FITNAH-FITNAH AKHIR ZAMAN DAN SOLUSINYA

اَلحَمْدُ لِلّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ، الرَحِيْمِ الغَفَّارِ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى فَضْلِهِ المِدْرَارِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الغِزَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخْتَار، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ

الطَيِّبِيْنَ الأَطْهَار، وَإِخْوَنِهِ الأَبْرَارِ، وَأَصْحَابُهُ الأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا تُعَاقِبُ اللَيْلَ وَالنَّهَار

أما بعد

Jamaah Jumat rahimakumullah

Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah

Akhir zaman merupakan waktu di mana fitnah datang silih berganti bagai potongan malam yang gelap. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ فِتَنٌ كَقَطْعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ

“Sebelum datang kiamat ada beberapa fitnah seperti potongan malam yang gelap.” (HR. Hakim, Shahihul Jaami’ no. 2855)

Oleh karena fitnah yang datang begitu banyak, maka dibutuhkan pegangan agar seseorang tidak terbawa arus fitnah tersebut.

Hikmah di Balik Adanya Fitnah (Cobaan)

Dengan adanya fitnah (cobaan), maka dapat diketahui orang-orang yang benar imannya dan orang-orang yang dusta. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan Allah pasti mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al ‘Ankabut: 3)

Pembagian Fitnah

Fitnah (cobaan) terbagi menjadi dua:

  1. Fitnah khusus

Fitnah khusus adalah fitnah, di mana masing-masing manusia akan diuji dengan keluarganya (isteri dan anak), hartanya (lih. Al Anfal: 28) dan tetangganya. Pada umumnya cobaan itu dapat melalaikan dan menjauhkan manusia dari beribadah kepada Allah dan melupakannya dari mencari bekal untuk akhirat. Terhadap fitnah ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتُلْهِكُمْ

أَمْوَالُكُمْ وَلآأَوْلاَدُكُمْ عَن ذِكْرِ اللهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُون

“Wahai orang-orang beriman! Janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al Munafiqun: 9)

Fitnah ini disebut juga fitnah syahwat. Fitnah ini pernah menimpa Adam ‘alaihissalam ketika ia tergoda memakan buah yang dilarang Allah, akhirnya ia dikeluarkan dari surga, setelah itu Beliau bertaubat dan Allah pun menerima taubatnya. Untuk menghadapi fitnah syahwat ini adalah dengan bersabar menjalankan ketaatan kepada Allah, bersabar menjauhi maksiat dan istiqamah di atas agamanya.

  1. Fitnah umum

Fitnah umum adalah fitnah yang berkaitan dengan agamanya, inilah fitnah syubhat. Fitnah ini pertama kali menimpa Iblis karena analogi rusak yang dijadikan argumentasi untuk menolak perintah Allah untuk sujud menghormati Adam. Dalam Alquran disebutkan:

قَالَ مَامَنَعَكَ أَلاَّتَسْجُدَ إِذْأَمَرْتُكَ قَالَ أَنَاخَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ

“Apa yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?” Iblis menjawab, “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS. Al A’raaf: 12)

Fitnah syubhat ini bagi orang yang kurang dalam ilmunya terlihat seakan-akan baik, bagus dan benar, padahal di balik itu ada bahaya yang besar, dan bahaya tersebut umumnya hanya diketahui oleh orang-orang yang dalam ilmu agamanya (ulama).

Fitnah ini juga muncul ketika Khalifah Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu terbunuh. Setelah itu, kaum muslimin berpecah belah, mereka dikuasai oleh hawa nafsu, mengkafirkan satu sama lain, bahkan sampai terjadi pembunuhan dan pertumpahan darah.

Untuk menghadapi fitnah syubhat ini adalah dengan yakin di atas kebenaran dan teguh tidak mudah berubah oleh situasi dan kondisi; berbekal ilmu syar’i.

Nah, untuk fitnah yang kedua inilah Insya Allah akan dibahas lebih rinci bagaimana cara menghadapinya.

Kaum muslimin jamaah Jumat rahimakumullah

Berikut ini kami sampaikan hal-hal yang perlu disiapkan untuk menghadapi fitnah tersebut:

Menjaga tauhid dan menjauhi syirk.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ اْلأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirk), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al An’aam: 82)

  1. Berpegang teguh dengan kitabullah dan sunah Rasul-Nya dengan pemahaman As Salafush Shaalih (generasi pertama Islam) dan bersatu di atasnya.

Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِيْ ، وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِداَ عَلَيَّ الْحَوْضَ

“Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara; kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang kepada keduanya; kitab Allah dan sunahku, dan keduanya tidak akan berpisah sampai mendatangi telagaku.

Tentang keharusan memahami keduanya (Alquran dan sunah) dengan pemahaman As Salafush Shaalih, Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَسَتَرَوْنَ مِنْ بَعْدِي اخْتِلَافًا شَدِيدًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَالْأُمُورَ الْمُحْدَثَاتِ فَإِنَّ كُلَّ

بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

“Kalian akan melihat setelahku perselisihan yang dahsyat. Maka kalian harus berpegang dengan sunahku dan sunah para khalifah yang lurus dan mendapat petunjuk. Gigitlah sunah itu dengan geraham serta jauhilah perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena setiap bid’ah adalah sesat.” (Shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Sabda Beliau “sunahku” adalah sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sabda Beliau “dan sunah para khalifah yang lurus…”adalah sunahnya para sahabat, yakni manhaj/jalan yang mereka tempuh dalam memahami agama, atau istilah lainnya “pemahaman mereka (para sahabat)”.

Inilah solusi agar kita tetap di atas hidayah/petunjuk ketika terjadi banyak perselisihan seperti di zaman sekarang.

Adapun tentang keharusan bersatu di atasnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُو

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Ali Imran: 103)

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, terlebih di zaman sekarang, ketika musuh-musuh Islam saling bahu-membahu menjauhkan umat Islam dari agamanya dan mengadakan kerusakan dengan berbagai sarana. Kondisi sulullah dengan pemahaman salaful ummah  dan bahu-membahu membendung gelombang itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala  seperti ini menghendaki kita bersatu di atas kitabullah dan sunah Ra berfirman:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ إِلاَّ تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِي اْلأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِير

“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. jika kamu (hai kaum muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi fitnah (kekacauan) di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. Al Anfal: 73)

Persatuan ini pun tetap memperhatikan saling nasihat-menasihati (yakni dengan beramr ma’ruf dan bernahi mungkar ), tidak mendiamkan kemungkaran yang terjadi.

Tetap beribadah dan beramal shalih.

Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ

“Beribadah pada saat terjadi kekacauan (banyak fitnah) seperti berhijrah kepadaku.” (HR. Muslim)

Beristighfar dan bertaubat serta banyak berdzikr.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلَوْلاَ إِذَاجَآءَهُم بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِن قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ

“Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan setan pun Ali radhiallahu ‘anhu berkata: “Tidaklah turun bala’ (musibah) kecuali karena dosa, dan bala’ itu tidak diangkat kecuali dengan bertaubat.”

menampakkan indah apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al An’aam: 43)

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُهُ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ