KEUTAMAAN DAN KEMULIAAN LAILATUL QODAR ‘MALAM YANG LEBIH BAIK DARI SERIBU BULAN’
Kemuliaan Lailatul Qadar Kemuliaan Lailatul Qadar lebih baik daripada lelaki itu menyandang senjatanya selama seribu bulan dalam berjihad di jalan Allah
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ إِنَّا أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مّنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلَئِكَةُ وَالْرُّوحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِهِّمْ مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ * سَلَامٌ هِىَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ * (القدر : ١-٥) وقال ابن أبى حاتم : حدثنا أبو زرعة حدثنا إبرهيم بن موسى أخبرنا مسلم يعنى ابن خالد عن ابن أبى نجيح عن مجاهد أن النبى صلى الله عليه وسلم ذكر رجلا لبس السلاح فى سبيل الله ألف شهر قال فعجب المسلمون من ذلك قال فأنزل الله عز وجبة (إنا أنزلناه فى ليلة القدر، وما أدراك ما ليلة القدر* ليلة القدر خير من ألف شهر) التى لبس ذلك الرجل السلاح فى سبيل الله ألف شهر (رواه أبو داود)
Dari Imam ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar’ah, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Khalid, dari ibnu Abu Najih, dari Mujahid, bahwa Nabi SAW menceritakan tentang seorang lelaki (zaman dahulu) yang menyandang senjatanya selama seribu bulan dalam berjihad di jalan Allah SWT. Maka kaum muslimin merasa kagum dengan perihal lelaki yang berjihad tersebut. Imam Mujahid melanjutkan kisahnya, bahwa kemudian Allah SWT menurunkan firman-Nya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan”. (Al-Qadar : 1-3).
Maksudnya “bahwa malam kemuliaan itu” lebih baik daripada lelaki itu menyandang senjatanya selama seribu bulan dalam berjihad di jalan Allah. (HR. Abu Dawud). Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami ibnu Humaid, dari Hakam ibnu Muslim, dari Al-Musana Ibnussabah, dari Mujahid, dari Abdullah bin Mas’ud yang mengatakan bahwa dahulu dari kalangan ulama kaum Bani Israil (keturunan Ya’kub as) selalu melakukan shalat malam hingga pagi hari, kemudian siang harinya ia berjihad di jalan Allah hingga petang hari, dia melakukannya selama seribu bulan, maka bersabda Rasulullah SAW, lalu turunlah surat Al-Qadar. Yakni melakukan shalat malam dimalam Al-Qadar lebih baik daripada amalan orang Bani Israil yang beribadah dan berjihad tadi. (HR. Tirmidzi).
Suatu hari Rasulullah SAW menceritakan tentang kisah empat orang lelaki di zaman dahulu ; mereka menyembah Allah selama delapan puluh tahun tanpa melakukan kedurhakaan kepada-Nya. Beliau SAW menyebutkan nama mereka, yaitu Ayyub, Zakaria, Hizkil ibnul Ajuz, dan Yusya’ ibnu Nun. Lalu para sahabat Rasulullah SAW merasa kagum dengan amalan mereka. Maka datanglah Jibril as kepada Nabi SAW dan berkata : “Hai Muhammad, umatmu merasa kagum dengan ibadah mereka selama delapan puluh tahun itu tanpa berbuat durhaka. Sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan hal yang lebih baik daripada itu”. Kemudian malaikat Jibril as membacakan kepadanya firman Allah surat Al-Qadar : 1-3. Jibril berkata ini lebih baik daripada apa yang engkau dan umatmu kagumi. Maka bergembiralah karenanya Rasulullah SAW dan orang-orang yang bersamanya saat itu.
Imam Sufyan Assauri mengatakan bahwa amalan puasa, qiyamnya lebih baik daripada melakukan hal yang sama dalam seribu bulan bila dibandingkan dengan amalan ibadah didalam bulan yang tidak terdapat malam Lailatul Qadarnya. Didalam hadits lain disebutkan:
عن أبى مصعب أحمد بن أبى بكر الزهرى حدثنا مالك أنه بلغه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أرى أعمار الناس قبله أو ماشاء الله من ذلك فكأنه تقاصر أعمار أمته أن لا يبلغوا من العجل الذى بلغ غيرهم فى طول العمر فأعطاء الله ليله القدر خيار من ألف شهر
Abi Mas’ab yaitu Ahmad Ibnu Abi Bakar Azzuhri mengatakan dari Malik telah sampai kepadanya bahwa Rasulullah SAW diperlihatkan kepadanya usia-usia manusia yang sebelumnya dari kalangan umat terdahulu, atau sebagian dari hal tersebut menurut apa yang dikehendaki oleh Allah. Maka Rasulullah SAW seakan-akan menganggap pendek usia umatnya bila dibandingkan dengan mereka yang berusia sedemikian panjangnya dalam hal beramal, dan beliau merasa khawatir bila amal umatnya tidak dapat mencapai tingkatan mereka. Maka Allah SWT memberinya Lailatul Qadar yang lebih baik daripada seribu bulan. Hadits ini telah disandarkan melalui jalur lain, dan apa yang dikatakan oleh Malik ini memberi pengertian bahwa Lailatul Qadar hanya dikhususkan bagi umat ini.
Firman Allah SWT:
تَنَزَّلُ الْمَلٓئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ اَمْرٍ. سَلٰمٌ هِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ. (القدر : ٤-٥)
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar”. (Al-Fajr : 4-5)
Yakni banyak malaikat yang turun (kemuka bumi) di malam kemuliaan ini bersamaan dengan turunnya berkah dan rahmat dari Allah SWT. Mereka menjumpai orang-orang yang membaca Al-Qur’an, mengelilingi halaqah-halaqah dzikir, serta meletakkan sayap mereka menaungi orang yang menuntut ilmu karena menghormatinya, mendatangi orang-orang yang ada didalam masjid yang sedang shalat sampai fajar terbit. Jibril as tidak membiarkan sebuah rumah pun yang didalamnya terdapat orang mukmin laki-laki atau perempuan, selain dia memasukinya dan mengucapkan salam kepadanya, seraya mengatakan, “Hai orang mukmin laki-laki atau hai orang mukmin perempuan, Allah mengucapkan salam kepadamu”. Kecuali, terhadap orang yang suka minum khamar, orang yang memutuskan silaturahim dan pemakan daging babi.
Pada malam qadar itu Allah SWT menetapkan seluruh urusan yang dikehendaki-Nya seperti urusan kematian, azal, rejeki, dan sebagainya sampai tahun berikutnya. Kemudian, Allah menyerahkannya kepada yang mengatur urusan-urusan itu. Mereka adalah Malaikat Israfil, Mikail, Izrail, dan Jibri Alaihimus Salam. Turunnya malaikat-malaikat tadi dari Sidratul Muntaha dipimpin oleh Malaikat Jibril dan berdoa untuk orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan.
Sebagaimana doa malaikat: “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. Ya Tuhan kami, dan masukanlah mereka kedalam surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang shaleh diantara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Al-Mu’min : 7-8)
Abu Dawud telah menceritakan kepada kami Imran Al-Qattan, dari Qatadah, dari Abu Maimunah, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
انها ليلة سابعة او تاسعة وعشرين وإن الملائكة تلك الليلية فى الأرض أكثر من عدد الحصى
“Sesungguhnya malam kemuliaan itu jatuh pada malam 27 atau 29 Ramadhan, dan sesungguhnya para malaikat di bumi pada malam itu jumlahnya lebih banyak daripada bilangan batu kerikil”.
Malik ibnu Marsad ibnu Abdullah bertanya kepada Abu Dzar, “Apakah yang pernah engkau tanyakan kepada Rasulullah SAW tentang Lailatul Qadar? Abu Dzar menjawab, bahwa dirinyalah orang yang paling gencar menanyakan tentang Lailatul Qadar kepada Rasulullah SAW. Aku bertanya “Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang Lailatul Qadar, apakah terdapat di bulan Ramadhan ataukah di bulan yang lain?” Rasulullah menjawab, “Tidak, bahkan ia terdapat didalam bulan Ramadhan”. Aku bertanya lagi, “Apakah Lailatul Qadar itu hanya ada di masa nabi saja? Apabila mereka telah tiada, maka Lailatul Qadar dihapuskan, ataukah masih tetap ada sampai hari kiamat?”
Rasulullah SAW menjawab, “Tidak, bahkan Lailatul Qadar tetap ada sampai hari kiamat”. Aku bertanya lagi, “Dibagian manakah Lailatul Qadar terdapat dalam bulan Ramadhan?” Rasulullah SAW menjawab, “Carilah di malam-malam sepuluh!” Dari Abu Sa’id Al-Hudri ra ia berkata, “Kami beri’tikaf bersama-sama dengan Nabi SAW sepuluh hari pertengahan bulan Ramadhan, kemudian puasa pagi hari tanggal 20, beliau keluar lalu berhutbah kepada kami, “Sesungguhnya Lailatul Qadar telah diperlihatkan kepadaku, kemudian aku dilupakan, maka carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh terakhir dalam malam ganjil”. (HR. Bukhari).
Ibnu Mas’ud pernah mengatakan bahwa barangsiapa yang melakukan shalat malam sepanjang tahun, niscaya akan menjumpai Lailatul Qadar. Ubay ibnu Ka’ab menjawab, “Semoga Allah merohmatinya, sesungguhnya dia telah mengetahui bahwa malam kemuliaan itu terdapat didalam bulan Ramadhan dan tepatnya di malam 27”.
Kemudian Ubay ibnu Ka’ab bersumpah untuk menguatkan perkataannya. Dan aku (Abu Munzir) bertanya, “Bagaimanakah kamu mengetahuinya?” Ubay ibnu Ka’ab menjawab, “Melalui alamat atau tandanya yang telah diberitahukan kepada kami oleh Nabi SAW, bahwa pada siang harinya matahari terbit dipagi harinya, sedangkan cahayanya lemah”.
Rasulullah SAW telah bersabda: “Sesungguhnya pertanda Lailatul Qadar ialah cuacanya bersih, lagi terang seakan-akan ada rembulannya, tenang, lagi hening; suhunya tidak dingin dan tidak pula panas, dan tiada suatu bintang pun yang dilemparkan pada malam itu sampai pagi hari. Dan sesungguhnya pertanda Lailatul Qadar itu dipagi harinya matahari terbit dalam keadaan sempurna, tetapi tidak bercahaya seperti biasanya melainkan seperti rembulan dimalam purnama”. (HR. Bukhari)
Tidak ditentukannya malam kemuliaan itu bagimu, karena sesungguhnya jika malam kemuliaan di misterikan ketentuannya, maka orang-orang yang mencarinya akan mengejarnya dengan penuh kesungguhan guna mendapatkannya dalam seluruh bulan Ramadhan.
Dengan demikian, berarti ibadah yang dilakukannya lebih banyak. Dan hal yang sangat disunatkan ialah memperbanyak doa berikut ini:
اَللّٰهُمَ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ
“Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, suka memberi maaf maka maafkanlah daku”. Allah SWT memanggil Jibril as untuk turun ke bumi disetiap malam kemuliaan bersama dengan para malaikat yang menghuni Sidratul Muntaha.
Tiada satu malaikat pun dari mereka melainkan telah dianugerahi rasa lembut dan kasih sayang kepada orang-orang mukmin. Maka turunlah mereka dibawah pimpinan Jibril as dimalam kemuliaan sejak matahari terbenam. Tiada suatu tempatpun di bumi melainkan terisi oleh malaikat; ada yang sedang sujud, adapula yang sedang berdiri mendoakan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Mereka terus mendoakan sepanjang malam.
وجبريل لا يدع أحدا من المؤمنين إلا صافحه وعلامة ذلك من اقشعر جلده ورق قلبه ودمعت عيناه فان ذلك من مصافحة جبريل
“Dan Jibril tidak sekali-kali mendoakan seseorang dari kaum mukmin melainkan ia menyalaminya dan sebagai pertandanya ialah bila seseorang yang sedang melakukan qiyam, bulunya merinding (berdiri) dan hatinya lembut serta matanya menangis, maka itu akibat salam Jibril kepadanya (jabat tangan Jibril kepadanya). Para malaikat itu terus menerus dalam keadaan demikian hingga fajar terbit. Setelah itu malaikat naik lagi ke langit berikut malaikat Jibril; manakala sampai di ufuk yang tinggi malaikat-malaikat tadi berkumpul untuk kembali, karenanya maka cahaya matahari kelihatan redup. Maka Sidratul Muntaha menyambut kedatangan mereka “Segala puji bagi Allah Yang Maha Penyayang”.
Urutan nilai bagi hamba yang mendapatkan Lailatul Qadar paling akhir ialah yang melaksanakan shalat isya dan shalat subuh berjamaah pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar) tersebut. Imam ibnu Abi Hatim berkata dalam tafsirnya:
من صام رمضان وهو يحدث نفسه إذا أفطر رمضان أن لا يعصى الله دخل الجنة بغير مسئلة ولا حساب. آخر تفسير سورة ليلة القدر، والله الحمد والمنة
“Barang siapa yang melakukan puasa Ramadhan, sedangkan dalam dirinya ia berbicara bahwa apabila ia berbuka (yakni telah selesai dari puasa Ramadhannya) ia bertekad untuk tidak akan berbuat durhaka kepada Allah SWT, niscaya orang itu masuk surga tanpa pertanyaan dan tanpa hisab”. Demikianlah akhir tafsir surat Al-Qadar, segala puji bagi Allah atas segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya.
Dikutip dari :
– Tafsir Ibnu Katsir
– Tafsir Marah Labid
– Tafsir Munir
– Tafsir Shawi
– Tafsir Futuhatul Ilahiyah