BUKTI CINTA NABI MUHAMMAD SAW. KEPADA KITA SEBAGAI UMATNYA
Waktu berlalu dan sampailah kita 14 abad setelah wafatnya Rasulullah saw namun hal itu tidak akan bisa memutus cinta kita kepada Nabi Muhammad shalallahu alayhi wa alihi wa sallam. Meski kita terpisah jarak 1400 tahun dengan beliau sang manusia yang paling indah dan paling berlemah lembut ita tidak bisa terputus dengan jarak sepanjang itu, kita tetap mencintai Nabi Muhammad saw. Kita tidak melihat Rasul, tidak berkumpul dengan Rasul, tidak mendengar suara Rasul tapi kita mencintai Nabi Muhammad saw. Yang sangat menggembirakan hati Sang Kekasih adalah betapa besarnya rasa gembiranya beliau melihat para pemuda yang mengikuti sunnah beliau saw. Kita berkumpul memuji beliau, mencintai beliau, merindukan beliau, pada hari ini, malam ini kalau Rasulullah saw melihat kita beliau pasti akan mencintai kita.
diriwayatkan didalam shahih muslim suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam berkumpul dengan para sahabat yang mulia, penghuni shaf pertama umat ini. Di sana hadir Sayyidina Abi Bakr Ash Shiddiq Radhiyallahu Anhu. Lalu bersabda Rasulullah : “Yaa Abu Bakar,
sesungguhnya aku sangat rindunya bertemu dengan saudara-saudaraku”
Suasana majelis menjadi hening seketika, semua yang berada disana terdiam, masing2 sahabat berspekulasi ttg siapa saudara yang dimaksud Rasulullah tersebut, begitu pula Sayyidina Abu Bakar, lalu beliau Ash Shiddiq bertanya :
“Wahai Rasulullah, apakah maksudmu berkata demikian? Bukankah kami ini adalah saudara-saudaramu?” Tanya Sayyidina Abu Bakar heran dan penasaran.
“Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudara (yang) ku (maksudkan).” Jawab Rasulullah dengan tenang.
“Kami juga saudaramu, wahai Rasulullah,” jawab seorang sahabat mulia yang lain, Rasulullah menggelengkan kepala perlahan seraya tersenyum, lalu bersabda beliau :
“Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku dan mereka mencintai aku melebihi anak dan orang tua mereka. Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku.” (Hadis Muslim)
diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad bin Hambal didalam Musnad Ahmad juz 4 hal 106 hadis no 17017, juga di riwayatkan oleh Al Imam Darimi didalam Sunan Addarimiy juz halaman 398 nomor 2744 dengan sanad yg shahih, dari Abu Jum’ah ra yang berkata “Suatu ketika kami makan siang bersama Rasulullah shallallahu alayhi wasallam dan pada saat itu Abu Ubaidah bin Jarrah ra berkata “Ya Rasulullah adakah orang yang lebih baik dari kami (maksudnya dari kalangan sahabat Radhiyallahu anhum), kami berislam bersamamu dan berjihad juga bersamamu”. Maka Rasulullah menjawab “Ya ada, yaitu mereka adalah kaum yang akan datang setelah kalian, yang beriman kepadaku padahal mereka tidak melihatku”.
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu di kabarkan bahwa saat selepas shalat shubuh, seperti biasa Rasulullah duduk bermajelis menghadap para sahabat. Lalu Rasulullah memberi pertanyaan, “Wahai manusia siapakah makhluk Tuhan yang imannya paling menakjubkan?”.
“Malaikat ya Rasul,” jawab sahabat.
“Bagaimana mungkin malaikat tidak beriman?, sedangkan mereka adalah pelaksana perintah Tuhan?” Tukas Rasulullah.
“Kalau begitu (sudah barang tentu) para Nabi ya Rasulullah” sahabat kembali menjawab
“Bagaimana (mungkin) nabi tidak beriman, sedangkan wahyu dari langit turun kepada mereka?” jawab baginda Rasul.
“Kalau begitu para sahabat-sahabatmu, ya Rasul”.
“Bagaimana (mungkin) sahabat-sahabatku tidak beriman, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka saksikan. Mereka bertemu langsung denganku, melihatku, mendengar kata-kataku, dan juga menyaksikan dengan mata kepala sendiri tanda-tanda kerasulanku.” Jawab Rasulullah.
Maka Rasulullah Shallallahu alayhi wasallam terdiam sejenak, lalu berkata dengan lembut, “Yang paling menakjubkan imannya, adalah kaum yang datang sesudah kalian semua. Mereka beriman kepadaku, (padahal mereka) tanpa pernah melihatku. Mereka membenarkanku tanpa pernah menyaksikanku. Mereka menemukan tulisan dan beriman kepadaku. Mereka mengamalkan apa-apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka mengamalkan apa-apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka membela aku seperti kalian membelaku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku itu.”
Lalu Rasul membacakan surat Al-Baqarah ayat 3, “Mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menginfakkan sebagian dari apa yang Kami berikan kepada mereka.”
Lalu Rasul melanjutkan sabdanya, “Berbahagialah orang yang pernah melihatku dan beriman kepadaku” Ucap Rasulullah sekali, lalu baginda nabi melanjutkan, “Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku.” Rasulullah mengulangi ucapan yg kedua ini sebanyak 7 kali.
Subhanallah,,,
dalam beberapa riwayat lain dikatakan
o حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ قَالَ حَدَّثَنَا جَسْرٌ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- « طُوبَى لِمَنْ آمَنَ بِى وَرَآنِى مَرَّةً وَطُوبَى لِمَنْ آمَنَ بِى وَلَمْ يَرَنِى سَبْعَ مِرَارٍ »
Artinya: Berkata kepada kami Abdullah, berkata kepadaku bapakku, berkata kepada kami Hasyim bin Qasim, ia berkata: berkata kepada kami Jasrun dari Tsabit dari Anas bin Malik, Rasulullah saw bersabda: beruntunglah bagi orang yang beriman denganku dan melihatku satu kali, dan beruntunglah orang yang beriman kepadaku meskipun ia tidak menlihatku tujuh kali.
o حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ – يَعْنِى ابْنَ إِسْحَاقَ – حَدَّثَنِى يَزِيدُ بْنُ أَبِى حَبِيبٍ عَنْ مَرْثَدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الْيَزَنِىِّ عَنْ أَبِى عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْجُهَنِىِّ قَالَ بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذْ طَلَعَ رَاكِبَانِ فَلَمَّا رَآهُمَا قَالَ « كِنْدِيَّانِ مَذْحِجِيَّانِ ». حَتَّى أَتَيَاهُ فَإِذَا رِجَالٌ مِنْ مَذْحِجٍ. قَالَ فَدَنَا إِلَيْهِ أَحَدُهُمَا لِيُبَايِعَهُ. قَالَ فَلَمَّا أَخَذَ بِيَدِهِ قَالَ يَا رَسُولَ اللهِ أَرَأَيْتَ مَنْ رَآكَ فَآمَنَ بِكَ وَصَدَّقَكَ وَاتَّبَعَكَ مَاذَا لَهُ قَالَ « طُوبَى لَهُ ». قَالَ فَمَسَحَ عَلَى يَدِهِ فَانْصَرَفَ ثُمَّ أَقْبَلَ الآخَرُ حَتَّى أَخَذَ بِيَدِهِ لِيُبَايِعَهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ مَنْ آمَنَ بِكَ وَصَدَّقَكَ وَاتَّبَعَكَ وَلَمْ يَرَكَ قَالَ « طُوبَى لَهُ ثُمَّ طُوبَى لَهُ ثُمَّ طُوبَى لَهُ ». قَالَ فَمَسَحَ عَلَى يَدِهِ فَانْصَرَفَ.
Artinya: Berkata kepada kami Abdullah, berkata kepadaku bapakku, berkata kepada kami Muhammad bin Ubaid, berkata kepada kami Muhammad (yaitu Ibnu Ishaq), berkata kepadaku Yazid bin Habib dari Martsad bin Abdillah al-Yazanni, dari Abi Abdirrahman al-Juhanni, ia berkata di saat kami berkumpul bersama Rasulullah saw: tatkala datang dua orang pejalan dan ia melihatnya, ia berkata:
o حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ دَاوُدَ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَيْمَنَ عَنْ أَبِى أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « طُوبَى لِمَنْ رَآنِى وَآمَنَ بِى وَطُوبَى لِمَنْ آمَنَ بِى وَلَمْ يَرَنِى سَبْعَ مِرَارٍ »
Artinya: Berkata kepada kami Abdullah, berkata kepadaku bapakku, berkata kepada kami Musa bin Dawud, berkata kepada kami Hammam dari Qatadah dari Aiman dari Abi Umamah, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: beruntunglah bagi siapa yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntunglah bagi siapa yang berriman kepadaku meskipun tidak melihatku tujuh kali.
o حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَنْبَأَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَيْمَنَ عَنْ أَبِى أُمَامَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « طُوبَى لِمَنْ رَآنِى وَآمَنَ بِى وَطُوبَى سَبْعَ مَرَّاتٍ لِمَنْ لَمْ يَرَنِى وَآمَنَ بِى ».
Artinya: Berkata kepada kami Abdullah, berkata kepadaku Bapakku, berkata kepada kami Yazid bin Harun, mengabarkan kepada kami Hammam bin Yahya dari Qatadah dari Aiman dari Abi Umamah sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: beruntunglah bagi siapa yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntunglah tujuh kali bagi orang yang tidak melihatku dan melihatku.
o حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ وَعَفَّانُ قَالاَ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَيْمَنَ عَنْ أَبِى أُمَامَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « طُوبَى لِمَنْ رَآنِى وَطُوبَى سَبْعَ مِرَارٍ لِمَنْ آمَنَ بِى وَلَمْ يَرَنِى ».
Artinya: Berkata kepada kami Abdullah, berkata kepadaku bapakku, berkata kepada kami Abd al-Shamad dan ‘Affan berkata keduanya, berkata kepada kami Hammam, berkata kepada kami Qatadah dan Aiman dari Abi Umamah sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: beruntunglah bagi orang yang melihatku dan beruntunglah tujuh kali bagi orang yang tidak meliahatku dan beriman kepadaku.
Hadits ini sangat menggetarkan hati sanubari para pecintanya, Renungkanlah hadits ini, betapa sesungguhnya Rasulullah sangat mencintai kita.
Al Habib Munzir bin Fuad Al Musawa beliau berkata: “Cinta Allah subhanahu wata’ala tersimpan pada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga Allah subhanahu wata’ala akan mengampuni dosa-dosa hambaNya karena mengikuti kekasihNya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sesuatu yang diperintah oleh Allah subhanahu wata’ala, sehingga memenuhi panggilan beliau merupakan hal yang wajib dalam keadaan apapun, sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari ketika seorang sahabat sedang melakukan shalat, di saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggilnya, namun dia melanjutkan shalatnya kemudian setelah selesai ia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya : “Kemanakah engkau, aku memanggilmu namun kau tidak juga datang?”, maka ia menjawab : “Wahai Rasulullah tadi aku sedang melakukan shalat”, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Bukankah Allah subhanahu wata’ala telah berfirman” : “ Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasulullah apabila Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian, dan ketahuilah sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan”. ( QS. Al Anfaal : 24 ) “
ALLAHUMMA SHALLI ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA ALIHI WA SHAHBIHI WASALLIM