CARA AGAR MURID MENDAPATKAN SIR ATAU RAHASIA DARI URU MURSYID
Ketika kau –wahai muriid- menginginkan dari syaikh-mu sesuatu hal atau kau memulai bertanya terlebih dahulu kepada beliau mengenai suatu perkara, maka jangan sampai keagungan beliau dan keharusan bertatakrama di hadapan beliau menghalangimu untuk meminta dan bertanya kepadanya. Tanyakanlah kepada beliau sekali, dua kali dan tiga kali. Diam tidak bertanya dan meminta kepada beliau bukanlah tatakrama yang baik. Kecuali syaikh memberi isyarat kepadamu untuk diam dan memerintahkanmu untuk tidak bertanya. Ketika dalam kondisi seperti itu maka wajib mematuhinya.
وَإِذا أَردتَ -أيُّها المُريدُ-مِن شَيخِكَ أَمراً أَو بَدا لَكَ أَن تَسأَلَهُ عَن شَيءٍ فَلا يَمنَعُكَ إِجلالهِ وَالتَّأدُّبُ مَعَهُ عَن طَلَبِهِ مِنهُ وَسُؤَالِهِ عَنهُ، وَتَسأَلُهُ المَرَّةَ وَالمرَّتينِ وَالثَّلاثَ، فَلَيسَ السُّكوتُ عَنِ السُّؤاَلِ وَالطَّلبِ مِن حُسنِ الأَدَبِ، اللَّهُمَّ إِلاَّ أَن يُشيرَ عَليكَ الشَّيخُ بِالسِّكوتِ وَيَأمُرَكَ بِتَركِ السُّؤالِ، فَعِندَ ذَلكَ يَجِبُ عَليكَ اِمتِثالُهُ.
Dan ketika syaikh mencegahmu dari suatu perkara atau mendahulukan seseorang daripada kau maka janganlah kau mencurigainya. Hendaknya kau meyakini bahwa beliau telah melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat dan lebih baik bagimu. Dan apabila kau melakukan suatu kesalahan (berbuat dosa) dan Si Syaikh merasa berat sebab kesalahan tersebut maka bergegaslah meminta maaf kepada beliau dari kesalahanmu sampai beliau lega (memberi ridha).
وَإِذا مَنعَكَ الشَّيخُ عَن أَمرٍ أَو قَدَّمَ عَليكَ أَحداً فَإِيَّاكَ أَن تَتَّهِمَهُ، وَلْتَكُن مُعتَقِداً أَنَّهُ قَد فَعَلَ مَا هُوَ الأَنفَعُ وَالأَحسنُ لَكَ، وَإذا وَقَع مِنكَ ذَنبٌ وَوَجدَ عَليكَ الشَّيخُ بِسَبَبِهِ فَبادِر بِالاِعتِذارِ إِليهِ مِن ذَنبِكَ حَتَّى يَرضَى عَنكَ.
Ketika kau menginkari hati Si syaikh kepadamu seperti kau tidak mendapati wajah beliau berseri-seri maka kau harus membuatnya senang atau yang lain sebagainya. Kemudian ceritakanlah apa yang terjadi padamu yakni kekhawatiranmu pada perubahan hati beliau kepadamu. Barangkali hati beliau berubah kepadamu karena suatu hal yang kau ceritakan kepadanya maka harus meminta maaf. Atau barangkali perkara yang kau curigai pada syaikh-mu itu tidak terjadi pada Si syaikh dan kau telah dijatuhkan oleh syetan supaya berbuat buruk kepada beliau. Untuk itu, ketika kau telah mengetahui bahwa si syaikh telah meridhaimu maka hatimu akan tenang, berbeda ketika kau tidak membicarakannya dan kau diam saja dengan sepengetahuanmu (persepsimu) saja yakni (merasa) kesalamatan ada dipihakmu.
وَإِذا أَنكَرتَ قَلبَ الشَّيخِ عَليكَ كَأَن فَقَدتَ مِنهُ بِشراً كُنتَ تَأَلَفُهُ أَو نَحوَ ذَلكَ، فَحَدِّثهُ بِما وَقعَ لَكَ مِن تَخَوُّفِكَ تَغَيُّرَ قَلبِهِ عَليكَ فَلَعلَّهُ تَغَيَّرَ عَليكَ لِشيءٍ أَحدَثتَهُ فَتَتُوبَ عَنهُ، أَو لَعَلَّ الذِّي تَوَهَّمتَهُ لَم يَكُن عِندَ الشَّيخِ وَأَلقاهُ الشَّيطانُ إِليكَ لِيَسُوءَكَ بِهِ، فَإِذا عَرَفتَ أَنَّ الشَّيخَ رَاضٍ عَنكَ سَكَنَ قَلبُكَ بِخلافِ مَا إِذا لَم تُحَدِّثهُ وَسَكَتَّ بِمَعرِفةٍ منِكَ بِسلامةِ جِهَتِكَ.
Ketika kau melihat seorang muriid dipenuhi dengan meng-agungkan dan memulyakan syaikh-nya yang terkumpul di lahir dan batinnya berdasakan keyakinan syaikh-nya, ketaaatan dan bertata karma dengan akhlak si syaikh maka pasti muriid tersebut akan mewarisi rahasia syaikh-nya atau akan memperoleh sebagian rahasia apabila si muriid masih hidup setelah syaikh-nya.
وَإِذا رَأيتَ المُريدَ ممُتَلِئاً بِتَعظِيمِ شَيخِهِ، وَإِجلالِهِ ، مُجتَمِعاً بِظاهِرِهِ وَبَاطِنهِ عَلى اِعتِقادِهِ، وَامتِثالِهِ ، وَالتَّأَدُّبِ بِآدابِهِ؛ فَلا بُدَّ أَن يَرِثَ سِرَّهُ ، أَو شَيئاً مِنهُ إِن بَقِيَ بَعدَهُ
Wallahu a’lam bishhawab…