MENCOBA LEBIH KENAL DIRI SENDIRI DARIPADA MENGENAL ORANG LAIN

KE                Ketika seseorang bertanya, “Bagaimana pendapatmu tentang Karim?” Dengan mudah kita menjawab, “Dia itu pendiam, mudah marah, pelit, dan sombong.” Jika orang itu bertanya lagi, “Kalau Rahman bagaimana?” Dengan mudah pula kita menjawab, “Dia itu pintar, ganteng tapi sayang, dia miskin dan kurang pede, kecil hati lagi.”

Setiap kali ditanya tentang kepribadian seseorang, tak perlu berpikir panjang, memeras otak, sangat mudah bagi kita menjawabnya. Menilai karakter orang lain, membaca kepribadian orang lain, dan lain sebagainya.

Namun, pernahkah Anda ditanya tentang kepribadian Anda sendiri, tentang karakter Anda sendiri? Bagaimana Anda menjawabnya? Mudahkah Anda menjawab pertanyaan itu? Tentunya tidak mudah bagi Anda menjawab pertanyaan itu. Tak semudah ketika Anda ditanya tentang kepribadian orang lain.

Kalau kita pikir, aneh juga sebenarnya. Begitu mudah kita mengenal kepribadian orang lain, namun kita justru kesulitan, kerepotan mengenal kepribadian kita sendiri. Benar peribahasa mengatakan, “Semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak.”

Memang, bukan berarti menilai orang lain itu adalah hal yang salah, yang dilarang agama. Bahkan, kadang kita diharuskan menilai kepribadian orang lain. Seperti saat kita akan melamar seorang wanita untuk menjadikannya istri, memilih seorang pemimpin, atau menjalin relasi kerja. Dalam keadaan seperti ini jika kita tidak melakukan penilaian terlebih dahulu, bisa berakibat fatal. Namun jika penilaian kita melebihi porsi semestinya, kita akan kebablasan punya hobi menilai orang lain sementara kita lupa menilai diri kita sendiri.

Bagaimana Mengenal Diri Sendiri?

Rasulullah SAW. bersabda, “Orang pandai adalah orang yang bisa menilai dirinya sendiri (introspeksi diri) dan melakukan tindakan yang berguna untuk bekal kehidupan setelah mati.”

Dalam sabdanya, Rasulullah SAW. memuji orang yang mau introspeksi diri dengan menyebutnya sebagai orang yang cerdas. Mengapa? Hal ini dikarenakan konsekuensi dari pengenalan diri sangat besar manfaatnya bagi perjalanan kehidupan seseorang. Meraih sukses dan kebahagiaan hidup. Dengan mengenali diri, seseorang dapat melakukan perubahan besar dalam hidupnya, mengatur langkah-langkah menggapai asa.

Kita bisa belajar mengenal diri sendiri dengan cara:

  1. Tulis minimal tiga karakter baik dalam diri kita, seperti sifat dermawan, memiliki jiwa kepemimpinan, pemaaf, mudah bergaul dan lain sebagainya. Gali dan cari setiap kelebihan yang ada dalam diri kita.
  2. Tulis pula minimal tiga karakter buruk yang kita miliki, seperti sombong, pemarah, pesimistis, mudah terpengaruh, dan lain-lain. Semakin banyak kita menuliskan karakter dalam diri kita, semakin maksimal pula pengenalan terhadap diri kita.
  3. Setelah mambaca karakter dalam diri sendiri (baik maupun buruk), berarti kita telah mengenal diri kita. Selanjutnya, pikirkan bagaimana agar kita dapat mengembangkan karakter baik dan kelebihan yang dimiliki. Pikirkan pula bagaimana agar kita dapat meminimalisir atau bahkan menghapus kekurangan dan karakter buruk yang ada dalam diri kita.

Dengan demikian, kita benar-benar telah mengenal siapa diri kita dan apa yang harus kita lakukan demi menggapai asa dan cita-cita hidup. Satu hal yang tak boleh dilupakan, perjalanan hidup kita telah diatur Yang Maha Kuasa. Apa yang kita lakukan hanya sebatas usaha merubah diri kita menuju kehidupan yang lebih baik, bukti ketaatan kita melaksanakan perintah-Nya. Sebagaimana firman Allah, “Allah tidak merubah nasib suatu kaum jika mereka sendiri tak merubahnya.”

Dengan mengenali diri, kita juga dapat lebih mengenal Tuhan dan mendekat pada-Nya. Sebab, kita dapat menyadari bahwa kita hanyalah hamba yang lemah dengan berbagai kekurangan, yang selalu membutuhkan belas kasih Yang Maha Kuasa.

Rasulullah SAW. bersabda, “Barang siapa dapat mengenal dirinya, maka ia akan dapat mengenal Tuhannya.”