HUKUM MENGHIBAH (NGEGOSIP, NGRASANI) ORANG KAFIR DAN AHLI BID’AH

HUKUM MENGHIBAH (NGEGOSIP, NGRASANI) ORANG KAFIR DAN AHLI BID’AH

فروع: الأول – سئل الغزالى عن غيبة الكافر فقال هى فى حق المسلم محذورة لثلاث علل : الإيذاء، وتنقيص ما خلقه الله تعالى، وتضييع الوقت بما لا يعنى.
والأولى تقتضى التحريم، والثانية الكراهة، والثالثة خلاف الأولى.
واما الذمى فكالمسلم فيما يرجع الى المنع من الإيذاء، لأن الشرع عصم دمه وعرضه وماله، قال فى الخادم والأولى هى الصواب.
فقد قال عليه الصلاة والسلام من سمع اى اسمع يهوديا أو نصرانيا ما يؤذيه فله النار . ولا كلام بعد هذا لظهور دلالته على الحرمة
واما الحربى فليس بمحرم على الأولى، ويكره على الثانية والثالثة
وأما المبتدع،فإن كفر فكالحربى، وإلا فكالمسلم. وأما ذكره ببدعته فليس مكروها
اه إسعاد الرفيق ، جزء ٢ صحيفة ٨٢-٨٣

Beberapa cabang :
Pertama
Hujjatul islam al-imam al-Ghozali ditanya seputar mengghibah kafir (non muslim). Imam al-Ghozali menjawab : Ghibah kepada kafir dalam haq seorang muslim adalah dilarang karena tiga faktor/tujuan/motif (ilat) : Pertama, menyakiti. Kedua, mengurangi atau merendahkan apa yang menjadi ciptaan Allah. Ketiga, menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tidak berguna.
Yang pertama (tujuan menyakiti) dengan konsekwensi hukum HARAM.

Yang kedua MAKRUH dan
Yang ketiga KHILAFUL AULA (menyalahi keutamaan).

Adapun (mengghibah) DZIMMI, maka hukumnya seperti (mengghibah) MUSLIM, yaitu sama sama pada larangan menyakiti. Karena Syara’ melindungi darah, kehormatan dan hartanya dzimmi.
Shohibul qoul dalam kitab al-Khodim menyatakan bahwa pendapat pertama (yaitu haram) adalah pendapat yang benar.

Sabda Rosulullah SAW :

(من سمع اى اسمع يهوديا أو نصرانيا ما يؤذيه فله النار )


Tiada ucapan/kalam setelah ini karena telah jelas dalil atas keharamannya.

Adapun kafir HARBIY, maka ghibah atasnya TIDAK DIHARAMKAN menurut qoul yang pertama. dan MAKRUH menurut qoul kedua dan ketiga.

Adapun MUBTADI’ (PELAKU BID’AH), ghibah atasnya di tafshil:

  • Jika bid’ahnya menjatuhkannya pada KEKUFURAN, maka ghibah atasnya seperti hukum ghibah pada HARBIY.
  • Jika bid’ahnya tidak sampai menjatuhkannya pada kekufuran, maka hukumnya seperti (ghibah) pada seorang MUSLIM.

Adapun menyebutkan/mengutarakan/menyampaikan perkara perkara bid’ah yang dilakukan oleh pelaku bid’ah, maka hukumnya TIDAK MAKRUH.
…Dan seterusnya…

Sumber : Is’adur Rofiq, juz 2 hal 72-73
Wallahu a’lam.

Leave your comment here: