PUISI ISLAMI : MAAFKANLAH AKU YA ROBI

Tuhanku

Apalah daya fungsiku

Terlalu banyak melupakan Mu

Padahal Engkau jelas-jelas Dhahir

Terlalu seringku mengerdilkan Mu

Padahal Engkau adalah Akbar

Terlalu sering aku membohongi Mu

Padahal Engkau ‘Alim

Tuhanku

Pantaskah diriku disebut hamba Mu

Pantaskah diriku disebut Pengabdi Mu

Tuhanku

Demburan ombak telah mengingatkan ku

Kepada Kebesaran Mu

Angin yang berembus mengingatkan ku

Pada Kau yang selalu hadir

Dan kumpulan awan

dan pasir pantai mengingatkan ku

Akan kuasa diri Mu

Tuhanku, Penciptaku

Tuhanku, Rajaku, Kau lah Rabb di ‘alamin ini

PUISI ISLAMY : RENUNGAN KEHIDUPAN DUNIA DAN ALAM KUBUR

Terbentang langit di cakrawala

Terhias bintang gemerlap di atas kepala

Lampu terang tanpa berawan

Lampu terang tanpa kesulitan

Menerangi malam kesunyian

     Dengan sekejab mata kau jadikan

     Dimana langit dan bumi terpenuhi

     Segala apa yang engkau cari

     Namun……

     Oleh manusia serakah

     Yang selalu menadahkan upah

     Sang pencipta jagad raya

Manusia licik berterbangan

Mencari hakekat kehidupan

Tapi sayang……

Mereka lupa tutur kata ulama’

Dzolim pada sang Kuasa

     Padahal……

     Engkau pencipta segala

     Yang Tanpa,,,,

     Susah payah semata

Wajah tertunduk sedih bertatap malu

Membayangkan lumpur dosa yang lalu

Disuatu hari yang penuh liku liku    

Kuterjang hari hari kemaksiatan

Menindas kearifan ditengan keasyikan

Kuterjerumus kelembah kenistaan

     Aku malu….

     Kutak kuasa mengankat pengabdian

     Gelombang dosa menyantab perahu

     Perahu membisu

     Kurangkai dengan susah payah bangkit

     Menyatu

Kuhilangkan terjalan

Wajah penuh dosa, lesu, bersimpu

Menerobos jurang jurang kerakusan

Pengabdian menyantab manusia setan

Pengabdian membawa arus kesucian

Ingin kemurnian hati

Bersama hawa yang menyejukan nurani

Jeritan si bangkai dalam tanah

Menahan sakit yang parah

Yang tiada terkira

Yang belum terlihat olah mata

Yang belum terdengar oleh manusia

     Suara mayat terdengar memilukan

     Oleh sekelompok semut dalam tanah

     Bangkai tercambuk menakutkan

     Yang belum sempat di sucikan

Penghuni tanah yang basah lembab

Menyesal…

Namun sesalpun tiada guna

     Bunga kerimbunan berguguran

     Berduka atas penghuni kesepian

     Yang selalu dalam kegelapan

     Tiada sinar yang menerangkan

     Serat serat pohon merasakan

     Betapa dahsyatnya siksaan tuhan

Panas menghunus

Manusia terletak tak berdaya

Merintih sakit panas membara

Menyesal tiada arti

Berbaik tiada guna

     Hati mati tanpa di sadari

     Terjerumus rayuan setan

     Sang iblis menari

     Menyebarkan kepalsuan

Menari menyuguhkan kepalsuan

Disangka kesenangan

Namun akhirnya kesakitan

     Penjaga murka membara

     Membuang bahan bakar membara

     Wajah bengis tanpa rasa

     Tiada ampun tiada kata

Manusia bergelimit cari hati

Hilang musnah hati berduri

Kesengsaraan manusia panas terasa

Darah, nanah santapan manusia

IMAM AHMAD BIN HANBAL RAHIMAHULLOH MENANGIS SAMPAI HAMPIR PINGSAN

Dikisahkan, ada seseorang yang mendatangi Al-Imam Ahmad rah. dan bertanya kepada beliau, “Wahai Imam, bagaimana menurut anda mengenai sya’ir ini?“

Beliau menjawab, “Sya’ir apakah ini?” kemudian orang tersebut membaca sya’ir berikut:

إذَا مَا قَالَ لِي رَبِّي أَ مَا استَحْيَيْتَ تَعْصِيْنِي

Jika Rabb-ku berkata kepadaku, “Apakah engkau tidak malu bermaksiat kepada-Ku?”

وَتُخفِي الذَنبَ عَن خَلقِي وَ بِالعِصيَانِ تَأتِينِي

Engkau menutupi dosamu dari makhluk-Ku tapi dengan kemaksiatan engkau mendatangi-Ku

فَكَيفَ أُجِيبُ يَا وَيْحِيِ وَ مَن ذَا سَوفَ يَحمِينِي؟

Maka bagaimana aku akan menjawabnya? Aduhai, celakalah aku dan siapa yang mampu melindungiku?

أُسَلِّي النَفْسَ بِالآمَالِ مِن حِينٍ إِلَى حِينِي

Aku terus menghibur jiwaku dengan angan-angan dari waktu ke waktu

وَ أَنْسَى مَا وَرَاءَ المَوْتِ مَاذَا بَعْدُ تَكْفِينِي

Dan aku lalai terhadap apa yang akan datang setelah kematian dan apa yang akan datang setelah aku dikafani

كَأَنِّي قَدْ ضّمِنتُ العَيشَ لَيسَ المَوْتُ يَأْتِينِي

Seolah-olah aku akan hidup selamanya dan kematian tidak akan menghampiriku

وَ جَائَتْ سَكرَةُ الموتِ الشَدِيدَةُ مَن سَيَحْمِينِي

Dan ketika sakaratul maut yang sangat berat datang menghampiriku, siapakah yang mampu melindungiku?

نَظَرْتُ إِلَى الوُجُوْهِ أَ لَيْـسَ مِنهُمْ مَنْ سَيَفْدِينِـــي

Aku melihat wajah-wajah manusia, tidakkah ada di antara mereka yang akan menebusku?

سَأُسْأَلُ مَا الذِي قَدَّمْتُ فِي دُنيَايَ يُنْجِينِي

Aku akan ditanya tentang apa yang telah aku persiapkan untuk dapat menyelamatkanku (di hari pembalasan)

فَكَيْفَ إِجَابَتِي مِنْ بَعدُ مَا فَرُّطْتُ فِي دِينِي

Maka bagaimanakah aku dapat menjawabnya setelah aku melupakan agamaku

وَ يَا وَيْحِي أَ لَــــمْ أَسْمَعُ كَلَامَ اللهِ يَدْعُوْنِي

Aduhai sungguh celakalah aku, tidakkah aku mendengar firman Allah yang menyeruku?

أَ لَــــمْ أَسْمَعْ لِما قَد جَاءَ فِي قَافٍ وَ ياسِين

Tidakkah aku mendengar apa yang datang kepadaku (dalam surat) Qaaf dan Yasin itu?

أَ لَـــمْ أَسْمَعْ بِيَوْمِ الحَشْرِ يَوْمَ الجَمْعِ وَ الدِّينِي

Tidakkah aku mendengar tentang hari kebangkitan, hari dikumpulkannya (manusia), dan hari pembalasan?

أَ لَـــمْ أَسْمَعْ مُنَادِي المَوْتِ يَدْعُوْنِي يُنَادِينِي

Tidakkah aku mendengar panggilan kematian yang selalu menyeruku, memanggilku?

فَيَا رَبَّــــاه عَبدٌ تَــائِبٌ مَنْ ذَا سَيَؤْوِينِي

Maka wahai Rabb-ku, akulah hambamu yang ingin bertaubat, siapakah yang dapat melindungiku?

سِوَى رَبٍّ غَفُوْرٍ وَاسِعٍ لِلحَقِّ يَهْدِيْنِي

Melainkan Rabb yang Maha Pengampun lagi Maha Luas Karunianya, Dialah yang memberikan hidayah kepadaku

syair yang membuat imam ahmad menangis

أَتَيْتُ إِلَيْكَ فَارْحَمْنِي وَثَقِّـــلْ فِي مَوَازِينِي

Aku datang kepada-Mu, maka rahmatilah diriku dan beratkanlah timbangan (kebaikanku)

وَخَفِّف فِي جَزَائِي أَنتَ أَرْجَـى مَنْ يُجَازِيْنِي

Ringankanlah hukumanku, sesungguhnya hanya Engkaulah yang kuharapkan pahalanya untukku.

Al-Imam Ahmad terus melihat bait-bait sya’ir tersebut dan mengulang-ulangnya kemudian beliau menangis tersedu-sedu. Salah seorang muridnya mengatakan bahwa beliau hampir pingsan karena begitu banyaknya menangis.

Kitab Manaqib Al-Imam Ahmad hal. 205

JIKA CINTA ITU…. MAKA….

Jika cinta itu Pesantren, maka, akanku penuhi fikiranku dengan ilmu-ilmu cinta, agar aku bisa memahami luasnya cinta sebagaimana luasnya ilmu dalam kitab-kitab kuning pesantren

ROS

Jika cinta itu Nahwu, maka, cintaku padamu akan jazm [mantab], sehingga aku akan sukun [tenang] di sampingmu selamanya, seperti halnya i’rob jazm yang salah satu alamatnya adalah sukun

Jika cinta itu Shorof, maka, kita berdua adalah wazan tafaa’ala yang berfaidah musyarokah, yang kapanpun dan di mana pun akan mengarungi dan menjalani apapun berdua

Jika cinta itu Fiqh, maka, aku akan memfatwakan pada diriku sendiri bahwa mencintai keindahan ciptaan Tuhan sepertimu, hukumnya adalah wajib

Jika cinta itu I’lal, maka, aku akan menyembunyikan dan menutup mata terhadap semua kekurangan-kekurangan mu, seperti halnya binak Naqish yang meletakkan huruf ‘Illat nya di belakang [Lam Fi’il]

Jika cinta itu Ilmu al-Qur’an, maka, keabadian cinta kita tak kan lekang oleh waktu dan tak kan berubah sedikitpun oleh perubahan zaman, layaknya keontektikan dan keabadian isi al-Qur’an

Jika cinta itu Ilmu Hadith, maka, kualitas dan kekuatan cinta kita adalah hadith shohih yang sudah teruji dan terverifikasi oleh berbagai tempaan dan ujian

Jika cinta itu Ushul Fiqh, maka, kita berdua adalah pasangan paling ideal dan serasi, seperti halnya syarat dan rukun yang saling membutuhkan dan melengkapi untuk sahnya suatu ibadah

Jika cinta itu Ilmu Falak,
maka, aku akan selalu menunggu dan merindukan hadirmu, mata ini belum terhapus dahaganya sebelum melihat sosok indahmu, seperti halnya seorang peru-yah yang selalu menunggu untuk melihat kemunculan hilal 1 Syawal

Jika cinta itu Ilmu ‘Arudl, maka, kisah cinta kita berdua adalah simfoni terindah yang menghasilkan harmoni tak tertandingi di muka bumi ini, seindah dan semerdu harmoni syair berbahar Rojaz

Jika cinta itu Ilmu Faroidl, maka, kita berdua adalah dua sejoli yang akan selalu berbagi atas apa yang kita miliki, seperti halnya ‘Ashôbah ma’a al-ghoyr

Jika cinta itu Ilmu Tauhid, maka, value cintaku padamu adalah kemurnian emas 24 karat, semurni i’tiqodnya ahli tauhid Rubûbiyyah

Jika cinta itu Ilmu Tarikh, maka, romantisme kisah cinta kita berdua adalah kenangan terindah tak terlupakan yang terukir oleh tinta emas sejarah, seperti halnya masa keemasan dan kejayaan peradaban islam tempo dulu

Jika cinta itu Diba-an, maka, aku adalah seorang pendaki yang telah sampai di puncak rindu untuk menantikan detik-detik pertemuan denganmu, seperti halnya para perindu Rasulullah SAW yang telah sampai pada adegan mahal al-qiyâm

Jika cinta itu Manaqiban, maka hanya dirimulah yang mampu menghapus duka-lara ku dan menentramkan gundah hati ku dengan kata-kata indah dan janji pastimu

RAYUAN CINTA DARI YANG SEDANG BELAJAR ILMU TAJWID

vrDik, saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan Saktah
hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar…

Aku di matamu mungkin bagaikan Nun Mati di antara idgham Billaghunnah,
terlihat, tapi dianggap tak ada…

Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti Idzhar,
jelas dan terang…

Jika Mim Mati bertemu Ba disebut ikhfa Syafawi,
Maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta…

Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba-tiba semua itu seperti Idgham Mutamaatsilain
melebur jadi satu.

Cintaku padamu seperti Mad Lazim
Paling panjang di antara yang lainnya…

Setelah kau terima cintaku, hatiku rasanya seperti Qalqalah Kubro..
terpantul-pantul dengan keras…

Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti Iqlab,
ditandai dengan dua hati yang menyatu..

Sayangku padamu seperti Mad Thobi’i dalam Qur’an…
Buanyaaakkk beneerrrrr….

Semoga dalam hubungan, kita ini kayak idgham Bilaghunnah ya,
cuma berdua, Lam dan Ro’ ..

Layaknya Waqaf Mu’annaqah, engkau hanya boleh berhenti di salah satunya,
dia atau aku?

Meski perhatianku ga terlihat kaya Alif Lam Syamsiah, cintaku padamu seperti Alif Lam Qomariah,
terbaca jelas…

Dik, kau dan aku seperti Idghom Mutajanisain…
perjumpaan dua huruf yang sama makhrajnya tapi berlainan sifatnya…

Aku harap cinta kita seperti Waqaf Lazim,
terhenti sempurna di akhir hayat…

Sama halnya dgn Mad ‘Aridh dimana tiap mad bertemu Lin Sukun Aridh akan berhenti,
seperti itulah pandanganku ketika melihatmu…

Layaknya huruf Tafkhim,
namamu pun bercetak tebal di fikiranku

Seperti Hukum imalah yg dikhususkan untuk Ro’ saja,
begitu juga aku yang hanya untukmu.

Semoga aku jadi yang terakhir untuk kamu,
seperti Mad Aridlisukun…

UNGKAPAN PERASAAN CINTA DARI YANG SEDANG BELAJAR NAHWU

 cu        Saat itu, aku seperti ISIM MUFROD, tunggal sendirian saja…
seperti kalimat HURUF, sendiri tak bermakna…
seperti fi’il LAAZIM, mencintai tak ada yang dicinta…

tak mau terpuruk dan terdiam, aku harus jadi MUBTADA’, memulai sesuatu..
menjadi seorang FA’IL, yang berawal dari fi’il..
namun aku seperti FI’IL MUDHOORI’ ALLADZII LAM YATTASHIL BIAAKHIRIHII SYAIUN…
mencari sesuatu, tapi tak bertemu sesuatupun di akhir…

Bertemu denganmu adalah KHOBAR MUQODDAM, sebuah kabar yang tak disangka…
Aku pun jadi MUBTADA’ MUAKKHOR, perintis yang kesiangan….

Aku mulai dengan sebuah KALAM, dari untaian susunan beberapa lafadz…
yang MUFID, terkhusus untuk dirimu dengan penuh mak’na…

Dari sini semua bermula…
Aku dan kamu, bagaikan IDHOFAH…
aku MUDHOF,sedang kamu adalah MUDHOF ILAIH nya….
Sungguh Tak bisa dipisahkan….

Cintaku padamu, beri’rob ROFA’. Betul2 TINGGI …
Bertanda DHUMMAH. Bersatu….Cinta kita bersatu, mencapai derajat yang tinggi…..

Saat mengejar cintamu, aku cuma isim beri’rob NASHOB. Susah payah….
yang bertanda FATHAH. Terbuka….
SEHIGGA HANYA DENGAN BERSUSAH PAYAH MAKA CINTA ITU KAN TERBUKA.

Setelah mendapatkan cintamu, tak mau aku seperti isim yang KOFDH. Hina dan rendah
Bertanda Kasroh. Terpecah belah….
SEHINGGA JIKA KITA BERPECAH BELAH TAK BERSATU, RENDAHLAH DERAJAT CINTA KITA.

Karenanya, kan kujaga CINTA kita, layaknya fiil beri’rob JAZM. Penuh kepastian
Bertanda dengan SUKUN. Ketenangan…
Kan kita gapai cinta yang penuh damai,,,,
saat semua terikat dengan kepastian tanpa ragu-ragu,,,,

Seperti MUBTADA’ KHOBAR,,,,,
dimana ada mubtada’ pasti ada khobar.

Setiap ada kamu pasti ada aku yang selalu mendampingi mu disetiap langkahmu.

Seperti tarkib IDHOFAH,,,,
Dimana mudlof dan mudlof ilaih menyebabkan hubungan dan tak boleh ditanwin, karena tanwin menunjukkan

perpisahan.

Hubungan pertalian antara aku dan kamu yang menyebabkan tumbuhnya cintaku.

Seperti ISIM ALAM,,,
Perasaanku padamu itu menyebabkan adanya NAMA,,,, yaitu “cinta”.

Seperti isim ISYAROH,,,,
Daun waru ini sebagai lambang cintaku padamu.

Seperti NIDA’,,,,
Dimana ini adalah sebuah panggilan.

Aku memanggilmu dengan sebutan “cayang”.

Bila dirimu DEKAT aku memanggilmu “hai, yang”.

Bila dirimu JAUH aku memanggilmu “wahai cayang”.

Seperti MAF’UL LIAJLIH,,,,

Perasaan yang didatangkan untukku ini menjelaskan penyebb terjadinya cintaku padamu.

Seperti MUSTASNAA,,,

Tak ada seseorang yang kucinta kecuali dirimu.

Seperti MASDAR,,,

Kamu berada diurutan yang KETIGA diantara yang kucinta.

Pertama adalah cintaku kepada Allah dan rasul.
Kedua kepada orang tuaku guru dan ulama.
Ketiga adalah cintaku padamu.

Seperti MAF’UL BEH,,,

Kamu adalah yang menjadi SUBYEK seseorang yang aku idamkan.
Seperti hal,

Tingkah lakumu yang membuat diriku jatuh cinta padamu…..

Cinta itu seperti KALIMAT ISIM
Cinta itu tidak dibatasi oleh waktu

Cinta itu seperti MUBTADA KHOBAR
Andai Adinda Mubtada, maka Kakanda akan menjadi khobarnya
Seorang Kakanda akan selalu ada untuk Adinda

Cinta juga bagaikan FI’IL & FA’IL
Dirinya tak ada artinya tanpa kehadiran kekasihnya

Dan Juga bagaikan JAR MAJRUR
Kemanapun kekasihnya pergi, Ia kan slalu menemaninya.

Atau bahkan seperti SYARAT JAWAB
Bila kekasihnya tidak ada, apalah arti hidupnya?

Wahai Ternyata tidak selamanya perasaan ini MABNI. Tapi sungguh sulit mengADZFU bayangmu. Padahal aku sudah mencoba

memasukkan AMIL-AMIL lain. Namun tetap saja sulit mencari pemBADALmu. Kamu memang benar-benar FAIL yang

sempurna. Yang membuat perasaan ku semakin mengTAUKID. Walau antara kita mungkin tak pernah terATHOFkan. Aku

ingin mengIDHOFAHkan perasaanku ini padamu. Lalu bagai mana HAL-mu atas perasaanku ???

SWALAYAN SUFI YANG MEMBUAT SERTA MENJUAL PARFUM PENGUAT IMAN

MAU
Sejumlah aksesoris jiwa mulai dipasarkan di swalayan Sufi. Selain sejumlah perangkat ibadah, yang banyak diburu pembeli adalah Parfum. Swalayan Sufi layaknya sebuah “The Parfum Garden” bagi jiwa yang sudah mulai berbau apek, hati yang sudah mulai berbau amis oleh lelehan hawa nafsu, dan bau-bau kekeroposan hati yang menua oleh virus-virus syetan.

Tampaknya mereka semua butuh parfum yang benar-benar mengembalikan aroma jiwa yang membahagiakan, aroma syurgawi yang semilir bersama nafas-nafas bidadari.

Parfum ini tentu campuran dari berbagai jenis parfum jiwa yang tiada tara, bahkan disarikan dari bunga-bungan langit, dan pohon-pohon ma’rifat, serta akar-akaran tauhid yang ditanam di tanah yaqin.

Di swalayan Sufi disediakan bahan-bahan bakunya, lalu sekaligus cara mencampurnya.

Bahan-bahannya antara lain:
Empat lembar daun yang dikeringkan oleh sifat-sifat ‘Ubudiyah:

Daun kefakiran, daun kehinaan, daun ke takberdayaan dan daun kelemahan. Lalu ditumbuk jadi satu hingga bertepung lembut.

Tujuh bunga dari pohon Uns (kemesraan dengan Allah): Pohon Taqarrub, pohon Husnudzon Billah, pohon Syukur, pohon Ridho, pohon Yaqin dan Pohon Mahabbah. Semua dilembutkan jadi satu.

Lalu direbus di atas api yang membakar nafsu; minimal setiap lima waktu, dengan airnya yang bersumber dari Taubatan Nasuha.
Kemudian disuling dengan puisi-puisi munajat kecintaan dan ketakberdayaan. Tuangkan dalam botol-botol kerinduan pada Sang Kekasih. Insya Allah Parfumnya menguatkan iman kita.

PUISI PEMBANGUN JIWA ” SAUDARAKU”

MUSLISaudaraku….
Dunia terus berputar, waktupun terus berlalu,
hari-hari yang kita lalui dari pagi hingga datang pagi lagi kadang begitu menyesakkan,
bahkan kadang kala ingin kita berhenti mengarunginya.
Atau sebaliknya, muncul keinginan yang dalam akan adanya suatu perubahan yang baru, yang dapat membawa sedikit pencerahan ke arah yang lebih baik, tidak membosankan, apalagi menjemukan.
Seperti seorang musafir di padang pasir, kita butuh seteguk air;
Seperti orang buta, kita butuh cahaya;
Seperti orang bisu, kita ingin bicara;
Seperti orang tuli, kita ingin mendengar nada….

Saudaraku….
Sadarkah kita betapa dosa-dosa telah berakar dalam lapisan kulit dan gundukan tulang-tulang kita?
Sadarkah kita betapa hati kita mati oleh kekejaman dan dominasi nafsu dunia?
Sering gelak tawa kita menutupinya.
Namun jika kesedihan menghujam,
kejenuhan menawan,
kemana kita mencari tabirnya, agar tersembunyi semua kekerdilan jiwa kita?

Saudaraku….
Jangan lagi berkaca di cermin agar hidup tak menjemukan.
Cermin tak pernah berdusta, tapi tak mampu memberi kita variasi analisa.
Hanya sikap egosentris yang digambarkannya,
hanya dari sudut pandang benda di depannya.

Saudaraku….
Minimalisir penyesalan, tataplah keluar barang sejenak,
bergurulah pada alam yang telah banyak ajari kita banyak hal.
Jendela luas bentangkan paparan kehidupan yang dapat kita petik buahnya dan kita rasa manis pahitnya,
yang tunjukkan kita sebuah perjalanan yang kan antar kita pada perjumpaan dengan Kekasih yang maha penyayang…

Saudaraku….
Berkacalah di jendela,
banyak kejadian di luar sana, bisa ratusan bahkan ribuan.
Kenapa kita masih sombong, tidak mengambil hikmahnya?
Apa yang bisa kita banggakan dari diri yang lemah ini???

Saudaraku….
Hanya kematian yang hentikan panggung sandiwara dunia kita.
Ia bisa hampiri kakek/nenek tua, gadis cantik/pemuda tampan, ayah/ibu,
bahkan tak segan disambarnya bayi tak berdosa.
Mungkin sedetik lagi kematian kan hampiri kita, siapkah kita?
Siapkah kita pertanggung jawabkan hari-hari penuh maksiat kita?
Sanggupkah kita jawab pertanyaan-pertanyaan Allah tentang kehidupan kita di dunia?
Saudaraku….
Setelah kita ambil hikmah di jendela, kembalilah berkaca pada cermin.
Tatap diri lekat-lekat,
lihat mata yang ada di cermin itu.
Tanyakan padanya,
“Wahai mata, apa saja yang kaulihat selama ini?
Halalkah yang kau pandang selama ini?
Siapkah kau tatap purnama Allah yang agung, wajah Rasul yang teduh, surga yang harum?”.
Atau akan terburaikah, tertusuk, tersirami air panaskah mata ini karna tidak amanah,
karna banyak melihat yang tidak halal.
Mata yang bening dan indah itu kini bisu,
tapi nanti ia akan berbicara, membuka seluruh aib kita.
Maka sebelum mata itu bicara, katakan padanya,
“Wahai mata, tataplah saja yang dihalalkan Allah”.

Saudaraku….
Kemudian perhatikan mulut kita…
Tanyakan padanya apa saja yang telah terucap.
Kenapa bergunjing, menyakiti, menebar fitnah, dan berdusta menjadi hobi?
Sanggupkah bila nanti kau terjulur dan berbusa karna makanan dan minuman haram pernah masuk di situ?
Sanggupkah wahai mulut???
Karenanya….
ucapkanlah yang baik atau diam,
sampaikanlah yang haq walau berat,
tersenyumlah pada saudaramu,
serulah manusia kepada Tuhanmu,
kelak engkau akan disapa oleh mulut yang tidak pernah berdusta,
yang karna mulut itu harga diri kita ada…
mulut sang pribadi mulia…Rasulullah SAW….

Saudaraku….
Rabalah dada kita, tempat bersemayamnya qalbu,
katakan bahwa walau ia tak tampak di cermin tapi sangat besar peranannya dalam kehidupanku, dalam menentukan baik buruknya aku.
Sadarkah kita akan debu yang menjadikan qolbu kita legam?
Akankah kita biarkan qolbu itu tetap kotor, kering, dan gersang?

Kemudian…
perhatikanlah wajah cantik/tampan yang terpantul di sana.
Akankah ia kekal abadi?
mampukah nanti ia terangkat, atau hanya akan tertunduk malu menyaksikan amalanmu di dunia….
atau….wajah itu akan bersinar, berseri-seri menatap wajah yang paling agung….

Saudaraku….
Setelah kita berkaca pada keduanya,
kenali kembali diri kita,
bersyukurlah pada Allah,
karna tlah dituntun-Nya kita ke dalam perjalanan yang dilalui oleh para kafilah dakwah.

Saudaraku….
Entah mengapa kita senantiasa lupa,
entah mengapa kesombongan dan keangkuhan senantiasa meraja,
padahal, kerja kita belum menghasilkan apa-apa,
bahkan kita senantiasa bercermin tanpa mau menengok ke jendela,
di mana alam terbentang luas, mengajarkan banyak cerita pada kita.

Saudaraku….
Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baik.
Yang terlambat adalah bila kita tidak memulainya sama sekali.
Kinilah saatnya kita kokohkan kembali langkah awal perjuangan kita.
Buanglah segala kelabu menderu.
Lepaskanlah segala yang menghempas,
berpalinglah dari semunya dunia,
mantapkan hati memulai langkah baru di dalam naungan Ilahi.

Saudaraku….
Tidak banyak waktu yang kita miliki,
jangan mengeluh dan termangu dungu.
Bangkit dan songsong dunia penuh ceria,
pintunya kini berhiaskan tantangan dan kerja keras, kesungguhan dan cita – cita.
Islam menunggu perubahan kita, agar dapat kita kembalikan kejayaannya.

Saudaraku….
Cukuplah Allah pelindung dan penolong kita,
kita mohonkan ampun pada-Nya atas khilaf dan alfa,
pintakan segala kebaikan dari-Nya,
mudah-mudahan digerakkan-Nya lisan kita tuk senantiasa menyebut asma-Nya.
Mudah-mudahan Ia bangkitkan kita di tengah malam,
agar ikhlas membentangkan sajadah,
dan kita tertunduk pasrah,
alirkan air mata membasahi bumi,
agar dekat hati kita pada-Nya,
agar kuat kita arungi hidup ini, betapapun godaan dan halangan yang harus kita lalui…

Saudaraku….
Tiada kata indah yang pantas kita ucap, kecuali syukur atas nikmat-Nya.
Tanpa itu kita tidak berarti apa-apa….
“Astagfirullah….”

PUISI RENUNGAN JIWA “KETIKA AKU DI MAKAMKAN HARI INI”

KUBPerlahan, tubuhku ditutupi tanah,
perlahan, semua pergi meninggalkanku,
masih terdengar jelas langkah-langkah terakhir mereka,
aku sendirian, di tempat gelap yang tak pernah terbayang,
sendiri, menunggu keputusan…

Istri, belahan hati, belahan jiwa pun pergi,
Anak, yang di tubuhnya darahku mengalir, tak juga tinggal,
Apatah lagi sekedar tangan kanan, kawan dekat, rekan bisnis, atau orang-orang lain,
Aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka.

Istriku menangis, sangat pedih, aku pun demikian,
Anakku menangis, tak kalah sedih, dan aku juga,
Tangan kananku menghibur mereka,
kawan dekatku berkirim bunga dan ucapan,
tetapi aku tetap sendiri,
disini, menunggu perhitungan …

Menyesal sudah tak mungkin,
Tobat tak lagi dianggap,
dan ma’af pun tak bakal didengar,
aku benar-benar harus sendiri…

Tuhanku, (entah dari mana kekuatan itu datang, setelah sekian lama aku tak lagi dekat dengan-Nya),
jika Kau beri aku satu lagi kesempatan,
jika Kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu,
beberapa hari saja…
Aku akan berkeliling, memohon ma’af pada mereka,
yang selama ini telah merasakan zalimku,
yang selama ini sengsara karena aku,
yang tertindas dalam kuasaku,
yang selama ini telah aku sakiti hatinya
yang selama ini telah aku bohongi
Aku harus kembalikan, semua harta kotor ini,
yang kukumpulkan dengan wajah gembira,
yang kukuras dari sumber yang tak jelas,
yang kumakan, bahkan yang kutelan.
Aku harus tuntaskan janji-janji palsu yg sering ku umbar dulu.

Dan Tuhan,
beri lagi aku beberapa hari milik-Mu,
untuk berbakti kepada ayah dan ibu tercinta,
teringat kata-kata kasar dan keras yang menyakitkan hati mereka,
maafkan aku ayah dan ibu,
mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayangmu …

beri juga aku waktu,
untuk berkumpul dengan istri dan anakku,
untuk sungguh-sungguh beramal soleh,
Aku sungguh ingin bersujud dihadapan-Mu,
bersama mereka …

PUISI PEMBANGUN JIWA AGAR MENCINTAI KARENA ALLOH

Apakah dia?

DAUN

Apakah dia…
Apakah dia adalah keindahan maya yang membuat sang nyata terpesona?
Ataukah hanya kerlip semu yang melenyapkan haru..
Seusai kuabadikan hati untuk membuatnya tetap bermimpi..
Aku bertanya..

Layakkah?

Atau akan menjadi retak hati yang mengekang masaku..

Hening…
Keindahan yang mengelilingi jiwa dan rasa sakit yang bercermin kala..

Kenapa aku rela bertaruh…
Pada kisah yang tak bisa aku akhiri..

Hanya pada sang mata tempatku bertanya

hanya pada sang hati tempatku berjanji

aku akan menjaganya, disaat indahnya atau saat setan membuatnya meneteskan air mata..

Aku sayang kamu karena Alloh..