CARA MEMBACA LAFADZ ARROHMAN ARROHIM DALAM BASMALAH

I’rob Dan Cara Baca ” Al-Rohmaan Al-Rohiim ” dalam Basmalah

  • Sumber 1 : Kitab Awamil

Berikut i’rob (cara baca) الرحمن الرحيم dalam Basmalah

Pertama dibaca الرحمنِ الرحيمِ (Al-rohmaaNI Al-RohiiMI)

  • Al-rohmaaNi jadi sifat awal dari lafadz ALLAH ,dibaca jar ,tanda jar nya adalah kasroh
  • Al-RohiiMi jadi sifat kedua dari lafadz ALLAH ,dibaca jar ,tanda jar nya adalah kasroh

Sifatnya sifat haqiqi, Adapun ta’rif sifat haqiqi adalah Merofa’kan pada pada dhomir man’ut yang disimpan,yang kembali pada maushuf ‘alaih yang di buang.
Taqdirnya اي هو ، هو يعود علي الله

Sifat haqiqi harus mendapat empat syarat dari sepuluh syarat yang ditetapkan

  1. boleh dibaca JAR ,membuang ROFA’ dan NASAB (dapat 1 dari 3)
  2. boleh IFROD ,membuang TATSNIYAH dan JAMA’ (dapat 2 dari 6)
  3. boleh TADZKIR ,membuang TA`NITS (dapat 3 dari 8)
  4. boleh TA’RIF ,membuang TANKIR (dapat 4 dari 10)

Kedua dibaca الرحمنَ الرحيمَ (Al-rohmaaNA Al-RohiiMA)

  • Al-rohmaaNa jadi Maf’ul Muthlaq dari fi’il fa’il yang dibuang.
    Taqdirnya : اي اعني الرحمنَ الرحيمَ
  • Al-RohiiMa اي اعني الرحيمَ

Ketiga dibaca الرحمنُ الرحيمُ ( Al-rohmaaNU Al-RohiiMU )
-Al-rohmaaNu Al-RohiiMu ,jadi KHOBAR MUBTADA MAHDZUF
Taqdirnya : اي هو الرحمنُ الرحيمُ
اي huruf tafsir
هو Isim dhomir bariz munfashil La mahala laha fil i’rob,mabni fatah mahal rofa’ jadi mubtada.
الرحمنُ jadi KHOBAR dibaca rofa’ dan cirinya adalah dhomah
الرحيمُ jadi KHOBAR dibaca rofa’ dan cirinya adalah dhomah

  • Sumber 2 : Hamisyi Matan Syarah Jurumiyah ,hal 4 dan 5

والرحمن الرحيم صفتان للفظ الجلالة ،فيهما تسعة اوجه من الاعراب وهي جرهما ونصبهما ورفعهما وجر الاول مع رفع الثاني ، او نصبه ورفع الاول مع نصب الثاني وبالعكس،فهذه سبعة اوجه واحد منها يجوز عربية ويتعين قراءة ,وستة تجوز عربية لا قراءة
وبقي اثنان ممتنعان وهما رفع الاول او نصبه مع جر الثاني،وانما امتنعا لان فيهما الاتباع بعد القطع. والاتباع بعد القطع رجوع الي الشيء بعد الانصراف عنه وهو ممنوع عند الاكثر

Yang terkumpul dalam beit

و جاز في الرحمن والرحيم *** تسعة أوجه لدى الفهيم
جرّهما نصبهما رفعهما *** فهذه ثلاثة فلتفهما
و الرابع الرحمن و الرحيم *** و الخامس العكس حوى الفهيم
و الجرّ في السادس قد أتى *** و نصبك الرحيم فافهم يا فتى
و الرفع في الرحيم سابع وفى *** و الجرّ في الرحمن أيضاً عرفا
و الرفع ثم الجرّ تاسع أتم *** أعداد أوجه فحصلها تُؤَم
و ثامن و تاسع قد ضَعُفَا *** و قول منع فيهما قد ضُعِّـفا

Keterangan

Ada Sembilan (9) macam bacaan dalam الرحمنِ الرحيمِ

  1. Boleh dibaca dalam tatabahasa arab dan fardhu ain dalam qiro’at,
    yaitu :
    *** الرحمنِ الرحيمِ (al-rohmaaNI al-rohiiMI)
  2. Boleh dibaca hanya dalam tatabahasa arab,namun tidak boleh dalam qiro’at,
    yaitu :
    *** الرحمن و الرحيم (al-rohmaaNA al-rohiiMA)
    *** الرحمن و الرحيم (al-rohmaaNU al-rohiiMU)
    *** الرحمن و الرحيم (al-rohmaaNI al-rohiiMU)
    *** الرحمن و الرحيم (al-rohmaaNI al-rohiiMA)
    *** الرحمن و الرحيم (al-rohmaaNU al-rohiiMA)
    *** الرحمن و الرحيم (al-rohmaaNA al-rohiiMU)
  3. Dua sisanya,adalah cara membaca yang tidak diperbolehkan dalam tatabahasa arab, apalagi dibaca dalam qiro`at.
    Yaitu :
    *** الرحمنِ الرحيمِ (al-rohmaaNU al-rohiiMI)
    *** الرحمنِ الرحيمِ (al-rohmaaNA al-rohiiMI)

Alasan atau ‘Ilat nya adalah :
وانما امتنعا لان فيهما الاتباع بعد القطع. والاتباع بعد القطع رجوع الي الشيء بعد الانصراف عنه وهو ممنوع عند الاكثر

Wallahu A’lam

PEMBAGIAN INSYA’ SEBAGAI SALAH SATU CABANG ILMU BAHASA

Insya’ terbagi lima pembahagian : al-amr, an-nahy, Al-istifham, at-Tamanni dan an-nida’.

A.Istifham

Istifham adalah menuntut paham, dengan makna menanyakan khabar. Bilangaan yang tergolong dalam istifham ini banyak, sebagian darinya الهمزة ،هل، ما

Maksud dari Istifham ini bisa bermacam-macam :

  1. Inkar, dinamakan pula dengan istifham Inkari, ketika itu maknanya menjadi nafyi dan sesudahnya manfi (yang ditiadakan), karena ini menyertai ( الا) seperti dalam ayat : فهل يهلك الا القوم الفاسقون

  1. Taubikhi, dalam kata lain disebut Taqri’i, contohnya seperti :

أفعصيت أمري ، ان تعبدون ما تنحتون، أتدعون بعلا وتذرون أحسن الخالقين

3.Taqriri, Istifham Taqriri adalah membebankan Mukhatab (lawan bicara) untuk mengiqrar dan mengaku dengan perkara yang telah diakuinya, hal ini seperti dalam ayat:

الم نشرح لك صدرك،، الم يجدك يتيما فأوى

4.Targhib, seperti: (من ذ الذي يقرض الله قرضا حسنا) ، ( هل أدلكم على تجارة تنجيكم)

4.Doa, Doa sama seperti larangan yang membedakan adalah doa timbulnya dari bawah kepada yang diatas. Seperti: (أتهلكونا بما فعل السفهاء) Maksudnya Jangan engkau binasakan kami

  1. Al-amr (perintah)

Termasuk dalam Insya’ adalah al-amr, amr adalah menyuruh untuk berbuat bukan untuk meninggalkan. Adapun Sighat-Sighat nya adalah افعل ،،ليفعل،

Pada hakikatnya almr ini digunakan kepada Al-ijab (wajib mengerjakannya) , Namun terkadang bisa digunakan dalam berbagai makna yang lain secara Majaz :

  1. An-Nadab (Sunnah), seperti firman Allah SWT واذاقرئ القرآن فاستطعواله وأنصتوا

  1. Al-ibahah (boleh) , seperti : فكاتبوهم

Ketentuan imam Syafi’i disini maknanya kepada Ibahah, contoh lain:

                                                                واذا حللتم فاصطادوا

“Apabila telah kalian tahallul, berburulah kalian”

Kata فاصطادوا adalah perintah secara boleh.

3.Doa dari yang rendah kepada yang diatas seperti

رب اغفرلي

“Ya Allah ampunilah aku”

Kata اغفر adalah doa.

4.At-tahdid (hardik), seperti

اعلموا ما شئتم

“Perbuat kalian apa yang kalian kehendaki”

Dalam contoh ini, tidak mungkin yang dimaksudkan mempurbuat apa saja.

5.Ta’jiz (melemahkan) seperti :

فأتوا بسورة من مثله

Secara realita tidak mungkin maksudnya menuntut mereka, akan tetapi menampakkan kelemahannya.

6.Takzib (mendustai), seperti :

قل فأتو باالتورة فاتلوها

Katakan (Muhammad) maka kalian datangkan dengan tahrat maka kalian membacanya

قل هل شهاداءكم الذين يشهدون أن الله حرم هذا

“Katakan olehmu (muhammad) berapa banyak orang-orang yang bersaksi bahwa sungguh Allah mengharamkan ini”

  1. An-nahyu (larangan)

Sebagian dari Insya’ adalah Nahyu, Nahyu adalah menuntut tinggalkan perbuatan. Adapun sighatnya لاتفعل. Hakikat dari Nahyu untuk tahrim (mengharamkan), terkadang dimaksudkan untuk makna yang lain secara majaz :

1.Doa seperti ربنا لا تزغ قلوبنا

  1. Irsyad (memberi petunjuk, seperti :لا تسألوا عن أشياء إن تبدو لكم تسؤكم

  1. Taswiyah (menyamai), seperti :اصبروا او لا تصبروا

  1. Tamanni

Termasuk pembahagian Insya’ selanjutnya adalah Tamanni. Tamanni adalah menuntut hal yang dicintai yang diharapkan dan tidak terjadi kehasilannya, adakala karena Mustahil seper

ti dalam ayat :

يا ليتني كنت تربا

“Mudah-mudahanku itu tanah”

Adakala berpotensi mungkin akan tetapi tidak sanggup dicapainya seperti firman Allah SWT :

يا ليت لنا مثل ما أوتي قارون

“Mudah-mudahan kami, itu seperti yang didatangkan Qarun”

Adapun apabila urusan bagus yang diharapkan itu termasuk hal yang bisa diharapkan dinamakan Tarjiyyan, dan diredaksikan dengan ( عسى ) dan (لعل) seperti dalam Firman Allah SWT

لعل الله يحدث بعد ذلك امرا

“Mudahan Allah menjadikan sesudah itu Urusan”

عسى الله أن يأتي بالفتح

“Mudahan Allah mendatangkan kemenangan”

Ada beberapa kata yang menunjuki kepada Tamanni, Satu diantaranya asli yaitu ليت, dan tiga diantaranya merupakan gantian dan dijadikan Tamanni karena untuk balaghah (menjaga retorika bahasa), ketiganya yaitu : هل,.ولعل, هل Seperti dalam Ayat dibawah ini:

فهل لنا من شفعاء فيشفعوا لنا

فلو أن لنا كرة فنكون من المؤمنين

لعلي أعمل صالحا فيما تركت

PENJELASAN ILMU BALAGHOH DAN HAL YANG ADA HUBUNGAN DENGANYA

  1. Pengertian Balaghah

Secara etimologi (bahasa), balaghah ialah sampai atau mencapai.

Balaghah secara terminologi dikatakan bahwa balaghah menjadi sifat bagi kalimat dan pembicara atau orang yang berkata..

Balaghah ialah menyampaikan makna yang agung secara jelas dengan menggunakan kata-kata yang benar dan fasih, yang memiliki kesan dalam hati dan cukup menarik, serta sesuai setiap kalimatnya kepada kondisi atau situasi sekaligus orang-orang yang diajak bicara.

  1. Kalimat yang baligh

“Kalimat baligh adalah kalimat yang sesuai dengan kondisi khitab dan lafadz-lafadznya telah fasik, baik kata-kata ataupun kalimat-kalimatnya.”

– Kondisi khitab disebut juga “maqam” ialah hal-hal yang merangsang pembicaraan untuk menyampaikan kata-katanya dengan bentuk khusus.

– Kondisi khitob atau muqtadhal hal ialah keadaan yang mengajak untuk menyampaikan kalimat sesuai dengan konteksnya. Artinya, sesuai dengan mukhatabnya dan bentuk khususnya.

  1. Balaghah pembicara

Balaghah pembicara adalah kemampuan yang ada dihati yang dengan kemampuan itu dapat disusun kalimat yang baligh yang sesuai dengan kontekstual. Bersama itu kalimat tersebut telah fasik dalam segala makna yang dituju.

Yang dimaksud dengan kemampuan yang ada dihati adalah bakat, suatu sifat yang tertanam dihati manusia. Oleh karenannya, seorang yang “baligh” (petah lidahnya) haruslah berpikir mengenai makna yang ada dihatinya terlebih dahulu sebelum mengucapkan perkataan.

Bagi peminat ilmu baligh wajib mengetahui ilmu bahasa, ilmu sharaf, ilmu tata bahasa (nahwu), ilmu ma’ani, ilmu bayan dan ilmu badi’. Sebagai peminat ilmu balaghah sebaiknya mengetahui tentang uslub (gaya bahasa) yang merupakan makna yang dibentuk dalam lafadz untuk mencapai makna yang dimaksudkan. Gaya bahasa ada 3 macam, yaitu :

  1. Gaya bahasa ilmiah. Keistimewaan metode ini yang paling menonjol adalah memberikan kejelasan dan mesti menampakkan kesan yang kuat dan indah.
  2. Gaya bahasa sastra. Pada gaya bahasa ini, keindahan adalah merupakan sifat-sifatnya yang paling menonjol. Gaya bahasa ini menampilkan khayalan indah, gambaran halus dan menyentuh. Aspek puisi dan prosa merupakan sasaran metode ini.
  3. Gaya bahasa pidato. Pada metode ini, terdapat posisi yang agung mengenai kesan dan sasarannya kelubuk hati. Diantara hal yang bisa menambah kesan ialah kedudukan si khatib sendiri di hati para pendengarnya, kekuatan sifat yang dimilikinya, argumentasinya, ketinggian suaranya, kebaikan cara menyampaikannya dan kekukuhan isyarat-isyaratnya.

1. Pengertian Ilmu Ma’ani

Ilmu Ma’ani adalah pokok-pokok dan dasar-dasar untuk mengetahui tata cara menyesuaikan kalimat kepada kontekstualnya (muqtadhal halnya) sehingga cocok dengan tujuan yang dikehendaki.

Perkataan Al-Ma’ani adalah bentuk jamak dari kata makna. Secara terminology adalah hal yang dituju. Menurut pengertian terminology ulama ilmu Bayan ialah menyatakan apa yang tergambar di hati dengan suatu ucapan atau lafazd, atau tujuan yang dimaksudkan oleh lafadz tergambar di dalam hati.

  1. Faedah ilmu Ma’ani
  2. Mengetahui kemukjizatan al-Qur’an melalui aspek kebaikan susunan dan sifatnya, keindahan kalimat, kehalusan bentuk ijaz yang telah diistemawakan oleh Allah dan segala hal yang telah dikandung oleh al-Qur’an itu sendiri.
  3. Mengetahui rahasia balaghah dan fushahah dalam bahasa Arab yang berupa prosa dan puisi agar dapat mengikutinya dan menyusun sesuai dengan aturannya serta membedakan antara kalimat yang bagus dengan yang bernilai rendah.

1. Pengertian Ilmu Bayan

Al-Bayan (البيان) menurut pengertian bahasa adalah Al-Kasyafu (الكشف) yang berarti membuka atau menyatakan. Bisa juga disebut Al-Lidhaah . Artinya menerangkan atau menjelaskan.

Menurut istilah ulama Balaghah (Al-Balagha’) adalah :

“Dasar-dasar dan kaidah-kaidah untuk mengetahui cara menyampaikan satu makna dengan beberapa cara yang sebagiannya berbeda dengan sebagian yang lain dalam menjelaskan segi penunjukan terhadap keadaan makna tersebut.”

Jadi, ilmu Bayan adalah ilmu pengetahuan yang dijadikan pedoman untuk menyatakan satu makna dengan beberapa bentuk yang berbeda dan susunan yang berlainan derajat kejelasannya.

Perlu diketahui bahwasannya yang dianggap dalam ilmu Bayan adalah kehalusan makna-makna yang terdiri dari isti’arah dan kinayah beserta jelasnya lafadz-lafadz yang menunjukkannya.

Dari itu dapat disimpulkan bahwa Al-Bayan adalah lafadz atau ucapan yang fasih yang menjelaskan maksud yang ada dalam hati nurani.

  1. Pembahasan Ilmu Bayan

Pembahasan ilmu Bayan ini adalah lafadz-lafadz Arab dari segi majaz dan kinayah. Sedangkan hakikat dan tasyabih, bukan termasuk dalam pembahasan ilmu Bayan.

  1. Faedah Ilmu Bayan

Faedah ilmu ini adalah dapat melihat atau mengetahui rahasia-rahasia kalimat Arab, baik prosa maupun puisinya, dan juga mengetahui perbedaan macam-macam kefasikan dan perbedaan tingkatan sastra, yang dengannya ia dapat mengetahui tingkat kemukjizatan al-Qur’an dimana manusia dan jin kebingungan untuk menirunya dan tidak mampu menyusun semisalnya.

  1.  Pengertian Ilmu Badi’

Al-Badi’ (البديع) menurut pengertian etimologi ialah sesuatu yang diciptakan tanpa dengan contoh yang mendahului. Menurut pengertian terminology ialah :

“Suatu ilmu yang dengannya diketahui segi-segi dan keistimewaan-keistimewaan yang dapat membuat kalimat semakin indah, bagus dan menguasinya dengan kebaikan dan keindahan setelah kalimat tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi serta jelas makna yang dikehendaki.”

Segi-segi yang dimaksud adalah cara-cara yang ditetapkan untuk mengiasai kalimat dan memperindahnya, dengan ilmu Ma’ani dan ilmu Bayan menurut materinya dan dengan ilmu Badi’ menurut sifatnya.

Memperindah kalimat ada 2 :

  1. Memperindah kalimat secara maknawiyah (muhassinat ma’nawiyah) ialah tata cara memperindah yang kembali kepada segi makna sejak semula dan sesuai dengan keadaannya, walaupun lafadz menjadi indah karena mengikutinya.
  2. Memperindah kalimat secara lafdziyah (muhassinat lafdziah) ialah tata cara memperindah kalimat yang hanya kepada segi lafadz saja, sejak semula, meskipun segi makna menjadi indah karena mengikutinya.

TUJUAN BELAJAR I’LAL DI DALAM BAHASA ARAB

Tujuan I’lal adalah merubah Huruf Illat seperti Wau, Alif dan Ya’, supaya ringan dan mudah dalam mengucapkannya. Untuk mempelajarinya, tentunya terlebih dahulu kita harus mengenal Wazan-wazan Fi’il, seperti:

Wazan Fi’il

  • Fi’il Tsulatsi Mujarrod
  • Fi’il Ruba’i Mujarrod
  • Fi’il Tsulatsi Mazid
  • Fi’il Ruba’il Mazid
  • Fi’il Mulhaq Ruba’i Mujarrad dan Mulhaq Ruba’i Mazid.

Juga mengenal Bina’ pada tiap-tiap kalimah, seperti:

  • Bina’ Shohih
  • Bina’ Mudho’af
  • Bina’ Mahmuz
  • Bina’ Mitsal
  • Bina’ Ajwaf
  • Bina’ Naqis
  • Bina’ Lafif.

Cara merubah huruf-huruf illat tersebut, terkadang dengan cara menukar, memindahkan tanda baca/harakat/syakal, disukunkan, bahkan sampai membuang huruf. Semua cara itu tentu ada kaidahnya masing-masing, yang dikenal dengan Kaidah I’lal. Contohnya seperti: صَانَ asal bentuknya صَوَنَ huruf Wau diganti Alif alasannya karena huruf illat Wau tersebut mendapat harkat sedangkan sebelumnya ada Huruf yang berharkat Fathah. Contoh lain seperti: يَصُوْنُ asal bentuknya adalah يَصْوُنُ mengikuti wazan يَفْعُلُ harkat Wau dipindah ke huruf sebelumnya alasannya karenah sebelum Wau ada Huruf Shohih yang tidak mendapatkan Harkat alias Sukun. Dan sebagainya.

Kesimpulannya, untuk lebih memudahkan melaksanakan praktek I’lal ini, kita harus mengetahui dulu bentuk kalimah menurut tashrif nya, mengetahui Bina’ nya, dan yang terpenting mengetahui kaidah-kaidahnya yang berjumlah 19 KAIDAH I’LAL.

  • Kaidah Ilal ke 1
  • Kaidah Ilal ke 2
  • Kaidah Ilal ke 3
  • Kaidah Ilal ke 4
  • Kaidah Ilal ke 5
  • Kaidah Ilal ke 6
  • Kaidah Ilal ke 7
  • Kaidah Ilal ke 8
  • Kaidah Ilal ke 9
  • Kaidah Ilal ke 10
  • Kaidah Ilal ke 11
  • Kaidah Ilal ke 12
  • Kaidah Ilal ke 13
  • Kaidah Ilal ke 14
  • Kaidah Ilal ke 15
  • Kaidah Ilal ke 16
  • Kaidah Ilal ke 17
  • Kaidah Ilal ke 18
  • Kaidah Ilal ke 19

 

PEMBAHASAN KATA KERJA (KALIMAH FI’IL) : FI’IL MADHI FI’IL, MUDLORI DAN FI’IL AMAR

Kata kerja atau Kalimah F’il terbagi tiga:

 

  1. Fi’il Madhi – Kata kerja Bentuk Lampau:

 

Kata kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau, yang telah terjadi sebelum masa berbicara. Seperti :

قَرَأَ

 

“Telah membaca”.

 

Tanda-tandanya adalah dapat menerima Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah. Seperti :

قَرَأْتُ

 

QORO’TU = “Aku telah membaca” dan

قَرَاَتْ

 

QORO’AT = “Dia (seorang perempuan) telah membaca”.

 

  1. Fi’il Mudhori’ – Kata kerja bentuk sedang atau akan:

 

Kata kerja menunjukkan kejadian sesuatu pada saat berbicara atau setelahnya, pantas digunakan untuk kejadian saat berlangsung atau akan berlangsung.

 

Dapat dipastikan kejadian itu terjadi saat berlangsung dengan dimasukkannya Lam Taukid dan Ma Nafi. Seperti:

قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ

 

Berkata Ya’qub: “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku…

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ

 

…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati…

 

Dapat dipastikan kejadian itu terjadi akan berlangsung dengan dimasukkannya :

س, سوف, لن, أن, ان.

 

SYIN, SAUFA, LAN, AN dan IN

 

Seperti:

سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ

 

Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.

وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى

 

dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).

قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَن تَرَانِي

 

berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku

وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

 

Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

وَإِن يَتَفَرَّقَا يُغْنِ اللَّهُ كُلاًّ مِّن سَعَتِهِ

 

Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya.

 

Tanda-tanda Fi’il Mudhori’ adalah: bisa dimasuki لَمْ seperti contoh:

لَمْ يَقْرَأْ

 

artinya: tidak membaca.

 

Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai dengan huruf Mudhoro’ah yang empat yaitu أ – ن – ي – ت disingkat menjadi أنيت.

 

Huruf Mudhara’ah Hamzah dipakai untuk Mutakallim/pembicara/orang pertama tunggal/Aku. contoh

أضرب

 

ADHRIBU = aku akan memukul

 

Huruf Mudhara’ah Nun dipakai untuk Mutakallim Ma’al Ghair/pembicara/orang pertama jamak/Kami. contoh

نــضرب

 

NADHRIBU = kami akan memukul

 

Huruf Mudhara’ah Ya’ dipakai untuk Ghaib Mudzakkar/orang ketiga male, tunggal, dual atau jamak/dia atau mereka. contoh

يــضرب

 

YADHRIBU = dia (pr) akan memukul

يــضربان

 

YADHRIBAANI = dia berdua (lk-pr) akan memukul

يــضربون

 

YADHRIBUUNA = mereka (lk) akan memukul

يــضربن

 

YADHRIBNA = mereka (pr) akan memukul

 

Huruf Mudhara’ah Ta’ dipakai untuk Mukhatab secara Mutlaq/orang kedua male atau female, juga dipakai untuk orang ketiga female tunggal dan dual. contoh

تــضرب

 

TADHRIBU = kamu (lk)/dia (pr) akan memukul

تــضربا

 

TADHRIBAA = kamu berdua (lk-pr)/dia berdua (pr) akan memukul

تــضربون

 

TADHRIBUUNA = kamu sekalian (lk) akan memukul

تــضربين

 

TADHRIBIINA = kamu (pr) akan memukul

تــضربن

 

TADHRIBNA = kamu sekalian (pr) akan memukul

 

  1. Fi’il Amar – Kata kerja bentuk perintah :

 

Kata kerja untuk memerintah atau mengharap sesuatu yang dihasilkan setelah masa berbicara. contoh:

اقْرأْ

 

IQRO’ = bacalah.

 

Tanda-tandanya adalah dapat menerima Nun Taukid beserta menunjukkan perintah. contoh

اقْرَأَنَّ

 

IQRO’ ANNA = sungguh bacalah.

PEMBAHASAN NAHWU SHOROF ” MUQODDIMAH “

NAHWU adalah kaidah-kaidah Bahasa Arab untuk mengetahui bentuk kata dan keadaan-keadaannya ketika masih satu kata (Mufrod) atau ketika sudah tersusun (Murokkab). Termasuk didalamnya adalah pembahasan SHOROF. Karena Ilmu Shorof bagian dari Ilmu Nahwu, yang ditekankan kepada pembahasan bentuk kata dan keadaannya ketika mufrodnya.

Jadi secara garis besar, pembahasan Nahwu mencakup pembahasan tentang bentuk kata dan keadannya ketika belum tersusun (mufrod) , semisal bentuk Isim Fa’il mengikuti wazan فاعل, Isim Tafdhil mengikuti wazan أفعل, berikut keadaan-keadaannya semisal cara mentatsniyahkan, menjamakkan, mentashghirkan dll. Juga pembahasan keadaan kata ketika sudah tersusun (murokkab) semisal rofa’nya kalimah isim ketika menjadi fa’il, atau memu’annatskan kalimah fi’il jika sebelumnya menunjukkan Mu’annats dll.

Satu kata dalam Bahasa Arab disebut Kalimah (الكَلِمَة) yaitu satu lafadz yang menunjukkan satu arti.

Kalimat atau susunan kata dalam Bahasa Arab disebut Murokkab (المُرَكَّب). Jika kalimat / susunan kata tersebut telah sempurna, atau dalam kaidah nahwunya telah memberi pengertian dengan suatu hukum ” Faidah baiknya diam” maka kalimat sempurna itu disebut Kalam (الكَلاَم) atau disebut Jumlah (الجُمْلَة).

Kalimah-kalimah dalam Bahasa Arab, diringkas menjadi tiga macam:

  1. Kalimah Fiil (الفِعْلُ) = Kata kerja

  1. Kalimah Isim (الإِسْمُ) = Kata Benda

  1. Kalimah Harf (الحَرْفُ) = Kata Tugas.

Khusus untuk Kalimah Fi’il, bisa dimasuki: قد, س, سوف, Amil Nashob ان dan saudara-saudaranya, Amil Jazm, Ta’ Fa’il, Ta’ Ta’nits Sakinah, Nun Taukid, Ya’ Mukhotobah.

Khusus untuk Kalimah Isim, bisa dimasuki: Huruf Jar, AL, Tanwin, Nida’, Mudhof, Musnad.

Khusus untuk Kalimah Harf, terlepas dari suatu yang dikhusukan kepada Kalimah Fiil dan Kalimah Isim.

Menurut wazannya, asal Kalimah terdiri dari tiga huruf, 1. Fa’ fi’il, 2. ‘Ain Fi’il, 3. Lam Fi’il (َفَعَل). Apabila ada tambahan asal, maka ditambah 4. Lam fi’il kedua (َفَعْلَل). Apabila ada tambahan huruf bukan asal. maka ditambah pula pada wazannya dengan huruf tambahan yang sama, semisal ٌمُسْلِم ada tambahan huruf Mim didepannya, maka ikut wazan مُفْعِلٌ.