SAYYIDINA ABU BAKAR RA MARAH HANYA KETIKA ISLAM DI LECEHKAN
Sayyidina Abu Bakar ra. adalah sahabat yang paling percaya dengan Nabi Muhammad. Ia meyakini semua yang disampaikan Muhammad adalah sesuatu yang benar (haq), tidak ada kebatilan sedikit pun di dalamnya. Ketika Islam didakwahkan kepadanya, Abu Bakar langsung memeluk Islam tanpa ada keraguan sedikit pun di hatinya.
Ketika banyak umat Islam saat itu yang tidak percaya dengan Isra’ Mi’raj, Sayyidina Abu Bakar adalah orang pertama yang percaya. Maka tidak salah, jika Nabi Muhammad memberikan julukan as-Shiddiq (jujur) kepada Abu Bakar. Kejujuran, kejernihan pikiran, dan ketulusan hati Muhammad lah yang membuat beliau tidak memiliki rasa ragu sedikitpun terhadap Islam.
Sayyidina Abu Bakar merupakan sahabat nabi yang memiliki sifat lemah lembut, tenang, serta tidak mudah terpancing hawa nafsu dan emosi. Saking lembut hatinya, Abu Bakar kerap kali menangis manakala membaca surat Al-Qur’an saat menjadi imam shalat.
Dia merupakan ‘antitesa’ dari Sayyidina Umar bin Khattab ra. yang terkenal ‘galak’, tegas, keras, dan tidak sungkan untuk marah. Hanya sedikit sekali riwayat yang menceritakan tentang kemarahan Sayyidina Abu Bakar.
Ada dua kejadian yang membuat Khulafaur Rasyidin yang pertama ini sampai naik pitam. Pertama, kaum Muslim diejek oleh kaum Musyrik saat Kerajaan Persia berhasil mengalahkan Romawi. Ceritanya, kaum Musyrik ‘menyamakan’ kaum Muslim dengan kaum Kristen Romawi.
Kaum Musyrik menuduh bahwa kekalahan Romawi atas Persia adalah disebabkan karena mereka (kaum Kristen Romawi) juga Ahli Kitab sebagaimana kaum Islam. Informasi ini sampai di telinga Sayyidina Abu Bakar dan membuatnya marah.
Kedua, saat Finhas mengolok-olok ajaran Islam. Suatu ketika Sayyidina Abu Bakar menghampiri segerombolan Yahudi di Madinah. Ia menyeru kaum Yahudi tersebut untuk menerima Islam dan menyembah Allah.
Salah seorang Yahudi, Finhas, menjawab ajakan beliau itu dengan ejekan dan cemoohan yang cukup keterlaluan. Kepada Abu Bakar, Finhas mengatakan bahwa Tuhan lah yang membutuhkan mereka, bukan sebaliknya. Finhas juga mengejek bahwa jika Tuhan itu kaya maka, maka Dia tidak akan meminta pinjaman kepada hambanya.
Cemoohan Finhas ini merupakan satire dari Surat al-Baqarah ayat 245; Siapakah yang hendak meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, yang akan Dia lipatgandakan dengan sebanyak-banyaknya.
Apa yang dilakukan Finhas itu membuat Sayyidina Abu Bakar menjadi geram. Dia langsung memukul Finhas dengan sekuat tenaga. Tapi, karena pada saat kejadian ini ada perjanjian damai antara kaum Muslim dan Yahudi, maka Sayyidina Abu Bakar tidak meneruskan untuk menghajar Finhas.
Sayyidina Abu Bakar adalah orang yang tidak suka mengedepankan kekerasan dan amarah. Ia hanya akan berubah menjadi keras dan marah apabila ajaran Islam dipermainkan.