HADITS NABI SAW YANG MENGISAHKAN SAMPAINYA PAHALA KEPADA MAYIT

HADITS NABI SAW YANG MENGISAHKAN SAMPAINYA PAHALA KEPADA MAYIT

Anas Bin Malik  R.A berkata bahwa Rosulullah S.A.W. bersabda : “Sesungguhnya amalnya orang yang hidup itu diperlihatkan kepada keluarga dan bapak mereka yang mati apabila amal mereka baik maka mereka memuji kepada Allah dan merasa bahagia, apabila amal mereka jelek maka mereka berdo’a  “Yaa Allah janganlah engkau mencabut amal mereka sehinga engkau memberikan petunjuk kepadanya”. Lalu Rosulullah S.A.W.  bersabda : Orang yang mati tersakiti di dalam kubur sebagaimana tersakiti semasa hidupnya, kemudian Rosulullah S.A.W.  ditanya : “Apa yang menyakiti Mayyit?” Sesungguhnya mayyit itu tidak melakukan dosa, tidak sering menentang dan tidak saling bermusuhan  kepada satu orang pun dan juga tidak menyakiti tetangga melainkan jika kamu menentang salah satu orang maka orang tersebut pasti akan  mencacimu dan kedua orang tuamu , lalu kedua orang tuamu merasa tersakiti ketika ia dicaci, begitu juga mereka merasa senang ketika mereka diperlakukan baik”.

Sebagaimana dalam ceritanya Tsabit Al Banany, ia setiap malam Jum’at berziaroh ke kuburan dan ia bermunajat sampai subuh diwaktu ia bermunajat ia tertidur dan bermimpi :

Bahwa Ahli kubur tersebut keluar dari kuburnya dengan memakai baju yang sangat bagus dan wajahnya putih serta mereka diberikan berbagai macam-macam hidangan.

Dan ada diantara mereka seorang pemuda yang wajahnya itu pucat dan rambutnya berdebu, hatinya susah, bajunya jelek, menundukkan kepala, serta bercucuran air mata, dia tidak mendapatkan makanan  dan semua Ahli kubur tadi kembali kekuburanya dalam keadaan bahagia dan pemuda tadi juga kembali ke kuburanya dalam keadan putus asa serta susah.

Kemudian Tsabits Banany bertanya kepadanya : Kamu siapa kok berada diantara mereka yang mendapatkan makanan dan kembali kekuburanya dengan keadan bahagia sedangkan engkau tadak mendapatkan makanan dan engkau pulang dengan keadaan putus asa serta susah?

Maka pemuda tersebut berkata :“Ya Imamal Muslimin (Tsabit al Banany) Sesungguhya aku termasuk orang yang asing diantara mereka, tidak ada yang menyebut kebaikanku dan mendoakanku, sedangkan mereka mempunyai anak serta keluarga yang mengingatnya dengan mendo’akanya, berbuat kebajikan serta bershodaqoh setiap malam jum’at, kebaikan dan ganjaran shodaqoh tersebut di sampaikan kepadanya dan aku adalah seorang laki-laki yang berhaji, dan saya mempunyai seorang ibu kemudian kami bertujuan pergi haji, ketika kami sampai di kota ini maka takdir Allah berjalan kepadaku(Mati) dan ibuku mengnguburkanku  di sini dan ibuku kawin lagi lalu melupakanku bahkan ibuku tak pernah lagi mengingatku di dalam do’a dan shodaqoh, maka dari itu aku putus asa dan susah disetiap waktu dan masa,

Lalu Tsabit berkata : “Hai pemuda..  Beritahulah aku tentang tempat ibumu, maka aku akan mengabarinya akan keadaanmu”

Kemudian dia berkata : “Yaa Imamal Muslimin.. Dia (ibuku) berada di tempat ini dan rumah ini, lalu kabarilah dia (ibuku) jikalau dia (ibuku) tidak membenarkan kepadamu maka katakanlah sesungguhnya disakunya ada 100 misqol perak  warisan dari bapak yang aman. 100 misqol tesebut merupakan hakku (pemuda) maka Ia (ibuku) Akan membenarkanmu dengan tanda ini”.

            Ketika Tsabit datang dan mencari ibunya maka Tsabit menjumpainya, setelah bertemu, lalu Tsabit mengabarinya tentang keadaan Anaknya dan tentang beberapa misqol yang berada di sakunya kemudian Ibunya pingsan, ketika dia siuman maka ibu tadi menyerahkan 100 misqol kepada Tsabit Al Banany dan berkata :

“Aku wakilkan padamu untuk engkau sedekahkan dirham ini untuk anakku yang asing”,

Kemudian Tsabit mengambil dirham itu dan menyedekahkanya untuk anaknya ketika malam Jum’at, maka Tsabit Al Banany ziaroh lagi kepada teman-temanya, kemudian ia ngantuk dan bermimpi sebagaimana yang awal, kemudian ia melihat pemuda tadi berpakaianyang paling indah, wajahnya berseri-seri serta ia begembira kemudian pemuda tadi berkata kepada Tsabit Al Banany :

“Yaa Imamal Muslimin semoga Allah merahmatimu sebagaimana engkau merahmatiku.

Maka diambil kesimpulan bahwa kedua orang tua itu tersakiti jikalau dia disakiti dan mereka juga bahagia ketika ia diperlakukan dengan baik.

WALLOHU A’LAM BIS SHOWAB

Leave your comment here: