RENUNGAN DI AWAL TAHUN AGAR SEMAKIN BAIK DI SISI ALLOH SWT.

RENUNGAN DI AWAL TAHUN AGAR SEMAKIN BAIK DI SISI ALLOH SWT.

TAHUN 2018 tinggal beberapa menit lagi akan datang. Seluruh masyarakat dunia menanti datangnya tahun baru masehi ini dengan bermacam aktifitas dan harapan serta do’a, tergantung kepada doktrin keluarga atau budaya lingkungan atau ajaran agama dan bahkan negaranya masing masing. Para pemuda dengan jiwa darah mudanya saling mengisi dengan aktifitas masing masing perkumpulan. Dengan hal hal yang kadang bermanfaat dan kadang kurang bermanfaat.

Hal itu dapat di maklumi, karena yang namanya anak muda kondisi kejiwaanya masih labil dan penuh gejolak. Begitu pula para orang tua yang merayakan dengan keluarga dengan berlibur dan berwisata ke tempat tempat yang terkadang lebih tidak pantas untuk pendidikan anak.

Hal ini juga dapat di maklumi karena memang tujuan asli dari para orang tua adalah menghibur keluarga di saat libur yang hanya ada setahun sekali.

Tetapi, Sebenarnya ada banyak hal yang pantas kita pelajari dari datangnya tahun baru Masehi ini, yang kesemuanya berakibat baik untuk diri kita. Apalagi tahun baru sekarang ini berbarengan dengan hari di mana di lahirkanya sang nabi akhir zaman, Sayyidina Muhammad Saw.

Tahun baru yang tinggal hitungan menit lagi, memang kita perlu ber introspeksi diri atau koreksi diri dengan penuh konsentrasi dan ke ikhlasan, karena dengan datangnya tahun 2018 itu artinya kita semakin tambah dewasa tambah tua dan lebih dekat dengan mati…

Pernahkah kita berfikir bahwa nanti kita akan mati…? padahal itu adalah hak pereogratif Alloh semata yang artinya tidak ada yang tahu kapan kita akan mati

Pernahkah kita menghitung kesalahan dan dosa kita dalam setahun yang lalu dan kemudian bertaubat menangis meminta ampun kepada Alloh…

Pernahkah kita mencoba mengenali ni’mat ni’mat Alloh yang begitu banyak yang telah kita nikmati, sehingga kita nantinya akan bisa mensyukurinya kepada Alloh..

Pernahkah kita berfikir bahwa kita hanya seorang hamba yang seharusnya hanya tunduk dan patuh kepada Alloh Ta’ala…

Pernahkah kita mencoba menghitung berapakah umur kita yang di gunakan untuk sholat menyembah Alloh Swt.

Mari kita hitung bersama sama :

Kalau kita di beri umur selama 60 tahun maka, Kita akan menghadap Alloh dengan perhitungan seperti di bawah ini.

60 tahun di kurangi masa sebelum kita baligh yaitu 15 tahun bagi pria atau 9 tahun bagi wanita. Sehingga 60 di kurangi masa sebelum baligh menjadi 45 tahun bagi laki laki dan 51 tahun bagi wanita.

Kemudian, sisa umur 51 tahun (wanita)dan 45 tahun (pria) di kurangi waktu untuk kita tidur, normalnya orang tidur dalam satu hari satu malam adalah 8 jam. Maka kita hitung begini : 8 jam di kalikan 30 hari(1 bulan) di kalikan 12(1 tahun) di kalikan 60 tahun (umur kita) hasilnya adalah 172.800 jam. Kemudian kita jumlahkan jumlah jam dalam sehari dengan jumlah hari dalam 1 tahun, yaitu 24 jam di kalikan 365 hari, hasilnya adalah 8760 jam.

Kemudian, 8760 jam di gunakan untuk membagi jumlah jam tidur kita dalam 60 tahun, yaitu 172.800 di bagi 8.760 jam hasilnya adalah 19, 72 tahun.

Berarti, 51 tahun dan 45 tahun di kurangi jumlah tidur kita dalam 60 tahun yaitu selama 19 tahun, adalah 32 tahun bagi wanita dan 26 tahun bagi pria.

Kemudian, sisa umur 26 tahun(pria) dan 32 tahun(wanita) di kurangi waktu yang untuk kita gunakan nonton tv dan facebookan, twiteran dan yang lainya. Kita alokasikan saja 5 jam dalam sehari. (3 jam nonton tv dan 2 jam Facebookan dan yang lainya). Maka, 5 jam di kalikan 30 hari di kalikan 12 bulan di kalikan 60 tahun umur kita, hasilnya adalah 108.000 jam, kemudian di bagi dengan jumlah jam dalam satu tahun yaitu 8760. Hasilnya adalah 12,32 tahun.

Berarti, 26 tahun dan 32 tahun di kurangi jumlah nonton tv dan facebookan kita dalam 60 tahun yaitu 12 tahun, adalah 14 tahun bagi pria dan 20 tahun bagi wanita.

Kemudian, sisa umur 14 tahun (pria ) dan 20 (wanita) di kurangi waktu yang kita gunakan untuk bekerja. Kalau kita bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 2 sore dalam sehari, berarti 6 jam kita bekerja, di kurangi 1 jam istirahat, berarti 5 jam. Maka, 5 jam di kalikan 30 hari di kalikan 12 bulan di kalikan 60 tahun umur kita, hasilnya adalah 108.000 jam, kemudian di bagi dengan jumlah jam dalam satu tahun yaitu 8760. Hasilnya adalah 12,32 tahun.

Berarti 14 tahun dan 20 tahun di kurangi jumlah kita bekerja dalam 60 tahun yaitu selama 12 tahun, adalah 2 tahun bagi pria dan 8 tahun bagi wanita.

Kemudian, sisa umur 2 tahun (pria) dan 8 tahun (wanita) di kurangi waktu yang kita gunakan untuk sholat. Yaitu kita sholat paling lama 10 menit plus baca wirid. Berarti dalam sehari kita membutuhkan waktu untuk sholat selama 10 menit di kalikan 5 waktu sholat wajib, hasilnya adalah 50 menit. Kita bulatkan saja menjadi 60 menit atau 1 jam. Maka, 1 jam di kalikan 30 hari di kalikan 12 bulan di kalikan 60 tahun umur kita, hasilnya adalah 21.600 jam, kemudian di bagi dengan jumlah jam dalam satu tahun yaitu 8760. Hasilnya adalah 2,4 tahun.

Berarti 2 tahun dan 8 tahun di kurangi jumlah kita sholat dalam 60 tahun yaitu selama 2 tahun, adalah 0, tahun bagi pria dan 6 tahun bagi wanita.

Dengan demikian, masih sombongkah kita? Karena ternyata kita hanya menyisihkan waktu 2 tahun setengah selama umur kita yang kita gunakan untuk beribadah kepada Alloh Swt.

Padahal sholat adalah ibadah yang menjadi ukuran baik dan buruknya seluruh amaliyah ibadah kita.

Dan masih banyak sekali hal hal yang bisa kita pikirkan dengan tujuan agar kita semakin baik di hadapan Alloh di tahun yang ke 2018 ini.

Seperti memperbanyak membaca sholawat kepada Nabi kita Muhammad Saw.

Sebenarnya sama saja antara tahun Masehi dan Hijriyyah dalam ke datanganya di kehidupan kita, keduanya sama sama menuntut kita agar lebih tahu diri dan koreksi atas semua perbuatan kita yang telah lalu.

Ada pepatah yang mengatakan ;

Orang pandai akan belajar dari kesalahan orang lain, dan orang bodoh akan belajar dari kesalahan diri sendiri

Ini artinya kita tidak perlu berbuat kesalahan demi untuk perubahan yang lebih baik dari kita. Cukup orang lain yang kita pelajari perilakunya untuk membuat kita bisa lebih baik di tahun ini.

Ada kata mutiara yang sangat baik :

“Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini”.

MARILAH KITA BERUBAH KE ARAH YANG LEBIH BAIK

Allah SWT berfirman dalam Surat Ar-Ra’d, ayat 11,

إِنَّ اللهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Ayat ini menegaskan bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu, misalnya perubahan nasib, mendapatkan rezeki, ilmu, kelulusan ujian, kesehatan, dan sebagainya, maka ia harus melakukan suatu usaha secara aktif dan nyata, dan inilah yang disebut dengan ikhtiar atau usaha lahiriah.

Jadi seseorang akan tetap bodoh kalau ia tidak berusaha mengatasi kebodohannya dengan cara mencari ilmu. Seseorang akan tetap hidup sengsara jika ia tidak berikhtiar untuk lepas dari kesengsaraanya, misalnya dengan bekerja keras. Seseorang akan tetap pada watak dan kebiasaannya, seperti pelit, suka iri, malas, pendendam, dan sebagainya, sampai ia berusaha mengubah watak dan kebiasaan tersebut. Seseorang akan tetap sakit sampai ia berusaha mencari kesembuhan dengan cara berobat.

Berikhtiar adalah wajib. Maka barangsiapa mau berikhtiar, ikhtiarnya akan dicatat sebagai ibadah. Jika ikhtiarnya membuahkan hasil, maka setidaknya ia akan mendapat 2 (dua) keuntungan. Pertama, ia akan memperoleh pahala dari Allah SWT. Kedua, ia akan mendapat keberhasilan atau manfaat dari apa yang telah ia usahakan. Tetapi jika ikhtiarnya belum berhasil, maka setidaknya ia akan mendapat pahala dari Allah SWT. Jika ia sabar, maka ia akan mendapatkan pahala yang berlipat.

Untuk memperlancar atau mempermudah ikhtiar kita mencapai keberhasilan, kita perlu dan bahkan harus melakukan doa sebagai usaha batiniah. Allah SWT berfirman dalam Surat Al Mukmin, ayat 60:

ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Artinya: “Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannnya”

Allah SWT akan memberikan jawaban atau merespons apa yang menjadi keinginan atau usaha kita, kalau kita berdoa kepada-Nya. Hikmah berdoa kepada Allah SWT dalam kaitannnya dengan ikhtiar adalah bahwa doa akan mendekatkan kita kepada Allah SWT, dan karenanya akan memperlancar tercapainya apa yang kita usahakan.

Hikmah lain adalah bahwa dengan berdoa, kita akan terhindar dari klaim bahwa keberhasilan kita semata-mata karena ikhtiar kita sendiri tanpa campur tangan dari Allah SWT. Tentu ini akan mejadi kesombongan yang luar biasa sebagaimana disebutkan dalam ayat berikutnya,

إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.” (QS al-Mu’min: 60)

Oleh karena itu, tidak sepatutnya kita lupa berdoa kepada Allah SWT dalam setiap usaha kita meraih sesuatu. Semakin banyak kita berdoa dalam kehidupan kita sehar-hari, semakin dekatlah kita kepada Allah SWT dan tentu ini menjadi hal yang terpuji karena dengan berdoa kita menunjukkan kerendahan dan pengakuan betapa kecil dan lemahnya kita di depan Allah SWT.

Selain melakukan ikhtiar dan doa kepada Allah SWT dalam upaya kita meraih sesuatu, ada satu hal lagi yang tak boleh kita tinggalkan, yakni tawakal. Dalam surat Ali Imran, ayat 159, Allah SWT berfirman:

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya: “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertwakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang brtawakal pada-Nya.”

Jadi memang ikhtiar dan doa sesungguhnya belum cukup karena masih ada satu hal lagi yang harus kita lakukam, yakni tawakal atau berserah diri kepada Allah SWT. Pertanyaannya, mengapa kita harus bertawakal kepada Allah SWT?

Tawakal memiliki peran penting dalam hidup ini, terutama terkait dengan usaha dan doa kita. Seperti kita ketahui dan mungkin sering kita alami bersama bahwa tidak setiap yang kita usahakan atau inginkan akan tercapai dengan segera sebagaimana kemauan kita, sebab memang bukan manusia yang mengatur hidup ini. Allah-lah yang mengatur seluruh alam dengan segala permasalahannya. Allah Maha Tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Allah Maha Adil dan Bijaksana dengan semua rencana dan keputusan-Nya.

Oleh karena itu, sudah seharusnya usaha dan doa kita, kita serahkan kepada Allah SWT. Biarlah Allah yang mengatur kapan usaha dan doa kita akan terkabul. Allah lebih tahu apa yang terbaik buat hamba-hamba-Nya. Allah lebih tahu kapan usaha dan doa kita akan terkabul. Terkadang, apa yang baik menurut manusia belum tentu baik menurut Allah SWT. Terkadang pula, Allah belum mengabulkan usaha dan doa kita karena Allah menilai kita belum siap, terutama secara mental spiritual, untuk menerima keberhasilan yang kita inginkan.

Ingatlah, ada sebagian orang yang ketika usaha dan doanya dikabulkan, mereka justru makin jauh dari Allah SWT dengan melakukan banyak kemaksiatan. Sebagai contoh, seseorang berdoa memohon kenaikan pangkat dalam jabatannya. Ketika pangkatnya naik dan berkuasa, ia justru banyak melakukan penyalah gunaan jabatan, seperti korupsi, manipulasi dan sebagainya.

Hal seperti itu banyak kita jumpai di era sekarang ini dimana jabatan tidak lagi dinilai sebagai suatu amanah tetapi telah dipandang sebagai kesempatan untuk memupuk kekayaan sebesar-besarnya secara tidak sah. Sungguh tragis dan ironis, setelah doanya terkabul, ia malah menjadi penghuni penjara. Na’udzubillahi mindzalik. Ini artinya, secara mental spiritual ia sebenarnya belum siap menerima sebuah keberhasilan duniawi.

Dengan bertawakal kepada Allah SWT, kita tentu lebih siap untuk menerima kenyataan. Mereka yang tidak tawakal, mungkin akan sangat kecewa dan bahkan mengalami stres berat ketika usaha dan doanya tidak atau belum terkabul. Sebagian dari mereka bahkan ada yang menyalahkan Tuhan dengan menuduh Tuhan tidak adil. Na’udzubillahi mindzalik.

Sebaliknya, mereka yang bertawakal tentu akan sabar menerimanya sambil introspeksi diri dengan tetap berusaha dan berdoa secara istiqamah. Mereka tidak akan putus asa karena menyadari sepenuhnya bahwa Allah-lah Yang Maha Tahu kapan sebaiknya usaha dan doanya akan terkabul. Ketika usaha dan doanya telah terkabul, tentu mereka akan bersyukur karena menyadari sepenuhnya keberhasilan itu berasal dari Allah SWT. Salah satu bentuk syukur itu adalah dengan tetap taat kepada Allah SWT yang disebut takwa.

Hal ini adalah didikan yang sangat baik dari seorang utusan yang tanpa cela dalam hidupnya, sehingga kita bisa mencontoh Rosululloh agar kita selalu lebih baik dalam kehidupan kita.

Semoga kita termasuk orang orang yang bisa memanfaatkan momen tahun baru ini agar bisa lebih baik lagi di hadapan Alloh ta’ala..Amin…

 

Leave your comment here: