HATI-HATI DENGAN PENCERAMAH ATAU DA’I YANG DI SEBUT GHOUL

HATI-HATI DENGAN PENCERAMAH ATAU DA’I YANG DI SEBUT GHOUL

Walaupun sudah agak basi tapi masih ingin menghangatkannya. Ini bukan masalah cinta, milenial jaman now, galau-menggalau atau apapun itu. Namun ini mengenai pengusiran salah satu ustadz jaman now. Yak betul sekali dia adalah Ustadz Felix siauw. Beberapa kali Mas Felix ini ditolak ngisi kajian dan ceramah. Yang paling rame ya kemarin itu saat di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.
Kata ceramah, khutbah, dakwah dan seminar merupakan taraduf (bersinonim). Pelakunya adalah penceramah (muballigh) , khatib, da’i dan pemateri atau narasumber. Kalau ditarik konsep mudahnya yaitu seseorang yang berbicara kepada orang lain dan tempatnya berada lebih tinggi sedikit dari audience-nya. Yang berbeda hanya isi materinya saja. Hahaa…. sangat sederhana sekali kan? Ya iyalah ini versi saya je.
Dalam hal ini yang akan disinggung adalah penceramah (muballigh), khatib ataupun da’i. Karena mereka merupakan bagian krusial dalam dunia perdakwahan di kancah Bangsa ini.
Rumusan masalahnya kira-kira seperti ini, bagaimana menjadi pendakwah yang baik menurut Imam al Ghazali? Bagaimana kasus penolakan dakwah para mereka yang di sebut pada paragraf di atas?
Dalam kitab Ayyuhal walad, imam al Ghazali menyampaikan delapan nasehat yang salah satunya mengenai menjadi pendakwah sekaligus menjadi kritik juga sih. Bahkan imam al Ghazali memberi warning ketika memiliki keinginan menjadi pendakwah. Karena menjadi pendakwah memiliki resiko dan konsekwensi yang sangat besar. Kecuali ia telah mengamalkan apa yang ia sampaikan. Begitulah yang beliau sampaikan.
Pernah disampaikan kepada nabi Isa as: “wahai putera Maryam, nasehatilah dirimu sendiri dahulu, apabila kau sudah mampu menerima barulah memberi nasehat kaummu, apabila belum bisa menerima malulah kau dengan Tuhanmu”Nasehat ini merupakan salah satu wujud warning untuk menjadi pendakwah ataupun penceramah.
Namun, apabila kok ndilalah sudah terlanjur seperti anak kiyai atau sudah ditokohkan oleh masyrakat itu bagaimana? Dalam kitab tersebut sudah dijelaskan tips-tips bagi orang-orang sudah kadung ini. Secara ringkas seperti ini;

Nah, bagi para pendakwah hendaknya mengikuti anjuran dari imam al Ghazali ini. Karena nasehat yang keluar dari pendakwah yang tidak menggunakan metode yang baik dan benar. merupakan cobaan bagi Si Pendakwah sendiri dan para pendengarnya.

Dari kesemuannya itu yang paling membuat saya kesengsem adalah bagian ini:

فيجب عليهم ان يفروا منه لان ما يفسد هذا القائل من دينهم لا يستطيع بمثله الشيطان. ومن كانت له يد وقدرة يجب عليه ان ينزله عن منابر المواعظ ويمنعه عما باشر فانه من جملة الامر بالمعروف والنهي عن المنكر

Terjemah bebasnya kira-kira begini:
“Wajib bagi masyarakat menjauhi pendakwah -yang tidak sesuai dengan standar yang telah dijelaskan- . Karena setan saja tidak mampu menyamai dengan pendakwah model kaya gini dalam hal daya rusaknya terhadap agama. Barang siapa yang memiliki kemampuan dan kekuasaan WAJIB menurunkannya dari mimbar dan menghalau tindakannya. Karena hal ini termasuk dari amar ma’ruf nahi munkar.”
Nah loh, jadi sebenarnya bisa kita mengamati dari sisi materi si Penceramah apakah provokatif-negatif sehingga tidak menambah keimanan dan ketakwaan malah menyulut emosi. Atau dilihat dari gaya-nya apakah dengan ujaran kebencian atau malah sleding sana sleding sini, bukan ketentraman yang didapat justru kegaduhan yang muncul.
Sangat benar sekali pengamal “ lihatlah apa yang diucapkan bukan kok siapa penuturnya”, tapi juga tidak ada salahnya untuk era Hoax dan gaduh ini mengamalkan “lihatlah ucapannya sekaligus siapa yang mengucapkan”.

Leave your comment here: