PENYEBAB MANUSIA TAKUT AKAN DATANGNYA KEMATIAN

Apakah takut mati itu adalah bentuk prasangka buruk kepada Alloh?

Nabi Muhammad saw diutus sebagai nabi yang basyiron wa nadziron,

Basyiron:  Membawa kabar gembira tentang kabar pahala & surga.

Nadziron: Menakut-nakuti dengan kabar siksaan neraka & kematian yang mana kematian adalah sebagai pemutus kenikmatan dunia.

Kalau takut siksaan neraka atau takut kematian maka wajar-wajar saja, memang ditakut-takuti oleh nabi Muhammad saw, dan itu tidak termasuk berburuk sangka kepada Allah swt.

MENGHILANGKAN TAKUT KEMATIAN

Dalam hal ini manusia terbagi dua keadaan, keadaan sebelum dan sesudah kematian

Keadaan sebelum kematian, sebaiknya seseorang senantiasa ingat akan kematian sebagaimana Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutusan kelezatan, yaitu kematian, karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan kesempitan hidup, melainkan dia akan melapangkannya, dan tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan lapang, melainkan dia akan menyempitkannya.” (HR. Ibnu HIbban)

Dalam kondisi ini manusia banyak yang lalai biasanya ingat kematian hanya kalau tiba-tiba ada jenazah lewat di depannya. Seketika itu, ia membaca istirja’: ”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” namun, istirja’ yang dibaca itu hanyalah di mulut saja, karena ia tidak secara benar-benar ingin kembali kepada Allah dengan ibadah dan amal saleh.

Ingat kematian akan menimbulkan berbagai kebaikan. Di antaranya, membuat manusia tidak ngoyo dalam mengejar pangkat dan kemewahan dunia. Ia bisa menjadi legawa (qona’ah) dengan apa yang dicapainya sekarang, serta tidak akan menghalalkan segala cara untuk memenuhi ambisi pribadinya.

Kebaikan lain, manusia bisa lebih terdorong untuk bertaubat atau berhenti dari dosa-dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil. Lalu, kebaikan berikutnya, manusia bisa lebih giat dalam beribadah dan beramal saleh sebagai bekal untuk kebaikannya di akhirat kelak.

Beberapa alasan mengapa manusia takut terhadap kematian:

Pertama, karena ia ingin bersenang-senang dan menikmati hidup ini lebih lama lagi.

Kedua, ia tidak siap berpisah dengan orang-orang yang dicintai, termasuk harta dan kekayaannya yang selama ini dikumpulkannya dengan susah payah.

Ketiga, karena ia tidak tahu keadaan mati nanti seperti apa.

Keempat, karena ia takut pada dosa-dosa yang selama ini ia lakukan.

Alhasil, manusia takut kematian karena ia tidak pernah ingat akan datangnya kematian yang bisa hadir setiap saat dan tidak mau mempersiapkan diri dengan baik dalam menyambut kehadirannya.

Wallahu A’lamu Bis Showab.

Referensi :

ميزان العمل للغزالي ص ٣٩٥-٣٩٣

بيان نفي الخوف من الموت

للإنسان حالتان، حالة قبل الموت، وحالة بعد الموت. أما قبل الموت، فينبغي أن يكون الإنسان فيها دائم الذكر للموت، كما قال عليه السلام: ” أكثروا من ذكر هازم اللذات، فإنه ما ذكره أحد في ضيق إلا وسعه عليه، ولا في سعة إلا ضيقها عليه “. والناس فيها قسمان: غافل وهو الأحمق الحقيقي الذي لا يتفكر في الموت وما بعده إلا نظراً، في حال أولاده وتركاته عند موته، ولا ينظر ويتدبر في أحوال نفسه، ولكن لا يتذكر إلا إذا رأى جنازة فيقول بلسانه: (إنا لله وَإِنَّا إِليهِ راجِعُون) ، ولا يرجع إلى الله عز وجل بأفعاله إلا بأقواله، فيكون كاذباً في أقواله تحقيقاً

ومن ذكر الموت، تتولد القناعة بما رزق والمبادرة إلى التوبة، وترك المحاسدة والحرص على الدنيا والنشاط في العبادة

وأما الاغتمام لأجل الموت، فليس من العقل أيضاً، فإن ذلك الغم لا يخلو من أربعة أوجه: إما لشهوة بطنه وفرجه، وإما على ما يخلّفه من ماله، وإما على جهله بحاله بعد الموت وماله، وإما لخوفه على ما قدّمه من عصيانه