TINGKATAN TINGKATAN MANUSIA DALAM MASALAH SHOLAT

abuyaaManusia dalam masalah shalat mempunyai beberapa tingkatan

Pertama

Mereka tidak mau menerima shalat sama sekali dan tempat kembalinya adalah neraka Saqor

Allah swt berfirman:

ما سلككم في سقر قالوا لم نكن من المصلين

 

Kedua

Mereka menerima shalat tetapi tidak melaksanakannya dan balasan mereka adalah kejelekan dan kerugian.

Menurut Abdullah bin mas’ud “al ghoyyu” adalah jurang neraka jahannam yang sangat dalam dan tidak enak rasanya (H.R. Thabarany, dan Baihaqy dari Ibnu Mas’ud)

Allah swt berfirman:

فخلف من بعدهم خلف اضاعوا الصلاة واتبعوا الشهوات فسوف يلقون غيا

Ketiga

Mereka tidak mementingkan dan tidak mempedulikan untuk melakukan shalat tepat waktu atau mereka mengakhirkan shalat seperti orang yang disibukkan dengan urusan dunia, sehingga keluar waktu shalat tanpa merasakan hal itu terjadi berulangkali, kemudian mereka melakukan shalat di luar waktunya tanpa mempedulikan lagi dan menyesalinya seperti orang yang kebiasaannya begadang malam sekiranya mereka sering tidak melakukan shalat shubuh kecuali setelah terbitnya matahari.

Mereka semua dan yang menyerupai mereka, yang tidak memperhatikan dan mempedulikan urusan shalat, maka balasan untuk mereka adalah neraka wail.

Menurut hadits yang diriwayatkan Imam Hakim dari Sa’id bin Abi Waqosh Rah. berkata:

“Aku bertanya kepada nabi saw tentang firman ALLAH SWT

فويل للمصلين الذين هم عن صلاتهم ساهون

Nabi menjawab; “Mereka adalah orang yang mengakhirkan shalat sampai keluar waktunya”.

Yang dimaksud “wail” adalah siksaan atau kehancuran dan atau jurang Neraka Jahannam atau pula terbukanya lahar yang sangat panas karena meletusnya Neraka Jahannam.

Keempat

Mereka menerima shalat dan memperhatikan waktu shalat, syarat-syarat, kekhusyu’an dan adab-adabnya;

Mereka adalah orang mukmin yang disebut dalam firman ALLAH SWT :

قد أفلح المؤمنون الذين هم في صلاتهم خاشعون

Rasulullah saw bersabda :

“Lima shalat yang ALLAH SWT wajibkan atas orang yang memperbaiki wudlu, melaksanakan pada waktunya, menyempurnakan ruku’, sujud dan khusyu’nya, maka orang tersebut dijanjikan ALLAH SWT akan diampuni dan apabila tidak mengerjakannya maka ALLAH SWT tidak menjanjikan apakah akan diampuni atau disiksa.

Abdullah Al-Haddad Rah. berkata :

“Khudhur hati kepada ALLAH SWT adalah ruhnya ibadah, khudhur adalah tujuan dari semua ibadah dan dengan khudhur para ahli tahqiq mempersiapkan shalatnya,

Amal ibadah yang muncul disertai kelalaian menurut mereka lebih dekat kepada siksaan dan menghijab hati dari mukasyafah dan pahala”.