KEBOLEHAN TIDAK MEMBACA AL-FATIHAH DI SETIAP SHOLAT
Apakah ada imam yang tidak mewajibkan membaca fatihah pada tiap-tiap sembahyang?
JAWABAN :
Ada imam yang tidak mewajibkan membaca fatihah pada tiap-tiap sembahyang, kalangan Hanafiyah tidak mengharuskan membaca FATIHAH, yang menjadi keharusan menurut mereka bagi orang yang tengah menjalankan shalat adalah membaca surat manapun dalam al-Quran yang baginya mudah berdasarkan firman Allah “Maka bacalah oleh kalian apa-apa yang mudah dari al-Quran”. Sedang tiga madzhab besar lainnya (Malikiyyah, Syafi’iyyah dan Hanabilah) mengharuskan adanya bacaan fatihah dalam shalat. Keterangan diambil dari :
وقال الجمهور (4) (غير الحنفية): ركن القراءة الواجبة في الصلاة: هو الفاتحة، لقوله صلّى الله عليه وسلم : «لا صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب» وقوله أيضاً: «لا تجزئ صلاة لا يقرأ فيها بفاتحة الكتاب» (1) ، ولفعله صلّى الله عليه وسلم كما في صحيح مسلم، مع خبر البخاري: «صلوا كما رأيتموني أصلي»
(4) الشرح الصغير:309/1، بداية المجتهد:119/1 ومابعدها، الشرح الكبير مع الدسوقي:236/1، مغني المحتاج:156/1-162، المغني:376/1-491، 562-568، كشاف القناع:451/1، المهذب:72/1، المجموع:285/3 ومابعدها، حاشية الباجوري:153/1-156.
(1) رواه ابنا خزيمة وحبان في صحيحيهما.
Mayoritas Ulama Fiqh selain kalangan Hanafiyyah menyatakan, Rukun bacaan yang wajib dibaca dalam shalat adalah FATIHAH berdasarkan hadits Nabi “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca fatihahnya al-Quran” dan sabda Nabi lainnya “Tidak mencukupi shalat yang didalamnya tidak dibaca Fatihahnya al-Quran” dan berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh Nabi sebagimana keterangan dalam shahih Bukhari-Muslim “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku mengerjakan shalat”. [ Al-Fiqh al-Islaam II/24 ].
حُكْمُ قِرَاءَةِ سُورَةِ الْفَاتِحَةِ فِي الصَّلاَةِ :
5 – ذَهَبَ الْجُمْهُورُ مِنَ الْمَالِكِيَّةِ ، وَالشَّافِعِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ إِلَى أَنَّ قِرَاءَةَ الْفَاتِحَةِ رُكْنٌ فِي كُل رَكْعَةٍ ، لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ : لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ . إِلاَّ أَنَّ الشَّافِعِيَّةَ قَالُوا : هِيَ رُكْنٌ مُطْلَقًا ، وَالرَّاجِحُ عِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ : أَنَّهَا فَرْضٌ لِغَيْرِ الْمَأْمُومِ فِي صَلاَةٍ جَهْرِيَّةٍ وَفِي الْمَذْهَبِ عِدَّةُ أَقْوَالٍ .
وَذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ إِلَى أَنَّ قِرَاءَةَ الْفَاتِحَةِ فِي الصَّلاَةِ لَيْسَتْ بِرُكْنٍ ، وَلَكِنِ الْفَرْضُ فِي الصَّلاَةِ عِنْدَهُمْ قِرَاءَةُ مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ . لِقَوْلِهِ تَعَالَى : { فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ } .
وَوَجْهُ الاِسْتِدْلاَل بِهَذِهِ الآْيَةِ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَمَرَ بِقِرَاءَةِ مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ مُطْلَقًا ، وَتَقْيِيدُهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ زِيَادَةٌ عَلَى مُطْلَقِ النَّصِّ ، وَهَذَا لاَ يَجُوزُ ؛ لأَِنَّهُ نُسِخَ فَيَكُونُ أَدْنَى مَا يُطْلَقُ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ فَرْضًا لِكَوْنِهِ مَأْمُورًا بِهِ .
HUKUM SURAT FATIHAH DALAM SHALAT
Mayoritas Ulama Fiqh Kalangan Malikiyyah, Syafi’iyyah dan Hanabilah menilai surat Fatihah adalah rukun dalam setiap rokaatnya shalat berdasarkan hadits Nabi “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca fatihahnya al-Quran” namun tiga madzhab diatas kemudian berbeda pendapat dalam pelaksanaan pembacaan surat al-Fatihah.
Kalangan Syafi’iyyah memilih bahwa surat fatihah adalah rukun shalat secara muthlak disetiap rokaat shalat baik bagi makmum ataupun imam sedangkan pendapat yang kuat dikalangan Malikiyyah menilai surat fatihah adalah rukunnya shalat kecuali bagi orang yang menjadi makmum dari shalat jamaah yang bacaan imammya dikeraskan.
Sedangkan Kalangan Hanafiyyah justru menilai bahwa surat fatihah bukanlah rukun shalat, yang menjadi keharusan bagi orang yang tengah menjalankan shalat adalah membaca surat manapun dalam al-Quran yang baginya mudah berdasarkan firman Allah “Maka bacalah oleh kalian apa-apa yang mudah dari al-Quran”. [ Al-Mausuuah al-Fiqhiyyah 25/288 ].
Wallahu A’lamu Bis Showab.