Nabi Musa dan

lainnya.

Maulid Siti Maryam

Tak hanya para nabi. Al-Quran juga mendedah sejarah hidup sebagian kaum shalihin. Salah satunya adalah Siti Maryam, sosok teladan bagi wanita sepanjang masa. Kisah wanita mulia

itu dibuka dengan sebuah nazar yang diucapkan seorang ibu yang berhati tulus dalam surat Ali Imran ayat 35 sampai 37.

“(ingatlah) , ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya Aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis) . Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya

Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.

  1. Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, Sesunguhnya Aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki- laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya Aku Telah menamai dia Maryam dan Aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.”
  2. Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya.

setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.

Dan masih banyak lagi yang tidak bisa di sertakan.

Dari ayat-ayat di atas bisa diambil kesimpulan bahwa sebenarnya Maulid Nabi SAW, yang memuat sirah Rasulullah SAW, adalah semacam epigon (pengikut) bagi Al-Quranul Karim yang memuat sirah-sirah para nabi dan shalihin. Sebagai pemimpin para nabi, sudah sepatutnya sejarah Nabi Muhammad dibukukan dan dibaca sesering mungkin. Pentingnya mengenang perjalanan hidup Baginda Nabi SAW sangat dirasakan umat Islam pada periode akhir-akhir ini, tatkala berbagai figur non muslim ditawarkan oleh media-media secara gencar.

Hari Istimewa Perlu diketahui, sejatinya Allah SWT juga menjadikan hari kelahiran Nabi SAW sebagai momen istimewa. Fakta bahwa Rasul SAW terlahir dalam keadaan sudah dikhitan ( Almustadrak ala shahihain hadits no.4177 ) adalah salah satu tengara.

Fakta lainnya:

Pertama , perkataan Utsman bin Abil Ash Atstsaqafiy dari ibunya yang pernah menjadi pembantu Aminah r.a . ibunda Nabi SAW. Ibu Utsman mengaku bahwa tatkala Ibunda Nabi

SAW mulai melahirkan, ia melihat bintang bintang turun dari langit dan mendekat. Ia sangat takut bintang-bintang itu akan jatuh menimpa dirinya, lalu ia melihat kilauan cahaya keluar dari Ibunda Nabi SAW hingga membuat kamar dan rumah terang benderang (Fathul Bari juz 6/583).

Kedua , Ketika Rasul SAW lahir ke muka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam ).

Ketiga , riwayat yang shahih dari Ibn Hibban dan Hakim yang menyebutkan bahwa saat Ibunda Nabi SAW melahirkan Nabi SAW, beliau melihat cahaya yang teramat terang hingga pandangannya bisa menembus Istana-Istana Romawi (Fathul Bari juz6/583 ).

Keempat , di malam kelahiran Rasul SAW itu, singgasana Kaisar Kisra runtuh, dan 14 buah jendela besar di Istana Kisra ikut rontok.

Kelima , padamnya Api di negeri Persia yang semenjak 1000 tahun menyala tiada henti (Fathul Bari 6/583 ).

Kenapa peristiwa- peristiwa akbar itu dimunculkan Allah SWT tepat di detik kelahiran Rasulullah SAW?.

Tiada lain, Allah SWT hendak mengabarkan seluruh alam bahwa pada detik itu telah lahir makhluk terbaik yang pernah diciptakan oleh-Nya, dan Dia SWT mengagungkan momen itu sebagaimana Dia SWT menebar salam sejahtera di saat kelahiran nabi-nabi sebelumnya.

Hikmah maulid

Peringatan maulid nabi SAW sarat dengan hikmah dan manfaat. Di antaranya: mengenang kembali kepribadian Rasulullah SAW, perjuangan beliau yang penuh pelajaran untuk dipetik, dan misi yang diemban beliau dari Allah SWT kepada alam semesta.

Para sahabat radhiallahu anhum kerap menceritakan pribadi Rasulullah SAW dalam berbagai kesempatan. Salah satu misal, perkataan Sa’d bin Abi Waqash radhiyallahu anhu, “Kami selalu mengingatkan anak-anak kami tentang peperangan yang dilakukan Rasulullah SAW, sebagaimana kami menuntun mereka menghafal satu surat dalam Al-Quran.”

Ungkapan ini menjelaskan bahwa para sahabat sering menceritakan apa yang terjadi dalam perang Badar, Uhud dan lainnya, kepada anak-anak mereka, termasuk peristiwa saat perang Khandaq dan Bai’atur Ridhwan.

Selain itu, dengan menghelat Maulid, umat Islam bisa berkumpul dan saling menjalin silaturahim. Yang tadinya tidak kenal bisa jadi saling kenal; yang tadinya jauh bisa menjadi dekat. Kita pun akan lebih mengenal Nabi dengan membaca Maulid, dan tentunya, berkat beliau SAW, kita juga akan lebih dekat kepada Allah SWT.

Sempat terbesit sebuah pertanyaan dalam benak, kenapa membaca sirah baginda rasulullah mesti di bulan maulid saja? Kenapa tidak setiap hari, setiap saat? Memang, sebagai tanda syukur kita sepatutnya mengenang beliau SAW setiap saat. Akan tetapi, alangkah lebih afdhal apabila di bulan maulid kita lebih intens membaca sejarah hidup beliau SAW seperti halnya puasa Nabi SAW di hari Asyura’ sebagai tanda syukur atas selamatnya Nabi Musa as, juga puasa Nabi SAW di hari senin sebagai hari kelahirannya. Nah, sudah saatnyalah mereka yang anti maulid lebih bersikap toleran. Bila perlu, hendaknya bersedia bergabung untuk bersama- sama membaca sirah Rasul SAW. Atau, minimal – sebagai muslim– hendaknya merasakan gembira dengan datangnya bulan Rabiul Awal. Sudah sepantasnya di bulan ini kita sediakan waktu untuk mengkaji lebih dalam sejarah hidup Rasul SAW.

Jangan lagi menggugat maulid!

Peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A .W ternyata dicontohkan oleh Nabi

Muhammad S.A .W sendiri Mendengar kata-kata tadi anda mungkin tersentak kaget,terheran heran,ataupun kayak orang kebakaran jenggot. Soalnya selama ini banyak orang yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad S.A .W tidak pernah mencontohkan perayaan atau hal serupa tentang hari kelahirannya. Mari kita bahas islam dengan hati yang bersih dan jernih, karena islam adalah agama yang bersih dan suci. Pernah Nabi Muhamaad S.A .W ditanya tentang puasa hari senin dan kamis.Diriwayatkan dalah sebuah Hadits Shohih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,Abu Dawud,dan Ahmad disebutkan bahwa ketika Rasullah ketika ditanya tentang puasa hari senin , Rasulullah S.A.W bersabda: Di hari itu aku dilahirkan dan dihari itu pula aku memperoleh wahyu(Al- Quran). (HR.Imam Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad) .

Lihatlah dari Hadits yang shohih diatas,akankah kita mengingkari hadits yang keluar dari mulut seorang Nabi yang sangat dicintai oleh Allah S.W.T . Nabi Muhammad S.A .W yang suci,akankah kita mengingkari hadits yang keluar dari mulut seorang Rasulullah S.A .W yang suci…?.Ketika Rasulallah ditanyai tentang puasa hari senin beliau Rasulullah S.A. W hanya menjawab, Di hari itu aku dilahirkan dan dihari itu pula aku memperoleh wahyu(Al-Quran ),

Rasulullah S.A .W tidak menerangkan pahala ataupun fadilah puasa hari senin kamis, namum nabi malah berkata : Di hari itu aku dilahirkan dan dihari itu pula aku memperoleh wahyu (Al-Quran).

Dan Mungkin anda pernah diberi tahu oleh seseorang yang mengatakan bahwa nabi Muhammad S.A .W juga meniggal pada hari senin…?. Tidakah mungkin kesedihan dan kebahagiaan berlangsung jadi satu…?

Itu adalah propaganda yang dibuat oleh orang-orang yang sukanya membuat propaganda dalam islam, dan semoga kita dijauhkan oleh Allah S.W. T jangan sampai kita terkecoh oleh propaganda itu…!

Dalam Kitab Al-Hawi Lil Fatawa, Imam Ass- Suyuthi Rahimahullah : Sesungguhnya kelahiran Rasulullah S.A .W merupakan nikmat terbesar yang diberikan Allah S.W.T kepada kita dan wafatnya beliau S.A. W adalah musibah teramat agung bagi kita. Syariat telah memerintahkan kita untuk menampakkan rasa syukur dan nikmat yang kita peroleh serta bersabar dan tenang dalam menghadapi musibah, dan tidak mengungkit-ungkitnya. Hanya saja, syariat memerintahkan kita untuk melakukan Sunnah aqiqah bagi bayi yang lahir sebagai perwujudan rasa syukur dan senang atas bayi yang lahir tersebut dan ketika kematian tiba syariat tidak memerintahkan kita untuk meyembelih kambing maupun yang lain. Bahkan syariat melarang kita untuk meratapi mayat dan menampakan keluh kesah. Berbagai kaidah syariat seperti diatas menunjukkan bahwa pada bulan kelahiran Nabi ini seharusnya kita tunjukan rasa senang dengan kelahiran beliau S.A .W dan tidak menampakkan rasa sedih atas wafatnya beliau S.A .W dibulan ini. (Abdurrahman Bin Abu Bakar As-Suyuthi, Al-Hawi Lil Fatawa, Darul Fikr, Juz.1 ,Hal.226 .)

Kiranya didalam kitab karangan Imam As-Suyuthi diatas Nampak jelas. Mereka yang berniat untuk mencari kebenaran (bukan pembenaran) akan mendapatkan pencerahan dan menerima uraian singkat beliau Rahimahullah dengan senang dan lapang dada.

Pendapat Imam Hasan Al-Bashri R.a tentang Maulid Nabi Muhammad S.A .W

Al-Imam Hasan Al-Bashri R.a adalah seorang tabi’in yang lahir dikota Madinah pada dua tahun terakhir pemerintahan Khalifah ‘Umar Bin Khattab R.A . Khalifah ‘Umar Bin Khattab R.A . mendoakan beliau Al-Imam Hasan Al- Bashri R.a :

Ya Allah,jadikan dia sebagai seseorang yang memiliki pemahaman terhadap agama dan dicintai oleh masyarakat. Yang akhirnya kesholehan dan kecerdasan daripada Al-Imam Hasan Al-Bashri R.a menarik hati para sahabat nabi, Sayyidina Anas Bin Malik R. A berkata:

Bertanyalah kepada Al-Hasan (tidak lain adalah Al-Imam Hasan Al-Bashri R. a) sebab dia masih ingat sedangkan kami telah lupa. (Lihat Adz-Dzahabi, Siar A’lam Nubala, Darul Fikr, Beirut-Lebanon, Juz3, Hal.410 ).

Mari kita lihat pendapat Al-Imam Hasan Al-Bashri R.a terhadap peringatan Maulud Nabi Muhammad S.A .W. dalam sebuah riwayat disubutkan bahwa beliau Al-Imam Hasan Al-Bashri R.a berkata:

Andaikata aku memiliki emas sebesar bukit Uhud,maka akan kudermakan semuanya untuk penyelenggaraan pembacaan maulid Rasul. (Lihat kitab Abu-Bakar bin Muhammad Syatha Ad-

Dimyathi, I’anathuth Thalibin,Darul Fikr, Juz.3 ,Hal.255 .).

Pendapat Syeikh Sirri As-Saqathi(wafat pada 253H)

Syeikh Sirri As-Saqathi adalah paman sekaligus guru Imam Junaid. Disamping itu beliau R.a juga murid daripada Syeikh Ma’ruf AL-Kharkhi. Keshalehan dan kegigihan Syeikh Siiri As-Saqtathi dalam beribadah tidak dilakukan lagi. Imam Junaid R.a berkata : Aku( Imam Junaid) tidak pernah melihat ibadahnya darri Sirri. Selama 98 tahun beliau tidak pernah berbaring kecuali pada saat sakit menjelang wafatnya supaya pada waktu dia tidur diposisi duduk tidak membatalkan Wudlunya selalu ada dan beliau selalu menjaga wudlunya sampai menjelang wafatnya (inilah contoh dari pada ajaran salaf yang selalu dipegang dan tidak diremehkan oleh Syeikh Sirri As-Saqathi meskipun ini adalah permasalah yang sepele tapi para salaf-salaf dulu tidak pernah meremehkan masalah meskipun itu masalah yang sangat remeh sekalipun apa itu) ( lihat dikitab Abul Qashim ‘Abdul Karim Bin Hawazin, Ar-Risalatul Qusairiyyah, Darul Khair,Hal .417-418 ).

Dan beliau adalah orang yang sangat mencintai Akan Majelis Maulid Nabi Muhammad S.A .W.

Dalam sebuah kesempatan beliau berkata : Barang siapa mendatangi sebuah tempat simana disana dibacakan Maulid Nabi(sejarah Nabi Muhammad S.A .W), maka dia telah mendatangi sebuah taman surga. Sebab tujuannya mendatangi ini tidak lain adalah untuk mengungkapkan rasa cinta kepada Rasulullah S.A .W,sedangkan Rasulullah S.A .W bersabda:

Barangsiapa mencintaiku, maka dia bersamaku di surga.(Lihat kitab Abu Bakar bin Muhammad Syatha Ad- Dimyathi, I’anathuth Thalibin,Darul Fikr, Juz.3 ,Hal.255 .).

Perhatikan perkataan Syeikh Sirri As-Saqathi tersebut,bahwa barang siapa yang duduk dimajlis maulid Nabi Muhammad S.A .W berarti dia seperti duduk di taman surga. dan ucapan beliau ini beliau ucapkan setelah beliau mendalami Al-Qur’an dan Hadits serta mengamalkannya.

Pendapat Para Imam dan Muhaddits atas perayaan Maulid

  1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :

Telah jelas dan kuat riwayat yang sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yang berpuasa hari asyura (10 Muharram) , maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : “kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yang diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dengan pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’ an, maka nikmat apalagi yang melebihi kebangkitan Nabi ini??????, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164)

  1. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :

Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dengan sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300 ), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin

diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yang telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’ aalamiin dan membawa Syariah untuk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dengan makanan makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam As Suyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama :

“Husnul maqshad fii ‘amalil maulid ”.

  1. Pendapat Imam Al Hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :

Merupakan Bid’ah hasanah yang mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yang diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dengan kelahiran Nabi saw.

  1. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam

kitabnya ‘Urif bit ta’rif Maulidis Syariif :

Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (Nabi saw)”. (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yang Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dengan muslim ummat Muhammad saw yang gembira atas kelahiran Nabi saw?????, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.

Tujuan maulid tidak lain adalah memuji rasulullah saw, mengenang perjuangnya, akhlaqnya dan keistimewaan-keistimewaan yang ada pada diri Rasulullah….dll dan pujian ini pun juga pernah dilaksanakan di zaman Nabi, bahkan Nabi saw tidak inkar…

Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra :

“Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah.. ” maka Rasul saw menjawab: “silahkan. .,maka Allah akan membuat bibirmu terjaga”, maka Abbas ra memuji dengan syair yang panjang, diantaranya : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417)

Suatu sa’at juga pernah ka’ab bin zuhair memuji dihadapan rasulullah saw sambil mendendangkan syair…. kemudian rasulullah saw mencopot aba’ahnya(sejenis daster yang terbuka depanya) dan diberikan kpd ka’ab bin zuhair sebagai balasan apa yang telah dilakukanya.

Begitu juga ahlul madinah memuji Nabi saw, “Thola’al badru ‘alainaa dan seterusnya…..”. Nabi pun diam tidak melarangnya.

Apakah pujianya para shohabat ini / yang lainya melanggar syari’at ???? jika memang melanggar syari’at kenapa Nabi diam tidak mlarangnya ???? kalau Nabi saw ridho, kenapa kita sebagai umatnya enggan untuk memujinya ??? berarti sudah lengkap dalilnya baik dari alqur’an, hadist, perbuatan / kalamnya sahabat, tabi’in, dn kalamnya ulama’….mulai zaman dahulu sampai sekarang… ..

Maulid. .mari kita rayakan terus… ..sebagai bukti cinta kepada Nabi Muhammad saw…. dengan modal cinta dan disertai menjalankan syari’atnya kita berharap mendpatkan syafaat beliau saw…

“Seseorg itu akan dikumpulkan bersama yang d cntainya…

Semoga kita semua di kumpulkan bersama para nabi, shidiqin, auliya’, sholihin. amin.. amin..

 

Leave your comment here: