PENJELASAN TENTANG KEKALNYA KEHIDUPAN DI SURGA DAN NERAKA

Kehidupan dan kematian adalah mutlak berada ditangan Allah, tidak ada yang mengetahui kapan dan dimana kita hendak kembali menghadap-Nya. Ya, di dunia ini kita hanya diperintahkan untuk mencari keridhaan-Nya dengan senantiasa berbuat ibadah dan ta’at serta menjauhkan segala larangan-Nya dalam segala aspek kehidupan hingga akhirnya kelak kita akan memperoleh kebahagiaan yang abadi, kehidupan yang tidak berbatas waktu dengan kenikmatan yang tiada bandingannya di dunia ini, kenikmatan surga yang telah dijanjikan-Nya dalam Al-qur’an bagi siapa saja yang berbuat ta’at dalam dunia ini dan juga pedihnya siksa Neraka bagi siapa saja yang berbuat maksiat semasa hidup di dunia.

Kehidupan di dalam Surga dan Neraka adalah fase terakhir yang dilalui oleh setiap manusia setelah beberapa fase sebelumnya semenjak manusia berada dalam alam zuriyyat. Dalam keyakinan Ahlussunnah Wal Jama’ah bahwa keberadaan Surga dan Neraka adalah dua hal yang tak bisa dipungkiri dan bersifat kekal selama-lama tanpa berbatas waktu. Kekalnya seluruh penduduk surga dan neraka sebagai bentuk balasan terhadap masing-masing amalan mereka semasa hidup di dunia.

Ada kisah menarik tentang kenapa seluruh penduduk surga dan neraka kekal di dalamnya tanpa pernah merasakan lagi yang namanya kematian sebagai akhir kehidupan seperti halnya hidup di dunia. Kisah tersebut berdasarkan hadits yang kami nuqil dari sebuah kitab karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi yaitu kitab Ad Durarul Hisan fil Ba’tsi wa Na’imil Jinan. Berikut kisahnya:

Ketika seluruh penghuni surga sudah menempati surga dan penghuni neraka sudah menempati neraka maka kala itu didatangkanlah “kematian” yang berbentuk seekor kibas yang berwarna putih kehitaman sehingga diposisikan tepat dihadapan seluruh penghuni surga dan neraka. Dan diserulah kepada penduduk surga, “wahai penduduk Surga, apakah kalian kenal makhluk apakah ini.??” Mereka serentak menjawab, “itu adalah kematian, sembelihlah supaya kami tidak pernah mati lagi selama-lama.” Dan kemudian diserulah kepada seluruh penduduk neraka, “wahai penduduk neraka, apakah kalian kenal makhluk apakah ini ??”. mereka serentak menjawab “itu adalah kematian, janganlah kalian menyembelinya, mudah-mudahan kami dimatikan kembali oleh Allah dan kami bisa beristirahat sejenak dari pedihnya siksa neraka”. Kala itu disembelihlah kematian tersebut diantara penghuni surga dan neraka, kemudian diserukan, “wahai penghuni surga, kalian kekal selamanya tanpa ada lagi kematian dan wahai penduduk neraka, kalian kekal selamanya tanpa ada lagi kematian”. Maka pada ketika itu, bergembiralah seluruh penduduk surga karena kenikmatan yang mereka peroleh tidak berbatas waktu dan seluruh penduduk neraka merasa sedih yang tiada tara karena siksa yang berkepanjangan yang selalu mereka peroleh.

Terjadi perbedaan pendapat tentang siapa yang menyembelih kibas (kematian) tersebut. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa yang menyembelihnya adalah Yahya bin Zakaria dan ada yang berpendapat bahwa yang menyembelihnya adalah Jibril as. Wallahu a’lam bishshawab.

Referensi :

Durarul Hisan fil Ba’tsi wa Na’imil Hisan (hamisy daqaiqul akhbar) Hal. 30

إذا استقر أهل الجنة فى الجنة وأهل النار فى النار يؤتي بالموت كأنه كبش أملح يقف بين الجنة والنار وينادي مناد يا أهل الجنة هل تعرفون هذا؟ فيقولون بأجمعهم هذا الموت! فاذبحوه حتى لا نموت أبدا وينادي مناد يا أهل النار هل تعرفون هذا؟ فيقولون هذا الموت! لا تذبحوه عسى الله أن يقضي علينا بالموت فتستريح من العذاب قال فيذبح بين الجنة والنار ثم ينادي مناد يا أهل الجنة خلود بلا موت و يا أهل النار خلود بلا موت فحينئذ يفرح أهل الجنة بالخلود فيها ويغتم أهل النار لطول العذاب فيها. وأختلف فيمن يذبحه فقيل يحي ابن زكريا وقيل جبريل عليه السلام