WASIAT MENYAMA RATAKAN BAGIAN WARISAN DAN TIDAK SETUJUNYA SALAH SATU AHLI WARIS

WASIAT MENYAMA RATAKAN BAGIAN WARISAN DAN TIDAK SETUJUNYA SALAH SATU AHLI WARIS

Bagaimana hukumnya kalau warisan dibagi rata antara laki-laki dan perempuan, tapi sebelumnya sudah dimusyawarahkan dan disetujui oleh ahli waris.

Bila semua ahli warisnya tidak ada yang mahjur ‘alaih dan semua rela maka sah pembagian warisan dengan dibagi rata, bila semua ahli waris tersebut mengetahui bagiannya masing sebelum dibagi rata :

.وإن وقعت على خلاف الشرع بغير تراض بل بقهر أو حكم حاكم فباطلة إفرازا أو تعديلا أو ردا لأنها مهقور عليها___و إن وقعت بتراضيهم ولم يكن فيهما محجور مع علمهما بالحكم لكن إختارا خلافه صحت في غير الربوي مطلقا و فيه إن كانت القسمة إفرازا لأن الربا إنما يتصور جريانه في العقود دون غيرها كما في التحفة وإن كان ثم محجور فإن حصل له جميع حقه صحت وإلا فلا. بغية المسترشدين : ص : ٢٨١ : قول المتن أشترط الرضا الخ وظاهر أنه لا بد أن يعلم كل منهما ما صار إليه قبل رضاه. الشرواني ١٠/٢٠٨

Pola di masarakat kita ( Indonesia ) berbeda, di arab memang seorang laki-laki dituntut penuh menopang kebutuhan keluarga, sedangkan kita, kadang seorang suami ikut istri, kadang istri ikut suami, dan yang terjadi kebanyakan hukum bagi rata untuk harta milik orang tua, jadi tidak tepat disebut warisan, tapi hibbah, karena kebanyakan sudah dibagi-bagi sebelum orang tua meninggal.

Memang Allah menuntut setiap orang yang beriman untuk menerima semua aturan Allah dan Rasul-Nya dan mengedepankannya dari yang lainnya sebagai bentuk ketaatan kepada-Nya. Dan barangsiapa yang membantah atau tidak menerimanya sesungguhnya orang itu telah berbuat maksiat terhadap Allah dan Rasul-Nya, sebagaiman firman-Nya :

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا

Artinya : “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al Ahzab : 36)

Tentang hukum waris ini, Allah swt banyak membicarakannya di dalam Al Qur’an, di antaranya :

يُوصِيكُمُ اللّهُ فِي أَوْلاَدِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الأُنثَيَيْنِ

Artinya : “Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan.” (QS. An Nisaa : 11)

Hikmah dari bagian ahli waris laki-laki lebih banyak dari perempuan di antaranya adalah karena laki-laki punya beban tanggung-jawab menafkahi keluarga sedangkan perempuan tidak diwajibkan beban tersebut. Laki-laki punya beban kerja yang tidak mampu dilakukan perempuan seperti membajak sawah berperang dll….

 Lihat di HIKMATUT TASYRI’ WA FALSAFATUHU Juz 2 hal 264.

Adapun terkait dengan hibah maka hendaklah dibagi secara rata kepada seluruh anak-anaknya, sebagaimana pendapat jumhur ulama. Namun dibolehkan melebihkan bagian seorang anak tertentu dari anak-anak yang lainnya manakala memang hal itu diperlukan, seperti : untuk biaya pengobatannya, melunasi utang-utangnya, karena anaknya banyak, bekal pendidikannya atau yang lainnya, sebagaimana riwayat dari Ahmad (al Fiqhul Islami wa Adillatuhu juz V hal 4014). Namun jika pembagian hibah kepada anak-anak tertentu tidak memiliki alasan yang dibenarkan maka harta hibah itu perlu kembali diperhitungkan.

JIKA AHLI WARIS TIDAK SETUJU WASIAT MEMBAGI RATA HARTA WARISAN ?

Dalam islam bab warisan telah diatur bagiannya masing2, untuk anak perempuan separuhnya laki2, tapi jika sebelum meninggal sang ortu berpesan untuk membagi hartanya dg rata.. setelah kejadian, saudara laki2 merasa kurang puas dan protes sementara yang perempuan tidak mau tahu dg dalih sudah amanat ortu untuk dibagi rata.

Bagaimana jalan keluar yang benar menurut syari’at islam ?

JAWABAN :

Kasus itu termasuk wasiat fasidah krn tidak ada takliq kematian atau sighot wasiat. Tapi umumunya cara seperti itu, dimasarakat dimakan hibah. Dan sah kalau diserah terimakan semasa hidupnya. Dan fasidah juga bila tidak serah terima dan tampa shighot. 

Jika pesannya “jika meninggal nanti…”  nah ini jelas wasiat. Namun wasiyat harus tidak lebih dr 1/3 tirkah, jika lebih, maka harus mendapat persetujuan ahli waris yang lain, jika ada yang tidak setuju maka pengadilan jalan keluarnya.

الكتب/823_كتاب-الأم-الإمام-الشافعي-ج-٤/الصفحة_118

Kalau wasiat sudah jelas tidak boleh lebih dari 1/3 tirkah, kecuali semua ahli waris ridho.

Sedang Syarat hibah pada anak2nya :

  1. Dilakukan saat sehat
  2. Meratakan pemberian.
  3. Tidak ada tujuan menghalang-halangi ahli waris.

وما روى عن النبي صلى الله عليه وسلم وما لم نعلم أهل العلم اختلفوا فيه يدل على هذا وإن كان يحتمل أن يكون وجوبها منسوخا وإذا أوصى لهم جاز وإذا أوصى للوالدين فأجاز الورثة فليس بالوصية أخذوا وإنما أخذوا بإعطاء الورثة لهم ما لهم لأنا قد أبطلنا حكم الوصية لهم فكان نص المنسوخ في وصية الوالدين وسمى معهم الأقربين جملة فلما كان الوالدان وارثين قسنا عليهم كل وارث

HIBBAH itu pemberian seseorang saat masih hidup dan membagi hartanya ketika ia masih hidup juga.. WASHIYAT itu pesan seseorang untuk memberikan sejumlah harta jika ia telah meninggal sehingga membagi hartanya setelah ia mati.  WARISAN itu peninggalan seseorang yang telah mati yang dibagikan otomatis pada ahli waris yang berhak setelah ia mati, sesuai faroidh.

Contoh wasiat : “nduk..! aku punya tabungan 10 M… sepeninggalku uang itu buat kamu untuk biaya sekolahmu dan biaya pernikahanmu nanti”.

Kalau contoh Hibbah : “nduk..! uang tabunganku 10 M itu sekarang aku berikan untuk kamu… ini kartu ATM nya dan ini no pinnya… jangan boros ya?”…

Jika jelas si ortu mengatakan 10 M dibagi rata untuk anak2nya setelah meninggal maka tergolong wasiat kepada ahliwaris yang tentunya harus disetujui oleh semua ahli waris.. maka :

  1. jika 10 M itu tidak lebih dari sepertiga (1/3) dari seluruh hartanya maka maka yang 10 M itu dibagi rata laki-laki perempuan.
  2. jika 10 M itu lebih dari sepertiga seluruh hartanya maka harus dikurangi menjadi sepertiga dan sisanya adalah tirkah yang harus dibagi secara faraidh / warisan.

Al-Iqna’ II / 221 :

حكم الوصية للوارث (ولا تجوز الوصية) أي تكره كراهة تنزيه (لوارث) خاص غير جائز بزائد على حصته لقوله صلى الله عليه وسلم: «لاَ وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ» رواه أصحاب السنن (إلا أن يجيزها باقي الورثة) المطلقين التصرف لقوله صلى الله عليه وسلم: «لاَ وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ إلاَّ أَنْ يُجِيزَهَا بَاقِي الوَرَثَة» رواه البيهقي بإسناد. قال الذهبي صالح وقياساً على الوصية لأجنبي بالزائد على الثلث،

Kifayatul Ahyar II / 33 :

وهل تصح الوصية للوارث؟ فيه خلاف: قيل لا تصح ألبتة لقوله عليه الصلاة والسلام (لا وصية لوارث) وهو حديث حسن صحيح. قاله الترمذي، والأصح الصحة، وتوقف على إجازة الورثة لقوله عليه الصلاة والسلام (لا تجوز الوصية لوارث إلا أن يشاء الورثة) رواه الدارقطني. قال عبدالحق: المشهور أنه منقطع ووصله بعضهم، فعلى الصحيح إجازة الورثة تنفيذ على الصحيح لا يحتاج إلى إيجاب وقبول وتكفي الإجازة والله أعلم

Intinya mengenai masalah wasiat kepada ahli waris hukumnya khilaf, namun menurut qoul asoh adalah sah wasiatnya .

Kifayatul Ahyar II / 34 :

ـ (فرع) الهبة للوارث كالواصية له وكذلك ضمان الدين عنه لأجنبي، وأطلق العراقيون أن الوصية لعبد الوارث كا لوصية له والله أعلم

Mengenai masalah salah satu ahli waris yang tidak setuju dalam Majmu’ An-Nawawi VI / 405  di jelaskan :

فصل : إذا أوصى أن يحجَّ عنه رجل بمائة درهم، ويدفع ما بقي من الثلث إلى آخر، وأوصى بالثلث لثالث وصيغتها عند الشافعي رحمه الله: «لو قال: أحجّوا عني رجلاً بمائة درهم، وأعطوا ما بقي من ثلثي فلاناً، وأوصى بثلث ماله لرجل بعينه، قال: «فللموصى له بالثلث نصف الثلث، وللحاج والموصى له بما بقي من الثلث نصف الثلث، ويحجّ عنه رجل بمائة درهم» . وهذا الرجل، أو الموصي قد أوصى بثلثي ماله. فإن أجاز الورثة ذلك، دفع ثلث المال إلى الموصى له بالثلث ولا يشاركه أحد، ودفع من الثلث الآخر مائة درهم إلى الموصى له بالحج، فإذا بقيت بعد المائة فضلة، دفعت إلى الموصى له بما بقي من الثلث. هذا حكم الوصية إذا أجازها الورثة.أمّا إذا لم يجز الورثة ذلك، ردَّت الوصايا إلى الثلث، فينظر: إذا كان الثلث مائة درهم فما دون، قسمت بين الموصى له بالثلث، وبين الموصى له بالمائة نصفين، لكل واحدٍ منهما خمسون، لاتفاقهما في قدر ما يستحقان، وهو المائة.

fokus

أمّا إذا لم يجز الورثة ذلك، ردَّت الوصايا إلى الثلث

Leave your comment here: