ALASAN BAHWA ILMU ITU TERLETAK DI HATI BUKAN LAINYA

ALASAN ILMU TERLETAK DI HATI

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَـٰكِن تَعْمَىالْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

[22:46] Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai qolbu, dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah qolbu yang di dalam dada.

QS. Al-hajj 22:46

Di jelaskan pada ayat di atas, bahwa qulub atau qolbun itu letaknya fis shuduur, di dalam dada, dan yang ada di dada itu adalah jantung (heart), bukan hati / liver, yang berada di bawah dada, di atas perut.

Dalam alqur’an di jelaskan.. Bahwa sesungguhnya ILMU itu letaknya di jantung qolbun fis shuduur, ilmu itu mencakup Aqal dan Nafsu.

Dalam jantung, ada syaraf-syaraf yang bersambung ke otak.

Otak ada dua bagian, yaitu otak kanan yang disebut EQ, tempat syaraf emosional, seperti marah, sedih, senang, takut, dll. DI sinilah yang menghubungkan dengan NAFSU yang berpusat di jantung.

Yang kedua yaitu otak kiri yang menghubungkan syaraf memory, kecerdasan, berfikir, daya ingat, rasional, yang disebut IQ pusat intelegensi, di sinilah PUSAT AQAL yang berhubungan dengan syaraf di jantung.

Jantung bukan sekedar pemompa energy yang berupa darah menuju ke otak, sebab jantung adalah pusat segala energy yang ada, detakan jantung itu tidaklah bekerja otomatis, tapi di kendalikan oleh Sang Maha Pengendali.

Saat manusia menforsir daya otak kiri-nya, maka jantung bereaksi, begitu juga jika perasaan cinta, benci, senang, sedih, di otak kanan bangkit, maka akan bereaksi pada jantung.

Imam ghozali berpendapat dengan dasar ayat alqur’an di atas, bahwa ILMU itu bukan di otak/akal, tapi di dalam qolbu, penglihatan itu bukan pada mata, tapi di dalam qolbu, pendengaran itu bukan pada telinga, tapi di dalam qolbu, pembicaraan itu bukan pada mulut, tapi di jantung qolbu haqiqotun..

Otak, mata, telinga, mulut, itu hanyalah peralatan yang berupa RAGA, yang di kendalikan oleh AQAL dan NAFSU yang terletak dalam JANTUNG QOLBU

 وأنشدنا الشيخ الإمام الأجل الأستاذ برهان الدين صاحب الهداية لبعضهم شعرا

فـساد كـبير عـالم مـتهتـك وأكـبر منه جاهل متنسك

هما فتنة للعالمين عظيمة لمن بهما فى دينه يتمسك

Syaikhul imam Ajall Burhanuddin Shahibul Hidayah menyanyikan syair gubahan sebagian ulama :

Hancur lebur, orang alim tak teratur

Lebih lebur, bila si jahil ibadah ngawur

Keduanya menjadi fitnah,menimpa ganas di dunia

Atas yang mengikutinya, sebagai dasar peri agama.

فى النية فى حال التعلم

فينبغى أن يتعب نفسه على التحصيل والجد والمواظبة بالتأمل فى فضائل العلم، فإن العلم يبقى [ببقاء المعلومات] والمال يفنى، كما قال أمير المؤمنين على بن أبى طالب كرم الله وجهه

رضـينا قسمة الجـبار فينا لـنا علم وللأعـداء مال

فإن المال يفنى عن قريب وإن العلم يبقى لا يزال

Hendaklah pelajar bersungguh-sungguh sampai terasa letih guna mencapai kesuksesan, dan tak kenal berhenti, dan dengan cara menghayati keutamaan ilmu. Ilmu itu kekal, sedang harta adalah fana, seperti apa yang dikemukakan oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib:

• Kami rela, bagian Allah untuk kami

Ilmu untuk kami, harta buat musuh kami

• Dalam waktu singkat, harta jadi musna

Namun ilmu, abadi tak akan sirna

والعلم النافع يحصل به حسن الذكر ويبقى ذلك بعد وفاته فغنه حياة أبدية

وأنشدنا الشيخ الإمام الأجل ظهير الدين مفتى الأئمة الحسن بن على المعروف بالمرغينانى

الجـــاهـلـون مـوتـى قـبل مـوتـهــم والعـالمـون وإن ماتوا فأحياء

Ilmu yang bermanfaat akan menjunjung tinggi nama seseorang, tetap harum namanya walaupun ia sudah mati. Dan karena begitu, ia dikatakan selalu hidup abadi. Syaikhul Ajall Al-Hasan bin Ali Al-Marghibaniy membawakan syi’ir buat kami:

• Kaum bodoh, telah mati sebelum mati

Orang alim, tetap hidup walaupun mati

وأنشدنى الشيخ الإمام الأجل برهان الدين رحمه الله

وفى الجهل قبل الموت موت لأهله فـأجــسامهـم قبل القبور قبور

وإن امــرؤ لم يحـــيى بالعلم مــيت فـليس له حــين النشور نشور

Demikian pula Syaikhul Islam Burhanuddin :

• Kebodohan membunuh si bodoh sebelum matinya

Belum dikubur, badanya telah jadi pusara

• Orang hidup tanpa berilmu, hukumnya mati

Bila bangkit kembali, tak kan bisa bangkit kembali

[وقال غيره]

أخـو الـعـلم حـي خــالـد بـعـد مــــــوتـه وأوصـاله تحـت التراب رمـيم

وذو الجهل ميت وهو يمشى على الثرى يظهر مـــن الأحياء وهوعديم

Lain lagi :

• Orang berilmu, hidup kekal setelah mati

Ruas tubuhnya telah hancur lebur di timbun duli

• Orang bodoh, jalan di bumi, mati hukumnya

Dikira hidup, nyatanya mati

وأنشدنى أستاذنا شيخ الإسلام برهان الدين رحمة الله عليه شعرا

ذا العلم أعلى رتبة فى المــــــــراتب ومن دونه عز العلى فـى المواكــب

فذو العلم يبقــى عزه متضــاعفـــــــا وذو الجهل بعد الموت فـى الترائب

فـهــيات لا يرجــو مـداه مـن ارتـقى رقى ولى الملك والـى الكــــــــتائب

سأملى عليكــم بعض ما فيه فاسمعوا فبى حصر عن ذكر كـل المــــناقب

هو النور كل النور يهدى عن العمى وذو الجهل مر الدهر بين الغــياهب؛

هو الـذروة الشماء تحمى مـــن التجا إليها ويمشى آمـــــنا فـى الـــنـوائب

به ينتجــــى والناس فى غفلاتـــــهـم به يرتجـــــى والـروح بين الترائب

به يشفع الإنسان مــن راح عاصـــيا إلى درك النيران شـر العـــــــواقب

فمن رامه رام المآرب كلــــــــــــــها ومـــــن حازه قد حاز كـل المطالب

هو المنصب العالى يا صاحب الحجا إذا نلته هون بفــــــــوت المـناصب

فإن فاتك الدنيا وطيب نعيمـــــــــــها [ فغمض] فإن العلم خير المواهب

Syakhul Islam Burhanuddin membawakan Syi’ir buat kita :

• Kalau sang ilmu, tingkat tertinggi tuk tempat singgah

Kalau lainnya, meninggi bila banyak anak buah

• Orang berilmu, namanya harum berlipat tinggi

Orang bodoh, begitu mati tertimbun duli

• Mendaki tinggi, kepuncak ilmu, mustahil bisa

Bila maksudnya, bagai komandan pasukan kuda

• Dengarkan dulu, sedikit saja dikte buatmu

Cuma ringkasan, kemulyaan ilmu yang aku tahu

• Ia cahaya, penerang buta, terang benderang

tapi si bodoh, sepanjang masa gelap menantang

• Dia puncak, menjulang tinggi, pelindung siapa berlindung

Makanya aman, dari segala aral melintang

• juru penyelamat, dikala insan terjerat tipu

harapan manis, kala sang nyawa diambang pintu

• Ia sarana, guna menolong teman durhaka

Yang jalan bengkok, akibat bobrok, lapis neraka

• Yang bertujuan ilmu, berarti telah menuju “segala”

Yang dapat ilmu, artinya telah dapatsegala

• Wahai kaum berakal, ilmu itu pangkat mulia

Bila telah didapat, pangkat lain lepas tak mengapa

• Bila engkau meninggalkan dunia dengan segala nikmatnya

Pejamkan mata, cukuplah ilmu jadi anugrah berharga

• mendaki tinggi kepuncak ilmu mustahil bisa

bila maksudnya bagai komandan pasukan kuda

• Dengarkan dulu sedikit saja dikte buatmu

Cuma ringkasan kemulyaan ilmu yang aku tahu

• Ia cahaya penerang buta terang benderang

Tapi si bodoh sepanjang masa gelap menantang

• Dia puncak menjelang tinggi pelindung siapa berlindung

Makanya aman dari segala aral melintang

• Juru penyelamat dikala insan terjerat tipu

Harapan manis kala sang nyawa diambang pintu

• Ia sarana guna menolong teman durhaka

Yang jalan bengkok akibat bobrok lapis neraka

• Yang bertujuan ilmu berarti telah menuju segala

Yang dapat ilmu artinya telah dapat segala

• Wahai kaum berakal ilmu itu pangkat mulia

Bila telah didapat, pangkat lain lepas tak mengapa

• bila engkau meninggalkan dunia dengan segala nikmatnya

pejamkan mata, cukuplah ilmu jadi anugrah terharga

وقيل فى هذا المعنى

إذا مـــــــا اعتز ذو علم بعــــــــــلم فعلم الفقــــــــه أولـــــــــى باعتزاز

فكـــــــــــم طيب يفوح ولا كــمسك وكــــــــــــم طير يطير ولا كبازى

Syi’ir gubahan sebagian para ulama’ dibawakan buatku:

• Jikalau karena ilmu, orang alim menjadi mulya

Ilmu fiqh membawa mulya kan lebih bisa

• Banyak semerbak yang dengan misik tidak menandingi

Banyak penerbang yang tak seperti raja wali

وأنشدت أيضا لبعضهم

الفقه أنفس كل شيئ أنت ذا خـــــره مــن يدرس العلم لم تدرس مفاخره

فاكسب لنفسك ما أصبحت تجهــــله فأول العلم إقبال وآخـــــــــــــــــره

Dibawakan lagi untukku :

• Fiqh itu ilmu termahal,engkaulah yang memungut

Siapa belajar, tak kan habis hikmah di dapat

• Curahkan dirimu, mempelajari yang belum tahu

Awal bahagia, akhirpun bahagia, itulah ilmu

وكفى بلذة العلم والفقه والفهم داعيا وباعثا للعاقل على تحصيل العلم.

Bagi orang yang berakal, telah cukuplah merasa terpanggil Menuju kesuksesan berilmu oleh sebagaimana kelezatan-kelezatan ilmu, fiqh dan kebahagian yang timbul bila sedang faham terhadap suatu masalah.