KHUTBAH JUM’AT YANG MENGHUJAT SERTA SUCIKAH AIR YANG BAU

  1. JUMBagaimana hukum dari shalat Jum’at jika khuthbah yang disampaikan oleh khotib berisi hal-hal yang kurang baik, misalnya menghujat atau menjelek-jelekkan seseorang?
  2. Sepengetahuan kami Bismillah harus dibaca pada surat Al Fatihah. Bagaimana jika berjamaah, sedangkan imamnya tidak memakai Bismillah (tidak diketahui, apa tidak dikeraskan atau memang tidak dibaca)?
  3. Apakah suci, air yang digunakan wudlu dari air sumur yang berbau (banger)? Sebab sumur jarang dipakai dan letaknya dekat kakus atau WC sementara sumur dalam keadaan ditutup.

Jawab:

  1. Hukum dari shalat Jum’at jika khutbah yang disampaikan oleh khotib berisi hal-hal yang kurang baik, misalnya menghujat atau menjelek-jelekkan seseorang, adalah tidak sah; sebab salah satu dari rukum khuthbah adalah memberi wasiat untuk berbuat taqwa, sedang khutbah itu adalah salah satu dari fardlu Jum’at, sehingga sholat Jum’at tidak sah tanpa khutbah. Jadi apabila kita melakukan sholat Jum’at, kemudian kita ketahui bahwa khotib dalam khutbahnya menghujat atau menjelek-jelekkan orang lain, maka setelah sholat Jum’at tersebut selesai, kita harus mengulang dengan melakukan sholat dhuhur (sholat mu’adah).

Dasar Pengambilan:

    1. Kifayatul Akhyar juz 1 halaman 148:

وَفَرَائِضُهَا ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ: خُطْبَتَانِ يَقُوْمُ فِيْهِمَا وَيَجْلِسُ بَيْنَهُمَا .

Kewajiban menjalankan shalat Jum’at itu ada tiga perkara: dua khutbah yang dilakukan dengan berdiri dan duduk di antara kedua khutbah.

    1. Kifayatul Akhyar juz 1 halaman 149:

وَلِلْخُطْبَةِ خَمْسَةُ أَرْكَانٍ … الثَّالِثُ الْوَصِيَّةٌ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى.

Khutbah itu mempunyai lima rukun …
Yang ketiga adalah berwasiat dengan taqwa kepada Allah ta’ala.

  1. Orang yang berkeyakinan bahwa “basmalah” itu adalah salah satu ayat dari surat Fatihah seperti orang yang bermadzhab Syafi’i tidak sah makmum dengan orang yang sengaja tidak membaca basmalah dalam membaca Fatihah, seperti orang yang bermadzhab Hanafi.

Dasar Pengambilan:

    1. Kitab Tausyih halaman 56:

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ النَّبٍيَّ صلى الله عليه وسلم عَدَّ بسم الله الرحمن الرحيم آيَةً .

Telah diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah menghitung “Bismillaahir Rahmaanir Rahiim” satu ayat dari Fatihah.

    1. Kitab Ihya’ Ulumiddin juz 1 halaman 176:

وَيَجْهَرَ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ وَالأَخْبَارُ فِيْهِ مُتُعَارِضَةٌ وَاخْتَارَ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ الْجَهْرَ .

Dan hendaknya imam mengeraskan bacaan “Bismillaahir Rahmaa-nir Rahiim”. Sedangkan hadits-hadits dalam hal mengeraskan ini saling bertentangan, dan Imam Asy-Syafi’i ra. memilih mengeraskan.

    1. Kitab Kasyifatus Saja halaman 84:

لَوْ عَلِمَ أَوْ ظَنَّ أَنَّ الإِمَامَ الْحَنَفِيَّ مَثَلاً تَرَكَ الْبَسْمَلَةَ بِأَنْ لَمْ يَسْكُتْ بَعْدَ الإِحْرَامِ بِقَدْرِهَا فَلاَ يَصِحُّ اقْتَدَاؤُهُ .

Andaikata makmum mengetahui atau menyangka bahwa imam yang bermadzhab Hanafi misalnya, dia meninggalkan basmalah dengan tidak diam sesudah takbiratul ihram sekedar bacaan basmalah, maka tidak sah makmum kepadanya.

  1. Air sumur tersebut sebaiknya diperiksakan dahulu ke laboratorium. Jika ternyata air sumur tersebut tidak tercemar oleh kakus atau WC yang ada didekatnya, dan bau tidak enak dari air sumur tersebut hanya karena jarang atau lama tidak dipakai, maka hukumnya tetap suci dan mensucikan dan dapat dipakai untuk berwudlu.

Dasar Pengambilan:

Kitab Nihayatuz Zain halaman 14:

فَلاَ يَضُرُّ الْمَاءَ تَغْيِيْرُهُ بِطُوْلِ الْمُكْثِ وَلاَ بِالْمُجَاوِرِ الطَّاهِرِ وَلَوْ كَانَ التّغْيِيْرُ كَثِيْرًا.

Maka tidaklah merusak kesucian air, perubahan dari bau air tersebut sebab lama tidak dipakai atau sebab berdampingan dengan barang yang suci, meskipun perubahan tersebut adalah banyak.