ANEH….? ANTI MAULID NABI MUHAMMAD SAW TETAPI MEMPERINGATI PENDAHULUNYA

Anti Maulid Nabi Tapi Merayakan Maulid Muhammad Ibn Abdil Wahhab Dan Shalih Utsaimin

Perayaan maulid Nabi SAW, adalah suatu acara yang telah dilaksanakan oleh umat Islam semenjak dahulu dan diakui oleh para ulama-ulama besar dari dahulu hingga sekarang. Namun orang-orang yang anti maulid sangat kelewatan sehingga menuduh perayaan maulid sebagai sebuah bid`ah dan mengikuti kaum Nasrani. Seharusnya kalaupun mereka tidak mengakui bahwa perayaan maulid sebagai satu amalan yang baik, seharusnya mereka bersikaf inshaf dan menghargai perbedaan pendapat, karena para ulama dari golongan selain mereka membolehkannya dan menganggapnya sebagai satu kebaikan. Sedangkan kemungkaran hanya boleh diingkari dan dicegah apabila maksiat tersebut termasuk kemaksiatan yang disepakati.

Salah satu fakta kebrobrokan tingkah laku wahabi yang tidak terbantahkan adalah merayakan haul dan maulid Muhammad Abdul Wahhab dan Shalih Utsaimin secara meriah dan besar-besaran ditengah gencarnya serangan mereka terhadap pencinta Rasulullah yang merayakan hari kelahiran Beliau SAW.

Pada bulan Januari 2010 lalu, ‘Haul’ Shalih Utsaimin mereka adakan di sebuah hotel di Kairo di bawah naungan Duta Besar Saudi di Kairo, Hisham Muhyiddin. Rangkaian acara haul itu dibuka dengan pembacaan ayat-ayat al-Quran, dilanjutkan sambutan-sambutan berisi pujian terhadap almarhum. Sambutan pertama disampaikan Ketua yayasan ar-Rusyd sekaligus Presiden Asosiasi Penerbit Saudi, yang memuji peran Syekh Shalih Utsaimin dalam penyebaran agama Islam. Sambutan selanjutnya disampaikan Abdullah, putra Utsaimin, kemudian Atase Kebudayaan Saudi Muhammad bin Abdul Aziz Al-Aqil. Yang disebutkan belakangan ini banyak mengulas manakib Shalih Utsaimin dengan menjelaskan tahun lahir dan wafatnya. “Perayaan ini adalah sedikit yang bisa kami persembahkan untuk mendiang Utsaimin,” ujarnya. Acara haul ditutup dengan saling tukar tanda kehormatan antara Yayasan ar-Rusyd, Yayasan Utsaimin, Atase Kebudayaan dan Deputi Menteri Kebudayaan dan Informasi. (Majalah Cahaya Nabawiy edisi 96 Juli 2011/Sya’ban 1432 H)

Ini adalah sebuah fakta yang sangat ironi dan menjadi pembuktian bahwa sebenarnya wahabi adalah pembenci sunnah dan penjunjung tinggi bid’ah dhalalah.

Wahabi mengatakan maulid nabi itu haram, namun ternyata wahabi mengadakan peringatan maulid Muhammad Bin Abdul Wahhab dan maulid Shalih Utsaimin.

Wahabi Memperingati Maulid Untuk Al-Utsaimin Tapi Tidak Untuk Nabi Muhammad SAW.

Islam sama sekali tak bisa dilepaskan dari sosok Baginda Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah insan yang menerima wahyu dari Allah SWT untuk memberikan pencerahan kepada umat manusia dengan agama yang sempurna ini. Tiada sosok yang patut diagungkan di muka bumi melebihi Baginda Nabi SAW. Segenap keindahan fisik dan budi pekerti terdapat dalam figur Baginda Rasulullah SAW. Mencintai Baginda Nabi (saw) adalah bagian dari mencintai Allah SWT. Beliau bersaba: Yang Artinya “Barangsiapa mencintaiku, maka ia benar-benar telah mencintai Allah SWT. Barangsiapa menaatiku, maka ia benar-benar telah taat kepada Allah SWT.”

Namun WAHABI melarang keras pengkultusan dan pengagungan terhadap diri Baginda Nabi SAW, akan tetapi mereka sendiri pada saat yang sama melakukan pengkultusan serupa terhadap diri Shalih Utsaimin. Mereka membid’ahkan peringatan Maulid Nabi dan haul seorang ulama atau wali, akan tetapi belakangan mereka juga menghelat haul atau maulid untuk Shalih Utsaimin dengan nama ‘HAFLAH TAKRIM’. Lihat betapa ganjilnya sikap kelompok Wahabi ini ?

Begitu pentingnya perayaan untuk Utsaimin ini sampai- sampai seorang pengagumnya menggubah sebuah syair:

واللهِ لَوْ وَضَعَ اْلأَناَمُ مَحَافِلاَ # مَاوَفَتِ الشَّيْخَ اْلوَقُورَحَقَّهُ

“Demi Allah, Seandainya segenap manusia membuat banyak perayaan untuk Shalih Utsaimin, hal itu tidaklah mampu memenuhi hak beliau (Utsaimin)”.

Syair itu menunjukkan pengkultusan yang berlebihan orang-orang Wahabi terhadap Shalih Utsaimin. Pengagungan yang kebablasan juga mereka berikan kepada pendiri aliran Wahabi, Muhammad bin Abdul Wahab.

Dikisahkan seorang Mahasiswa Universitas Riyadh pernah memprotes dosennya, Dr. Abdul Adhim al- Syanawi, karena memuji Rasulullah SAW. Sang dosen menanyakan, “apa penyebab si mahasiswa membenci Nabi Muhammad SAW ?” Mahasiswa itu menjawab, “Bahwa yang memulai perang kebencian adalah Baginda Nabi sendiri.” (sambil menyitir hadits seputar fitnah yg muncul dari Nejd, tempat kelahiran Muhamad bin Abdul Wahab). “Kalau begitu, siapa yang kamu cintai ?” tanya sang dosen. Lalu si mahasiswa menjawab bahwa, “yang saya cintai adalah Syekh Muhammad bin Abdul Wahab.” Selanjutnya sang dosen menanyakan alasan kecintaan mahasiswanya itu. “Karena Syekh Muhammad Abdul Wahab menghidupkan sunnah dan menghancurkan bid’ah,” Jawab mahasiswa itu. (kisah ini dicatat Ibrahim Abd al-Wahid al- Sayyid,dalam kitabnya, Kasf al- Litsam ‘an Fikr al-Li’am hlm.3-4.)

Dalam sebuah hadits, rasulullah bersabda,

 عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ لَمَّا وَلَّى رَجُلٌ غَائِرُ الْعَيْنَيْنِ نَاتِئُ الْجَبِينِ كَثُّ اللِّحْيَةِ مُشْرِفُ الْوَجْنَتَيْنِ مَحْلُوقُ الرَّأْسِ قَالَ النَّبِيُّ إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا قَوْمًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنْ الرَّمِيَّةِ يَقْتُلُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ الْأَوْثَانِ لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ. متفق عليه

Diriwayatkan dari Abi Sa’id al-Khudri tatkala seorang laki-laki dari Najd yang kedua matanya cekung, dahinya menonjol, jenggotnya lebat, kedua pipinya dekat dan kepalanya gundul pergi, Nabi SAW bersabda: “Dari keturunan laki-laki ini akan lahir suatu kaum yang membaca al-Qur’an, tetapi al-Qur’an tidak melewati kerongkongannya. Mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari sasaran. Mereka akan membunuh kaum Islam, tetapi membiarkan pemuja berhala. Seandainya aku menjumpai mereka, tentu aku bunuh mereka seperti membunuh kaum ‘Ad. (Hadits Muttafaqun Alaih)

Sungguh benar sabda Baginda Nabi SAW. Yang dalam salah satu hadits beliau mengisyaratkan bahwa akan ada fitnah (Wahabi) yang bakal muncul dari Najed. Isyarat itu menjadi nyata semenjak munculnya Muhammad bin Abdul Wahab dari Najed yang dengan bantuan kolonial Inggris mencabik-cabik syariat Islam. Wallahu a’lam bisshawab