CARA MENGHINDARI MEMBICARAKAN AIB ORANG LAIN DAN DEFINISI GHIBAH

WANSOLIHAH            Ghibah adalah Menceritakan kejelekan atau keburukan orang lain dengan maksud menjatuhkannya agar orang lain membencinya.

Abu Hurairah ra berkata :
“Tahukah kamu apakah ghibah itu?” Sahabat menjawab : “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda: “Kamu menyebut nyebut saudaramu dengan sesuatu yang dia benci.” Beliau ditanya: “Bagaimana kalau memang saudaraku melakukan apa yang kukatakan?” Beliau menjawab: “Kalau memang dia melakukan seperti apa yang kamu katakan berarti kamu telah menghibahnya. Sebaliknya jika dia tidak melakukan apa yang kamu katakan, maka kamu telah memfitnahnya.”
[HR. Muslim 2589]

Jika yang diceriterakannya itu tidak dilakukan maka jatuh kepada FITNAH.

HR. Bukhari No : 9
Telah menceritakan kepada kami Adam bin Abu Iyas berkata, Telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Abdullah bin Abu As Safar dan Isma’il bin Abu Khalid dari Asy Sya’bi dari Abdullah bin ‘Amru dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda :

“Seorang muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah”.

Abu Abdullah berkata : dan Abu Mu’awiyyah berkata : Telah menceritakan kepada kami Daud, dia adalah anak Ibnu Hind, dari ‘Amir berkata : aku mendengar Abdullah, maksudnya ibnu ‘Amru, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Dan berkata Abdul A’la dari Daud dari ‘Amir dari Abdullah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي السَّفَرِ وَإِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ وَقَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا دَاوُدُ هُوَ ابْنُ أَبِي هِنْدٍ عَنْ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ يَعْنِي ابْنَ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ عَبْدُ الْأَعْلَى عَنْ دَاوُدَ عَنْ عَامِرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Nabi Saw , bersabda :

“Sesungguhnya Alloh Swt telah memberinya 40 hijab, jika seorang mukmin berjinah , maka lepaslah satu hijab akan tetapi jika melakukan Ghibah maka lepaslah seluruh hijab itu.

Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.

|Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.

(Qs. 49 : 11 – 12).

Seperti kita ketahui bersama, bahwa sulit sekali untuk tidak membicarakan orang lain,
Bagaimana Tipsnya agar kita tidak berprasangka buruk dan bisa menahan diri untuk tidak mengghibah orang lain?

Nabi Saw bersabda seperti yang diriwayatkan sayyidina Ali Kwh. :

” Hendaklah orang yang berpuasa memiliki tiga perubahan,
1. Sakho-ul Qolb, memiliki hati yang lembut , santun dan lapang dada.

2. Thoyyibul Kalam , Kata-katanya selalu baik dan selalu berkata dalam hal hal yang baik.

3. Ash-Shobru minal A’da , sabar dalam melaksanakan perintah-Nya, sabar dalam menghadapi bala dan sabar dalam menghadapi musuh Alloh.

Untuk melembutkan hati , maka perbanyaklah istighfar, banyak mengevaluasi diri (muhasabah) dan banyak menangisi diri dalam mendekatkan diri kepada Alloh yaitu menjadikan gelapnya malam sebagai kendaraan untuk bercengkrama melihat keagungan dan ke-Indahan-Nya. Kemudian bahwa SHOBAR(sabar) , menurut arti di dalam kamus adalah DINGIN .

Di dalam hadits diceriterakan bahwa manusia memiliki elemen (Mud-ghoh) yang apabila elemennya baik maka baiklah keseluruhannya itu, akan tetapi apabila elemennya rusak atau sakit maka rusaklah keseluruh anggota yang lainya.
Manusia tidak lepas dari persoalan hidup, namun bagaimanapun kita harus melihat setiap persoalan itu adalah sesuatu hal yang positif dan menghadapinya dengan dingin (shobar) .
Dan salah satu sikap senantiasa ingin berbicara terutama mengenai hak orang lain itu diakibatkan tidak adanya sikap shobar pada kita.

Seperti hal nya KULKAS , ia mampu menetralisir bakteri jika kita menyimpan ikan didalamnya, akan tetapi jika elemen pendinginnya tidak berfungsi maka akan menebar bau busuk.

Shobar juga kadang disebut sebagai Tirai untuk menutupi sesuatu yang ada pada diri kita, yang keluar dalam setiap ucapan, orang yang tidak shobar akan mudah terpancing dalam setiap pembicaraan tanpa melihat apakah yang diomongkannya itu manfaat, baik untuk dikonsumsi atau tidak. Spontanitas itu menunjukan tidak adanya sikap shobar .

Ketulusan, keIkhlasan dan kesabaran, adalah kata yang mudah untuk diucapkan. Tapi, kesemuanya itu bukanlah pekerjaan Lisan , akan tetapi semuanya adalah kesepakatan antara perbuatan dengan hati, jadi jangan mengambil hak ‘ Hati ” dengan Lisanmu, sebab sekalipun mudah dan ringan, itu adalah pekerjaan hati.

Manusia yang tidak memiliki sikap shobar akan terlihat dalam perangainya, yang kadang menjadi karakter seseorang yang justru memperlihatkan keburukannya .

Saya mengapresiasi tentang cerewetnya kaum perempuan. Hal itu, baik buruknya ternyata bergantung pada cara pandangnya. Bisa jadi karena nada atau vokal yang sudah meng-Karakter atau juga mungkin karena faktor lain, misalnya faktor emosional. Yang dilarang oleh agama adalah perilaku atau perangai yang berlebihan, sampai pada tingkatan berperangai buruk.

Jadi… Cerewet itu sah-sah saja selama perangainya baik.(sebab cerewet itu kata yang konotatif).
Dalam sebuah riwayat, di ceritakan bahwa ada sekelompok Yahudi yang melecehkan Nabi dengan mengatakan Assamu alaikum (matilah bagi kamu) dan Nabi menjawab dengan kata kata Alaika salam.

Tiba tiba Aisyah ra bangkit dan mengatakan, matilah bagi kalian wahai anak anak kera dan anak anak babi ” kata Aisyah” .
Apa yang telah kau katakan wahai Aisyah..?

Aku berkata benar, karena mereka dilaknati menjadi monyet dan babi di dalam Al-Qur’an,” jawab Aisyah.

Kata katamu benar, tapi cara membentaknya itu yang tidak benar, karena perangai seperti itu akan menjelma sebagai mahluq yang paling buruk dan akan menemanimu di alam kubur.

Kesabaran dan ketulusan suami istri, ketaatan suami dan istri kepada Allah Swt. Kebergantungan hati kepada-Nya, maka akan melahirkan kepercayaan diri utk tidak bergantung kepada selain –Nya. Itulah sebabnya surga lebih banyak dihuni oleh para bidadari sedangkan bidadari itu adalah wujud dari para wanita shalihah.

Abu Abdillah ditanya tentang sebuah hadits yang menyebutkan bahwa isi neraka itu kebanyakan perempuan. Abu Abdillah menjawab : Ketahuilah… Bahwa surga lebih banyak dihuni oleh bidadari, dan bidadari itu adalah wanita shalihah (didunia).