BUKAN BID’AH TADARUS AL QUR’AN DI MALAM RAMAHAN DENGAN KERAS
Memang tak asing ditelinga kita mendengar kata “TADARUSAN”. Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan tadarusan??
Secara garis besar, TADARUSAN adalah membaca al-Qur’an dengan secara bergiliran melibatkan dua pihak (pembaca dan penyimak) dengan mengeraskan suara.
Lalu bagaimana hukum membaca al-Qur’an dengan bergiliran seperti itu, apakah hal ini merupakan suatu bid’ah atau bukan?
Imam Nawawi, dalam kitab beliau, at-Tibyan (sebuah kitab salaf yang menerangkan tentang adab dan tata cara menjaga al-Qur’an) menjelaskan sebagai berikut:
[فصل] فى الإدارة بالقران :
وهو أن يجتمع جماعة يقرأ بعضهم عشرا، أوجزأ اوغير ذلك، ثم يسكت ويقرأ الاخر من حيث انتهى الأول، ثم يقرأ الاخر، وهذا جائزحسن، وقد سئل مالك -رحمه الله تعالى- عنه، فقال : لا بأس به.
التبيان فى اداب حملة القران، تأليف : ابي زكريا يحيا بن شرف الدين النووى الشافعى
”[Fasal : Membaca al-Qur’an sambung-menyambung secara bergantian]
Yaitu sejumlah orang berkumpul, sebagian dari mereka membaca sepuluh ayat atau sebagian atau selain itu, kemudian diam (menyimak) dan yang lain meneruskan pembacaan, kemudian yang lain membaca. Ini adalah boleh dan baik. Imam Malik رحمه الله تعالى telah ditanya dan beliau menjawab: ”Tidak ada masalah dengan hal seperti ini”
Begitulah beliau, Imam Nawawi menjelaskan perihal ”KEBAIKAN” dalam TADARUS-AN ini.
Heran, ada saja segelintir orang yang membid’ahkan TADARUS-AN yang sudah jelas ini adalah amalan salafuna as-Saleh.
Kemudian bagaimana dengan mengeraskan bacaan al-Qur’an?
Kerap kali terdengar omongan miring dari segelintir orang, perihal mengeraskan pembacaan al-Qur’an dengan keras, seperti pertanyaan, ”kenapa jika tadarus dengan mengeraskan suara?
Bukankah hal ini mengganggu kenyamanan pemeluk agama lain?
Sering kali kita dibuat miris dengan pertanyaan semacam ini, yang sejatinya pertanyaan seperti itu hanyalah pertanyaan yang menghalangi syiar Islam berkembang di seantero jagad raya ini, wa bil khusus, di bumi Nusantara tercinta ini.
Mari, sejenak kita simak baik-baik, menilik kembali isi kandungan dalam kitab at-Tibyan tentang persoalan semacam ini.
[فصل] فى رفع الصوت بالقراءة
هذا فصل مهم ينبغى أن يعتنى به.
اعلم انه خاء أحاديث كثيرة فى الصحيح وغيره دالة على استحباب رفع الصوت بالقراءة، وجاءت اثاردالة على استحباب الإخفاء، وخفض الصوت.
[Fasal : Fembaca al-Qur’an dengan suara keras]
Ini adalah merupakan pasal yang PENTING dan PATUT DIPERHATIKAN.
Ketahuilah, bahwa banyak hadits dalam kitab shahih dan lainnya menunjukan ANJURAN mengeraskan suara di waktu membaca (al-Qur’an).”
Dalam kitab beliau ini dijelaskan juga tentang beberapa atsar yang menunjukan anjuran merendahkan suara.
Lha kok bertentangan satu sama lain?
Untuk memahami akan hal ini, beliau (Imam Nawawi) menjelaskannya secara terperinci, dengan menghadirkan pendapat ulama, seperti yang tertera dalam keterangan berikutnya,
قال الإمام ابوحامد الغزالي وغيره من العلماء:
وطريق الجمع بين الأحاديث، والاثارالمختلفه في هذا، أن الإسرار أبعد من الرياء، فهو أفضل فى حق من يخاف ذلك، فان لم يخف الرياء فالجهر ورفع الصوت أفضل، لأن العمل فيه أكثر، ولأفائدته تتعدى إلى غره، والم…تعدي أفضل من اللازم، ولأنه يوقظ قلب القارئ، ويجمع همه إلى الفكرفيه، ويصرف سمعه إليه، ويطرد النوم، ويزيد فى النشاط ، ويوقظ غيره: من نائم وغافل، وينشطه. قالا:
فمهما حضره شيئ من هذه النيات، فلاهجر، أفضل، فإن اختمعت هذه النيات، تضاعف الاخر.
”Berkata, Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali dan ulama lainnya,
Cara menggabungkan antara hadits-hadits dan atsar-atsar mengenai hal ini, ialah bahwa memelankan suara lebih jauh daripada riya. Merendahkan suara lebih utama bagi orang yang takut berbuat riya.
Jika tidak takut berbuat riya, maka MENGERASKAN SUARA LEBIH BAIK karena lebih banyak diamalkan dan berfaedah meluas kepada orang lain. Maka yang demikian (mengeraskan suara hingga terdengar orang lain) LEBIH BAIK dari pada yang hanya mengenai diri sendiri. Dan karena bacaan dengan suara keras menggugah hati pembaca dan mengarahkan pendengarannya kepadanya, mengusir tidur, menambah kegiatan dan menggugah orang lain yang tidur dan orang-orang lalai serta menggiatkannya.”
Banyak riwayat yang menyebutkan tentang anjuran mengeraskan suara.
Imam Nawawi dalam kitab beliau ini, mengemukakan beberapa hadits yang berkaitan dengan hal ini. Diantaranya, hadits yang diriwayatkan dalam kitab shahih dari Abu Hurairah,
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ما أذن لنبي، حسن الصوت، يتغنى بالقران يجهر به ( رواه البخاري و مسلم )
Dari Abu Hurairah ra. beliau berkata, ”Aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم Bersabda, ”Tidaklah Allah mendengarkan sesuatu seperti yang didengarkan-Nya dari seorang Nabi yang bagus suaranya melagukan al-Qur’an dan MENGERASKAN SUARANYA.” (HR. Bukhari dan Muslim)
وعن ابي موسى ايضا قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إني لأعرف أصوات رفقة الأشعريين بالليل حين يدخلون، وأعرف منازلهم من أصواتهم بالقران بالليل، وإن كنت لم أرمنازلهم حين نزلوا بالنهار(رواه البخاري ومسلم)
Dan dari Abu Musa (al-Asy’ri ra.) bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Sungguh aku mengenal suara rombongan al-As’ariy di waktu malam ketika mereka masuk dan aku mengenal tempat-tempat mereka dari suara mereka ketika membaca al-Qur’an di waktu malam, meskipun aku tidak melihat tempat-tempat mereka ketika mereka berhenti di siang hari,” (HR. Bukhari dan Muslim)
Nah, bukan BID’AH to, TADARUS-AN itu, apalagi dengan mengeraskan suara, justru inilah amalan sunnah. Kenapa dianggep bid’ah?
Terakhir, kami kutipkan keterangan Imam Nawawi dalam kitab beliau, at-Tibyan ini,
…قلت : وكل هذا موافق لما تقدم تقديره فى أول الفصل من التفصيل، ؤانه إن خاف بسبب الخهر شيئا مما يكره لم يخهر، وإن لم يخف استحب الخهر، إن كانت القراءة من جماعة مجتمعين تأكد استحباب الجهر لما قدمناه، ولما يحصل فيه من نفع غيرهم، والله أعلم
”Saya (Imam Nawawi) katakan, semua itu sesuai dengan rincian yang saya jelaskan secara terperinci di awal fasal ini [ فى رفع الصوت بالقراءة ].
Jika takut mengalami sesuatu yang tidak diinginkan dengan sebab mengeraskan suaranya, maka janganlah mengeraskan suara.
Jika tidak takut mengalami hal itu, DIANJURKAN MENGERASKAN SUARA. Bilamana pembacaan dilakukan oleh jama’ah secara BERSAMA-SAMA, maka DIANJURKAN DENGAN SANGAT agar MENGERASKAN SUARA berdasarkan alasan yang lalu dan karena manfaat bagi orang lain. Dan Allah Maha Mengetahui…