KISAH LUCU : MELAPORKAN GUBERNUR YANG KORUPSI, DLL

KISAH LUCU : MELAPORKAN GUBERNUR YANG KORUPSI, DLL

Menjual Angsa di Pasar

Suatu hari Abunawas eprgi ke pasar untuk menjual angsanya. Seorang imam yang cerdas dan lucu melihat dia dan memutuskan untuk menguji dia.

Dia mendekati Abunawas dan bertanya: “Berapa harga keledaimu?”

Abunawas menjawab: “Pak, ini adalah angsa, bukan keledai.”

Imam menjawab: “Aku tidak bertanya kepadamu, aku bertanya kepada angsa.”

Sakit Rahang Sesudah Makan Siang

Suatu hari Abunawas pergi ke dokter. Dia mengatakan, “Dokter, rahang saya sakit.”

Dokter bertanya: “Apa yang anda makan untuk makan siang?”

Dia menjawab: “Aku makan roti dan es.”

Dokter menjawab kembali: “Masih bagus, dan sakit nyeri anda sama sekali tidak sama dengan penderitaan rakyat jelata di pinggiran sana.”

 

Suka Memukuli Keledai

Suatu hari Abunawas memukuli keledainya di tempat terpencil.

Seorang pria melihat dia dan bertanya: “Mengapa anda memukuli binatang yang lemah?”

“Maaf,” kata Abunawas, “Apakah dia anggota keluarga anda?”

 

 

Sembuh Jika Berkeringat

Pada suatu hari, Abu Nawas pergi menjenguk seorang temannya yang terkenal sangat kikir. Begitu masuk ke rumahnya, ia menjumpai seorang tabib sedang memeriksa penyakitnya. Akhirnya terdengar tabib itu berkata: “Tak masalah Pak, asal sekujur badanmu mengeluarkan banyak keringat, maka suhu badanmu tentu akan segera turun.”

Abu Nawas yang berada di sampingnya segera berkata dengan tersenyum: “Ini mudah saja! Hari ini mari kita semua berkumpul makan malam di sini, ia pasti kalang kabut dan dengan sendirinya akan mengeluarkan banyak keringat!”

 

Melaporkan Gubernur yang Korupsi

Saat itu Nasrudin dan puluhan warga mendatangi Sultan Abdul Kadir untuk melaporkan prilaku gubernur mereka yang kejam dan korupsi.

“Kalian jangan bohong ya. Setahu saya gubernur kalian adil dan bijaksana,” Ucap Sultan yang tidak tahu kondisi yang sebenarnya.

Melihat hal tersebut Nasrudin segera maju ke depan,

“Wahai baginda rajaku. Apalah arti adil dan bijaksananya gubernur kami jika tidak di nikmati oleh warga provinsi lain. Oleh karena itu sudilah kiranya Sri Baginda memindahkan gubernur kami ke tempat lain, agar keadilan dan kebijaksanaannya bisa dinikmati seluruh rakyat.”

Mendengar itu Sultan tertawa sambil meninggalkan mereka.

 

Menjual Keledai Karena Nazar

Hari tersebut adalah hari pertama sejak Nasrudin sembuh dari sakit. Dia sedang berpikir keras karena pada saat sakit dia pernah berjanji pada Tuhan jika dia sembuh dia akan menjual keledainya seharga 200 dinar.

Pada saat itu harga keledai sangat tinggi berkisar diharga 1000 dinar . Tapi karena ketaatannya pada Tuhan dia segera pergi ke pasar sambil berteriak.

“Siapa yang mau beli. Aku jual keledaiku seharga 200 dinar.”

Para makelar pun berdatangan. Beberapa dari mereka bahkan langsung mengeluarkan uang 200 dinar.

“Tunggu dulu!” Nasrudin mengangkat tangan, “Jika ingin membeli keledai ini kalian juga harus membeli kucing diatas nya seharga 800 dinar!”

 

Diselamatkan Oleh Ikan

“Pada suatu waktu aku pernah sekarat,” kata Nasruddin, “Kemudian ada ikan yang datang menyelamatkan hidupku.”

“Bagaimana caranya? Tolong katakan padaku?” tanya pendengar penasaran.

“Aku sedang sekarat karena kelaparan. Ada sungai di dekatku. Aku menangkap ikan itu dan memakannya. Ikan itu menyelamatkan hidupku.”

 

Anak Kecil yang Kurang Ajar

Nasrudin biasa duduk-duduk di teras sebuah warung kopi. Suatu hari, seorang anak kecil laki-laki berlari di hadapannya sambil memukul kepala Nasrudin sehingga sorbannya melayang. Tapi sang Mullah tidak bereaksi apa-apa. Hal yang sama terjadi terus selama beberapa hari. Yang selalu dilakukan sang Mullah adalah mengambil sorbannya yang terjatuh dan mengenakannya kembali.

Seseorang bertanya kepada Nasrudin mengapa ia tidak menangkap dan menghukum anak kecil itu, atau meminta orang lain untuk melakukanya.

“Itu bukan cara yang tepat,” kata Nasrudin.

Suatu hari Nasrudin, terlambat datang ke warung kopi. Ketika sampai di sana, dilihatnya seorang serdadu dengan wajah yang seram sedang duduk di tempat yang biasanya ia duduki. Tiba-tiba anak kecil laki-laki itu muncul. Seperti biasanya, ia menonjok sorban orang yang duduk di tempat itu. Tanpa berkata apa-apa, sang serdadu menghunus pedangnya dan kemudian memenggal leher anak itu.

“Ah, dia kan hanya anak kecil…!” gumam Nasrudin dengan penuh sesal.

 

Leave your comment here: