KHUSYU’ DALAM SHALAT DAN CARA MELAKUKANYA

KHUSYU’ DALAM SHALAT DAN CARA MELAKUKANYA

KHUSYU’ ialah yang hadir dalam hatinya hanyalah apa-apa yang dibaca atau yang ada dalam shalat tersebut serta anggota badannya tidak bermain-main.

.وسن فيها خشوع بقلبه بأن لا يحضر فيه غير ما هو فيه وإن تعلق بالآخرة وبجوارحه بأن لا يعبث بأحدها. إعانة الطالبين ١/١٨١

وكره صلاة بمدافعة حدث كبول وغائط وريح للخبر الآتي ولأنها تخل الخشوع بل قال جمع إن ذهب بها خشوع بطلت

Maksud ibarot di atas adalah : Apabila menahan hadats tersebut menghilangkan kekhusyu’an maka menurut segolongan ulama shalatnya tidak sah / batal, sebagaimana segolongan ulama’ yang mengatakan bahwa khusyu’ itu menjadi syarat sahnya shalat.

.ولانتفاء ثواب الصلاة بانتفائه كما دلت عليه الأحاديث الصحيحة ولأن لنا وجها اختاره جمع أنه شرط للصحة. إعانة الطالبين ١/١٨١

Mengenai posisi “KHUSYU'” dalam shalat ulama’ berbeda pendapat :

1. Seorang yang dalam shalatnya tidak khusyu’ maka shalat tersebut tidak berpahala.

2. Khusyu’ adalah syarat sahnya shalat. Maka tidak sah shalatnya seseorang yang tidak khusyu’ dalam shalatnya.

.ولانتفاء ثواب الصلاة بانتفائه كما دلت عليه الأحاديث الصحيحة ولأن لنا وجها اختاره جمع أنه شرط للصحة. إعانة الطالبين ١/١٨١

3. Shalat sudah dikatakan khusyu’ bila saat takbir menghadirkan hatinya.

.فإن قلت ان حكمت ببطلان الصلاة وجعلت حضور القلب شرطا في صحتها خالفت إجماع الفقهاء فإنهم لم يشترطوا الا حضور القلب عند التكبير. إعانة الطالبين ١/١٨٢

Berarti tak dapat pahala kalau tak khusyu’ hanya gugur kwajibannya ya ?

وفي الإحياء واعلم أن من مكايده أى الشيطان أن يشغلك في صلاتك بذكر الآخزة وتدبير فعل الخيرات

Sulam taufiq hal 29 :

وان يحضر قلبه فيها فليس له من صلاته الا ما عقل منها وان لايعجب بها

Kemakruhan tersebut terjadi apabila menahan hadats ketika mau (sebelum) masuk sholat, dan apa bila di dalam sholat maka hukumnya wajib menahan hadats. Kemakruhan pada situasi tersebut disebabkan karena bisa berpotensi menghilangkan kekhusyu’an, dimana Khusyu’ dlm sholat hukumnya sunnah.

Qola ”Jam’un”. Lafadz Jam’un di sini berisi ulama yang berpendapat bahwa khusyu’ merupakan syarat sah sholat, oleh karenanya ketika khusyu’ itu hilang maka  menurut mereka sholatnya batal.

Maksudnya tidak khusyu’ sholat jadi batal bagaimana? Yang dimaksud dengan batal atau tidak sah adalah Nihil / tidak dapat pahala nya shalat, hanya menggugurkan kewajibannya.

Imam nawawi berkata : Paling rendahnya ukuran khusu’ untuk orang awam yaitu ketika takbir ia ingat Alloh. Namun ini bukan berarti hanya mengingat di saat itu-itu saja. Namun harus tetep berusaha untuk terus mengingat-Nya.

Bahkan juga ada seorang ‘ulama’ mengatakan, cara untuk khusu’ itu ada 2 di antaranya:

1. Berusaha untuk selalu ingat Allah

2. Usahakan ngerti sama apa yang dibaca.

TIPS AGAR BISA SHOLAT DENGAN KHUSYU’

 SIFAT-SIFAT SHALAT KHUSYU’ sebagaimana Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hilali menuturkan bahwa sifat shalat khusyu di antaranya:

1) Meletakkan tangan kanan pada tangan kiri saat berdiri sebelum rukuk.

Sikap seperti itu menunjukkan bahwa shalat orang khusyu’. Tindakan seperti itu menunjukkan ketundukan dihadapan Allah.

2) Seluruh anggota tubuh (fisik) thuma’ninah (tenang) dalam setiap gerakan.

Sikap yang tenang dalam shalat mengandung arti bahwa setiap gerakan shalat dilakukan dengan tidak terburu-buru. Semua gerakan shalat dilakukan dengan sempurna. Karena dengan ketenangan akan mudah untuk mendapatkan rasa khusyu’.

3) Hati menghadap hanya pada Allah tidak kepada selain-Nya Hal ini dapat dipahami dengan dua keadaan :

Pertama, hati tidak berpaling pada Allah, dan men-kosongkan hati dari semua hal selain aktivitas shalat.

Kedua, hati dan penglihatan mata tidak berpaling ke kanan dan ke kiri. Pandangan mata tertuju ketempat sujud, sedang hati menghadap kepada Allah.

4) Rukuk, dengan menunjukkan ketundukan dan kepatuhan disertai dengan ketundukan hati kepada Allah.

5) Sujud dengan menundukkan kepala sejajar dengan bumi sebagai bukti ketaatan dan kepatuhan.

Ketika seseorang yang shalat merendahkan kepala yang menjadi anggota badan paling mulia dan sejajar dengan kaki serta muka mencium bumi, pada saat itulah manusia harus menyadari bahwa ia sangat hina dan tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan kekuasaan dan keagungan Allah Swt. Lebih dalam lagi, manusia harus menyadari juga bahwa dulu ia diciptakan Allah dari tanah, maka ia pun akan kembali dikubur dalam tanah.

6) Mensifati Allah dengan sifat yang agung.

Selain dengan sikap rukuk dan sujud, kekhusyu’an seorang hamba kepada Allah disempurnakan dengan ungkapan pujian yang menunjukkan kemuliaan, kebesaran, keagungan, dan ketinggian sifat-sifat-Nya.

Dengan demikian, segala aktivitas yang dilakukan dalam shalat tidak ada yang sia-sia. Namun, mengandung makna dan manfaat terhadap jasmani dan rohani untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.

Leave your comment here: